“Em, tadi saya—
Rosela langsung menyela perkataan Alan.
“Tadi bunda gak sengaja ketemu dia di pasar. Dia bantuin bunda waktu belanjaan bunda jatuh. Karena tadi udah gerimis, dia nawarin bunda pulang bareng.”
Akhirnya, bunda Revina yang menjelaskan kejadiannya. Padahal yang ingin dikatakan Alan juga sama persis seperti itu.
“Oh, gitu. Tapi Bunda gapapa, kan? Bunda baik-baik aja, kan?” tanya Revina cemas.
“Bunda gapapa, Vin.”
“Makasih Pak Alan udah anter bunda saya. Mau mampir—
“Vin, mending dia langsung pulang aja, daripada nanti hujannya makin deres, kan?”
Tentu saja, bunda Revina tak akan mengizinkan Alan lama-lama di sana. Alan pun tak bisa berharap lebih.
“Gapapa, Rev. Bener kata bunda kamu. Lebih baik saya langsung pulang. Hm, oh ya, kata bunda kamu tadi, kamu lagi gak enak badan, ya? Gimana keadaan kamu sekarang?”
“Ehh, saya gapapa kok, Pak. Cuma agak lemes aja, efek lagi PMS.”
“Semoga cepat membaik, ya.”
Revina mengangguk.
“Ya udah, silakan kamu bisa pulang sekarang. Gak ada yang perlu dibahas lagi, kan? Anak saya lagi gak butuh bimbingan skripsi saat ini,” tegas bunda Revina.
Bunda Revina begitu tak suka melihat sang dosen kembali bersikap sok akrab dengan putrinya. Ia ingin batang hidungnya segera lenyap dari hadapan putrinya.
“Baik, Tante, Revina, saya permisi dulu.”
Alan berlalu dengan mobilnya. Kembali menembus hujan di jalanan.
Sementara itu, di rumah Revina, bundanya masih saja menggerutu.
“Vin, pokonya bunda gak mau ya, kamu akrab lagi sama tuh mantan kamu.”
“Bunda kenapa, sih? Aku juga gak ada apa-apa sama dia. Mau akrab kayak gimana sih, Bun?”
“Kamu harus hati-hati sama dia, Vin. Bunda tau, dia tuh ada modus buat deketin kamu lagi, mentang-mentang ayah kamu dukung dia. Bunda juga masih gak habis pikir, kok bisa-bisanya ayah berpihak sama dia.”
Jangankan bundanya, Revina sendiri pun sudah lama tahu dengan jelas tentang niat Alan tersebut. Kini, bunda Revina pun harus ikut ambil pusing.
“Udah lah, Bun. Aku juga udah gak ada masalah apa pun lagi sama dia. Tadi pun aku cuma berterima kasih karena dia udah anter Bunda pulang. Aku sama dia cuma berurusan karena skripsi, gak lebih. Jadi, Bunda gak perlu khawatir, ya.”
***
Beberapa hari lalu, Prita sudah berhasil mendapatkan nomor ponsel Irsyad dari Revina. Benar sekali dugaannya, Prita lebih pandai membujuk Revina. Revina pikir, tak masalah juga memberitahukan nomor Irsyad pada Prita. Mereka sama-sama mengenal Prita dan Revina hanya ingin Prita lebih mudah menyelesaikan urusannya dengan Irsyad.
Irsyad sempat bingung begitu mendapatkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.
[ Hai, Kak Irsyad ]
Mau tak mau, Irsyad mesti bertanya karena cukup penasaran.
>> Irsyad
[ Siapa? ]
>> Prita
[ Cewek cantik yang pernah Kakak tolongin waktu sakit maag, gak lupa, kan? ]
Irsyad langsung melotot dan menepuk jidatnya sendiri ketika membaca balasan pesan Prita.
“Aduh, ternyata tuh cewek. Ah, pasti Revina yang kasih kontak gue, deh. Alamat gak bisa tenang nih hidup,” gerutu Irsyad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomanceRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...