Merasa Bersalah

130 2 0
                                    

Ketika ada kesempatan, Alan bertanya pada salah satu mahasiswa di sana.

"Revina hari ini gak dateng kuliah, Pak. Denger-denger kabar dari grup angkatan, katanya Revina masuk rumah sakit."

Jawaban mahasiswa itu membuat Alan terkejut.

"Rumah sakit? Memang Revina kenapa?"

"Dia sakit lagi, Pak. Mungkin dia terlalu kecapekan. Atau sering begadang lagi mungkin, soalnya memang minggu ini deadline tugas kuliah kelas kami banyak banget, Pak."

Alan merasakan suatu perasaan aneh dalam dirinya. Rasanya pedih, sepertinya ia merasa bersalah. Alan tahu benar sejak mereka masih jadi sepasang kekasih dulu, Revina memang tak bisa jika terlalu lelah sedikit saja. Revina sangat rentan drop dan masuk rumah sakit.

Alan teringat kebersamaannya dengan Revina dulu.

| "Sayang, kamu kenapa bisa begini lagi?" |

| "Kak Alan... Aku gapapa, kok. Aku baik-baik aja." |

| "Makanya, kamu tuh bandel kalo dibilangin, kamu gak boleh kecapekan, Sayang. Jangan sering begadang gitu, itu gak bagus buat kesehatan hati kamu." |

| "Iya, aku tau. Maaf, Kak. Habisnya aku lagi banyak tugas." |

| "Tapi gak harus begadang juga, 'kan? Rev, kamu harus janji sama aku, mulai sekarang kalo kamu ada banyak tugas yang kamu rasa bakal bikin kamu begadang semaleman, kamu harus langsung bilang ke aku. Biar aku bisa bantu kamu kerjain tugasnya, jadi kamu gak perlu sampe begadang lagi, Sayang. Sayang, aku gak mau liat kamu masuk rumah sakit lagi." |

---

Alan sudah menemukan lokasi rumah sakit hingga ruangan tempat Revina dirawat. Ia memang berniat menjenguk Revina karena hatinya sungguh tak bisa tenang sejak tadi.

Revina yang masih terbaring lemas di ranjang rumah sakit begitu terkejut melihat kedatangan dosen pembimbingnya.

"Pak Alan?"

"Rev ...."

"Ehm, Bapak ke sini karena saya gak dateng buat kumpulin tugas sesuai perjanjian, ya? Maaf, Pak, sebenernya tugas review jurnalnya udah selesai, cuma saya belum bisa submit ke Pak Alan karena saya harus ada di sini. Kalo Bapak mau periksa tugasnya ada di USB saya. Maaf, Pak, belum sempet saya print out."

"Maafin saya, Rev. Kamu harus ada di sini sekarang pasti gara-gara saya, 'kan? Semalem kamu pasti begadang lagi buat selesaikan tugas dari saya. Saya bener-bener minta maaf."

Revina terkejut mendengar kata-kata Alan. Ia seakan merasa Kak Alan-nya yang lembut dan penuh kasih sayang sekarang kembali di hidupnya.

"Pak, Bapak gak perlu ngerasa bersalah gitu. Ini bukan sepenuhnya salah Pak Alan. Bukan cuma tugas Pak Alan yang bikin saya begadang, saya ada tugas lain juga, kok."

"Justru itu, harusnya saya gak nambah beban kamu, 'kan? Revina, saya pasti gak akan bisa tenang kalo kamu sampe kenapa-napa lagi cuma gara-gara saya."

Suasana ruang rumah sakit itu begitu hangat dan damai dengan pembicaraan Alan dan Revina sampai akhirnya ada seseorang yang datang tanpa permisi.

"Alan... Jadi kamu beneran ada di sini? Akhirnya aku ketemu kamu juga."

"Clara, kamu ngapain di sini? Dari mana kamu tau kalo aku di sini?" tanya Alan.

"Hm, aku sebenernya cuma pengin ketemu kamu, tapi waktu aku ke kampus, kamu gak ada, ada yang bilang kamu izin keluar buat jenguk seseorang di rumah sakit. Ternyata bener kamu di sini. Jadi Revina beneran sakit? Karena aku udah di sini, ya gapapa 'kan kalo aku sekalian jengukin Revina?"

"..."

"Makasih, Kak, udah mau repot-repot dateng jenguk aku ke sini," ucap Revina sambil melempar senyum pada Clara.

