Kejutan dari Mantan

93 1 0
                                    

Sesuai janjinya semalam, pagi ini Revina pergi ke kampus. Bukan untuk kelas pagi, melainkan untuk menemui pemilik kontak keramat yang terus menerornya, pemilik takhta atas acc skripsinya. Untuk kesekian kalinya, bimbingan dengan mantan. Sebenarnya tak begitu jadi masalah seharusnya, asalkan yang terjadi adalah benar-benar membimbing proses pengerjaan skripsi. Bukan justru membimbing hati menuju dilema lagi.

Revina masuk ke areal kampus setelah memberikan beberapa lembar uang ke tukang ojek online. Andai saja Irsyad tak di luar kota, Revina pasti bisa lebih menghemat uangnya. Sebab Irsyad selalu siap mengantar kekasihnya ke mana pun.

Dengan santainya Revina berjalan menyusuri pelataran gedung kampusnya, melalui koridor, bersiap menuju ruangan sang dosen pembimbing. Ia sengaja berangkat lebih pagi dari jam janjian yang ditentukan semalam. Hal ini agar ia bisa lebih santai dan tak memberi sedikitpun kesempatan pada Alan untuk menceramahi atau mencibirnya karena terlambat.

Sampai di dekat ruangan Alan, waktu masih menunjukkan pukul 8.20. Masih kurang sepuluh menit dari waktu bimbingan yang disepakati. Revina tahu Alan sudah ada di ruangan, tetapi ia malah memilih menunggu di depan pintu sampai pukul 8.30 tepat.

Belum juga semenit Revina duduk di bangku panjang depan ruangan. Satu pesan masuk terlihat di ponselnya.

>> Pak Alan

[ Kalo udah dateng, ngapain masih di depan? Masuk aja. Saya gak sibuk kok. Gak perlu nunggu setengah 9. ]

Perintah sang dosen sudah sangat jelas. Langsung saja Revina mengetuk pintu untuk formalitas, kemudian bergegas masuk. Baru saja membuka pintu dan kaki masuk satu langkah, Revina dikejutkan dengan suara nyanyian Alan yang mungkin baginya sedikit merdu, ya, hanya sedikit.

“Happy Birthday to You, Happy Birthday to You....” Lagu Selamat Ulang Tahun dilantunkan Alan sembari berjalan mendekati Revina, dengan sebuah kue tart cokelat di tangannya yang lengkap dengan lilin yang menyala.

Revina yang terkejut hanya menutup mulutnya dengan satu telapak tangan. Ia tak menyangka Alan akan melakukan ini. Menyiapkan kejutan ulang tahun dengan kue tart, walau sudah terlambat.

Ketika mereka sudah saling berhadapan, Revina pun masih terdiam.

“Hey, kok malah diem? Tiup lilinnya, dong!” pinta Alan.

Sempat ragu, tetapi akhirnya api di lilin bentuk angka dua puluh tiga itu dipadamkannya.

“Selamat ulang tahun, Rev. Sorry, maybe it's too late. Tapi lebih baik telat daripada gak sama sekali, kan.”

“Bapak ngapain niat banget begini? Saya gak minta Pak Alan kasih surprise begini segala, loh.”

“Kan saya udah janji sama kamu. Sisa kejutan kamu akan kamu dapetin hari ini.”

“Hahh... Okelah, Pak. Makasih banyak buat kejutannya. Jadi, kita bisa langsung bimbingan sekarang, kan? Biar cepet kelar.”

“Hmm, baiklah. Silakan duduk, biar saya periksa draft kamu.”

Mereka duduk berhadapan di meja kerja Alan. Alan langsung meneliti draft bab tiga dari skripsi Revina. Tak perlu waktu lama, Alan pun buka suara.

“Sipp, bab tiga saya acc. Kamu bisa lanjut bab berikutnya. Tanyain ke saya apa pun yang masih buat kamu bingung. Data penelitian gimana? Udah dapet?”

“Udah sebagian sih, Pak. Tinggal ambil data terakhir sekaligus finishing penelitian saya, mungkin bisa saya ambil secepatnya.”

“Bagus. Setelah semua data lengkap, kamu konsul ke saya dulu, ya. Biar saya bisa lihat juga hasilnya, siapa tau ada kekeliruan atau semacamnya. Atau saat finishing nanti kamu bisa kabarin saya aja, biar saya sekalian bisa dampingin kamu di lab, saya bisa lihat langsung.”

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang