Irsyad masih tak mengerti. Tubuhnya terdiam, kaku, bagai patung. Melihat Prita terus menangis di pelukannya, jujur ia bingung sekaligus tak tega. Seorang Irsyad memang paling tak tahan melihat wanita menangis. Entah itu ibunya, kekasihnya, atau orang yang tak ia kenal sekalipun.
“Hei, plis, seenggaknya kasih tau gue, lo itu kenapa? Siapa tau gue bisa bantu lo, kan. Walau gue yakin seratus persen, sih, lo itu nangis bukan gara-gara gue.”
Selang dua sampai tiga menit kemudian, Prita baru melepaskan pelukannya. Tangisnya juga mulai terhenti. Kini, sambil mengusap matanya, ia mendongak menghadap Irsyad yang cukup lebih tinggi darinya.
“Maaf, Kak.”
“Hmm. Gara-gara lo tuh, gue dicap cowok gak bener sama orang-orang di sini. Lo kenapa, sih? Pokoknya jelasin ke gue sekarang.”
“Em, sebenernya aku cuma lagi keinget sama mantan aku aja, Kak. Dia buat aku patah hati. Dan sikap Kakak itu ... ngingetin aku sama mantan aku yang selalu suka kesel ke aku.”
“Noh, terbukti, kan. Yang pernah pacaran sama lo aja suka kesel sama lo. Wajar banget kan kalo gue gini juga sering kesel sama lo? Kenyataannya, lo itu memang ngeselin.”
“Ih, kok Kak Irsyad gitu, sih?” Prita mulai murung lagi dan hampir kembali menangis.
“Eh eh, oke oke sorry, deh. Jangan nangis lagi, plis. Udah cukup, ya.”
Dalam hati, Prita tersenyum senang. Sepertinya Irsyad amat takut bila ia menangis lagi.
“Maaf deh, aku jadi bikin Kakak diduga pelaku sama orang-orang.”
“Percuma juga kalo minta maaf, sih. Udah kejadian juga.”
“Hemm.”
“Ya udah, ini udah hampir gelap. Gue anter lo balik aja, deh. Kalo gue ninggalin lo sendiri di sini, makin jatuh nama baik gue.”
Irsyad mengantar Prita pulang. Ia hanya berharap tak bertemu si dosen pembimbing kekasihnya karena ia kini begitu lelah dan malas untuk adu mulut maupun adu otot.
“Ternyata, cowok ini ada sisi lembut dan gentle-nya juga, ya,” batin Prita.
***
Hari ini, Revina dikejutkan oleh sesuatu. Ia baru saja mendapat broadcast sebuah video dari salah satu temannya. Temannya mengatakan, video itu berada di jajaran video viral bersama video-video lainnya. Yang membuat teman Revina merasa wajib mengirimkannya pada Revina adalah karena ada orang yang berhubungan dengan Revina dalam video tersebut.
Ya, itu adalah video kejadian di taman antara Irsyad dan Prita. Di mana Prita saat itu menangis lalu tiba-tiba memeluk Irsyad. Tak ada reaksi lain bagi Revina selain terkejut. Ia begitu penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Tak disangka, karena ada salah satu pengunjung taman yang mengambil video dan mengunggahnya ke media sosial, seketika kejadian itu menjadi viral.
Saat bertemu Irsyad, Revina sekaligus ingin meminta kejelasan tentang kejadian itu.
“Ir, aku sempet dikirimin video sama temen aku. Dan di video itu ada kamu.”
Revina menunjukkan videonya pada Irsyad. Sepertinya Irsyad masih tak tahu menahu soal keviralan ini, ia belum up to date hingga perihal ini meski tergolong orang yang cukup aktif di sosial media.
“Astaga, ini beneran? Siapa, sih, yang videoin?”
“Itu beneran kamu sama Prita? Kok bisa? Kata temenku, video ini masuk di jajaran video viral minggu ini, Ir.”
“Em, Sayang, plis kamu jangan salah paham dulu, ya. Aku bisa jelasin semuanya ke kamu, kok. Jangan mikir yang gak-gak. Aku beneran gak ada apa-apa sama dia.”
“Ya ampun, Ir. Kalo soal itu mah, aku juga paham. Aku bukannya mau nuduh kamu macem-macem, kok. Justru, aku tuh penasaran aja. Kok Prita bisa sampe kayak gitu? Tiba-tiba nangis lalu peluk kamu. Kukira kamu ngapa-ngapain dia gitu.”
“Jangan salah, Sayang. Kamu tau sendiri kan, gimana ajaibnya kelakuan cewek itu? Gara-gara dia, aku jadi dituduh tersangka utama, dipandang buruk sama orang-orang di taman.”
“Ya, selama ini Prita normal-normal aja kalo ngobrol sama aku, kok. Memang dia kenapa bisa sampe kayak gitu, Ir?”
“Entahlah, waktu aku tanya dia, susah banget dia jawabnya. Setelah beberapa lama, dia bilang, katanya lagi patah hati. Dan katanya, aku ngingetin dia sama mantannya. Gak jelas banget, kan.”
“Dia bilang gitu ke kamu? Dia aja gak cerita apa-apa ke aku. Hm, kayaknya dia udah mulai nyaman sama kamu, deh.”
“Rev... tuh kan, pasti kamu beneran salah paham. Kamu tau kan, di setiap aku ketemu dia bawaannya kesel pengin ngumpat terus, gimana mungkin aku bisa main belakang sama dia coba?”
“Ir, serius, deh. Astaga. Aku tuh bahkan gak mikir sampe ke sana, loh. Kalo dipikir tuh emang lucu, kalian yang saling kesel dan suka berdebat mulu tiba-tiba ada main gitu. Gak mungkin juga, kan.”
“Baguslah kalo kamu gak salah paham, Rev. Aku ketemu dia di taman juga buat bahas masalah utang doang. Dia ribet pake mau bayar segala, padahal udah kubilang gak perlu, udah ikhlas timbang bayarin makan satu menu aja. Tapi, dianya ngotot. Kamu juga sih, Rev, kalo kamu gak kasih kontak aku ke dia, dia pasti gak bisa hubungin aku dan gak bakal ada video ini.”
“He-he, maaf, deh. Kan kupikir biar kalian lebih mudah selesaiin urusan aja gitu, Ir. Okelah, biarlah berlalu. Keviralan ini gak akan bertahan lama, kok. Jangan cemas.”
“Btw, Rev, kamu serius gak cemburu lihat aku sama Prita begitu?”
“Hah, kan udah kubilang tadi, Ir. Kok ditanya lagi? Ngapain aku mesti cemburu? Aku pun tau gimana kamu sama Prita selama ini.”
“Ya... aku seneng sih, kamu gak ada salah paham ke aku. Tapi, di sisi lain, rasanya kek gimana gitu. Kalo cewek lain, biasanya tetep pasti ada rasa jealous lihat pacarnya deket atau dipeluk cewek lain meski cewek itu dikenalnya juga. Mereka kayak ngerasa gak suka aja pacarnya ini ‘digangguin' sama cewek lain. Nah ini, kamu ... masa' gak ada sedikitpun rasa cemburu? Kamu fine-fine aja pacar kamu dipeluk cewek lain?”
“Irsyad-sayang, terus kamu maunya gimana? Aku uring-uringan, ngambek sama kamu tiga hari tiga malem? Yakin, nih? Ntar aku begitu, kamunya sendiri yang bingung.”
“Gak begitu juga dong, Sayang. Ya udah deh, gak perlu dibahas lagi. Yang penting kamu gak salah paham sama aku aja, itu cukup.”
“Aku masih bisa berpikir positif kok, Ir. Gak harus juga kalo kita deket sama lawan jenis lainnya terus langsung dibilang ada affair. Kan bisa aja ada alasan lain. Kayak kamu sama Prita atau aku sama Pak Alan.”
“Kok jadi bawa-bawa dia, Rev?”
“Karena kamu juga suka salah paham ke aku soal Pak Alan, padahal jelas kami udah gak ada apa-apa lagi selain hubungan dosen – mahasiswi yang bahas skripsi.”
“Kalo dia konteksnya beda, Rev. Dia itu emang berbahaya. Apalagi udah terang-terangan bilang mau rebut kamu dari aku. Jadi, aku patut waspada dan wajar jadi salah paham, kan. Btw, aku juga tau soal postingan dia yang ngebandingin antara kamu sama dia dan kamu sama aku. Itu cukup viral juga loh di kalangan anak kampus. Komentar yang masuk juga udah bikin aku panas banget. Tapi, aku sengaja tetep keep calm dan gak bahas sama kamu karena aku gak mau kita sampe ribut hanya gara-gara itu. Kamu pasti juga udah tau soal postingan si dosen itu, kan?”
Ternyata, Irsyad juga sudah mengetahui soal postingan Alan waktu itu. Sampai sekarang, Alan tak menghapusnya juga hingga makin jadi topik perbincangan hangat di kalangan mahasiswa kampus bahkan sampai ke alumni. Apa setelah ini mereka akan cekcok lagi hanya karena perkara viral?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomanceRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...