"Iya, Rev, gapapa kok. Oh ya, kamu sakit apa?"

"Ehm, aku gapapa kok, Kak..."

"Revina kayak gini gara-gara aku. Aku yang buat dia begadang semaleman ngerjain tugas review."

"Kok bisa?" Clara bertanya-tanya. "Kamu harus banyak istirahat sekarang, Rev. Lan, mending kita biarin Revina istirahat biar cepet sembuh. Kalo kita di sini kasihan Revina, 'kan? Istirahatnya pasti jadi keganggu."

Clara menunjukkan seakan ia tak ingin Alan berlama-lama di sana bersama Revina.

Melihat Alan yang begitu merasa bersalah dan mencemaskan kondisi Revina, seketika membuat Clara mulai waswas. Ia takut kalau moment ini justru akan menumbuhkan kembali benih-benih cinta di antara Alan dan Revina. Dari khawatir, lalu perhatian, dan bisa saja berujung sayang lagi. Misi Clara untuk memasuki hati Alan akan ia awali dengan sebisa mungkin menjauhkan Alan dari mantan kekasihnya, tak boleh lengah membiarkan mereka sampai dekat-dekat lagi. Namun, rasanya tantangan ini cukup berat bagi Clara. Bagaimanapun, kampus dan skripsi tetap mempersatukan pasangan itu, ditambah belum apa-apa malah sekarang sudah ada insiden jatuh sakit dan cemas-cemas seperti ini.

"Oh ya, Rev, kenapa kamu gak minta pacar kamu aja buat jagain kamu di sini kalo kamu gak mau sendirian," tukas Clara lagi.

"Ehm, Kak Clara tau aku punya pacar?" tanya Revina heran.

Pikir Revina, pasti Clara tahu dari Alan.

"Ehh, ehm feeling aja, sih. Gak mungkin, 'kan cewek secantik kamu ini masih jomlo?" kilah Clara tak mau Revina tahu kalau Alan bicara tentangnya pada Clara.

"Kakak bisa aja..."

"Ya udah, Rev, saya tinggal dulu, ya. Semoga kamu cepet membaik. Bener kata Clara, mending kamu telepon Irsyad, biar dia bisa jagain kamu."

"Iya, Pak. Makasih udah jenguk saya. Oh ya, Pak tugas review saya--"

"Bisa kamu kasih ke saya setelah kamu sembuh. Get well soon, Rev!"

Sikap dingin Alan sebagai dosen pembimbing Revina ternyata bisa luluh seketika karena melihat Revina jatuh sakit.

"Apa mesti sakit dulu, ya, biar ngerasa adem kalo ketemu dia? Bisa berubah drastis gitu. Tapi, lebih suka dia begini, sih. Jadi inget dia yang dulu, deh. Haduh, apa sih, Rev? Sekarang dah beda. Kalo kata lagu mah, masa lalu biarlah masa lalu--jangan kau-ungkit jangan ingatkan aku," gumam Revina dalam hati sembari cepat-cepat menghalau bayangan nostalgianya.

---

Alan dan Clara keluar dari ruangan Revina.

"Clar, kok kamu tadi ngomong gitu ke Revina?"

"Yang mana?"

"Soal pacar Revina itu."

"Ohh, sorry Alan. Tapi, 'kan aku gak bilang kalo aku tau soal dia dari kamu yang cerita, makanya tadi aku cari alasan lain, 'kan?"

"Lagi pula kamu harusnya gak nyusulin aku ke sini, Clar. Nanti aku juga bakal balik ke kampus dan kita tetep bisa ketemu, 'kan?"

"Ya maaf deh, Lan. Tapi, Lan, kamu tuh gak perlu ngerasa bersalah gitu, Revina sakit juga bukan kamu yang mau. Ini pasti bukan sepenuhnya kesalahan kamu, 'kan?"

"Gimanapun juga aku ikut andil bikin Revina sakit sekarang. Aku kenal banget sama dia, dari dulu memang dia gak bisa terlalu capek. Aku khawatir kalo dia kenapa-napa gara-gara aku."

"Kamu gak perlu segitunya, Lan! Inget, Lan, Revina dah punya pacar, pengganti kamu. Kamu pun harusnya bisa move on! Lupain dia!"

"Cukup, Clara! Kenapa kamu jadi ngatur-ngatur hidup aku begini, sih??"

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang