"Aku udah dapet beberapa nih, Rev. Biar sekalian aku bantu review juga, ya," ungkap Irsyad.
"Ir... Makasih banyak, ya. Kamu baik banget, deh. Aku udah cari dari beberapa hari lalu tapi paling mentok cuma bisa selesai review tiga jurnal. Ternyata cari jurnal internasional yang berkaitan sama penlit aku itu susah banget. Mana aku juga ada deadline banyak tugas kuliah lagi."
"Pokoknya kamu tenang aja, ya, Sayang, pasti bisa selesai, kok. Kamu harus kumpulin ke dosen sialan itu lusa, 'kan?"
"Iya, Irsyad. Kalo gak kamu bantuin, pasti aku udah panik banget sekarang. Kalo aku gak bisa selesai lusa, bakal habis aku sama omelan dosbing itu."
"Kamu masih punya aku, Sayang. Aku gak mungkin biarin kamu dapet masalah cuma gara-gara dosen sialan itu."
Irsyad dan Revina tengah berada di perpustakaan kampus. Mereka bersama-sama mengerjakan tugas review sepuluh jurnal internasional yang diminta Alan pada Revina.
Revina merasa bisa agak bernapas lega, pasalnya ia memiliki Irsyad yang selalu bisa ia andalkan, selalu jadi superhero-nya. Bantuan Irsyad ini sungguh sangat berharga bagi Revina.
Mereka yang tengah mengerjakan tugas itu dengan serius tapi santai, dengan sesekali terdengar gombalan Irsyad yang membuat Revina tersipu, tak sadar dari sisi meja perpustakaan yang lain ada yang kian memperhatikan gerak-gerik mereka.
"Hm, jadi gitu cara kamu selesaikan tugas dari saya! Tunggu sampe lusa, Rev. Dan kamu bakal tau akibatnya," gumam seseorang yang tengah memandang kedekatan dua mahasiswa itu.
•••
Hari ini Revina harus kembali menyiapkan mental untuk menemui sang mantan. Ia sungguh berharap urusannya hari ini lancar, sehingga ia tak perlu berlama-lama terjebak dalam keadaan yang selalu membuatnya naik darah.
Kebetulan Alan sudah ada di ruangannya, bahkan pintu ruangannya masih terbuka lebar. Alan langsung mengetahui kedatangan Revina. Baru saja Revina ingin mengetuk pintu untuk formalitas, suara Alan sudah mengejutkannya.
"Ngapain masih berdiri di situ? Masuk tinggal masuk, kok. Apa perlu pake saya sambut di depan pintu dulu?" sarkas Alan.
"Huh... Tenang, Revina! Tenang... Tarik napas! Buang! Astaga ini orang kerasukan apa, sih? Baru aja liat mukanya hari ini, omongannya udah gak enak gini," gumam Revina dalam hati.
"Lah malah diem di situ? Kamu kesambet, ya? Gak denger apa yang saya bilang tadi?"
"Eh iya, maaf, Pak. Saya denger, kok." Revina pun masuk ke ruangan Alan dengan langkah ragu-ragu dan degup jantung yang terus bertalu.
"Duduk!" perintah Alan. "Langsung aja, gak perlu basa-basi. Saya tau niat kamu temuin saya sekarang. Mana tugas yang saya minta! Perjanjian kita hari ini kamu harus submit ke saya, 'kan?"
Revina menyerahkan draft print out hasil review jurnalnya yang ketebalannya sungguh pas untuk menggebuk orang-orang pemancing emosi.
"Ini, Pak."
Alan memeriksa hasil pekerjaan Revina yang sangat ia ketahui ada campur tangan Irsyad di sana. Ia tak berkata apa-apa, hanya terus membolak-balik lembar demi lembar yang ada di tangannya. Sungguh itu amat membuat Revina tak sabar.
"Jadi gimana, Pak? Saya udah penuhin tugas dari Bapak. Itu artinya saya bisa langsung lanjut bab baru buat skripsi saya, 'kan?"
"Eh, enak aja main putusin gitu aja. Saya belum bilang apa-apa, Rev."
"Maksud Pak Alan? Apa masih ada kesalahan di review jurnal saya, Pak?"
"Bisa dibilang begitu. Saya minta kamu kerjain review jurnal ini buat tambah pengetahuan dan wawasan kamu soal penelitian kamu. Bukannya malah kamu minta bantuan orang lain buat selesaikan ini."
Revina terkejut, ia bertanya-tanya dari mana Alan tahu kalau Irsyad membantunya menyelesaikan review jurnal itu.
"Mau alibi apa kamu sekarang?"
"Ma-maaf, Pak. Tapi Bapak kira-kira, dong! Harusnya Pak Alan ngerti, waktu dua minggu gak cukup buat ngerjain semua itu. Saya juga masih ada mata kuliah, banyak deadline tugas juga, Pak."
"Kalo kamu bisa bagi waktu juga pasti bisa, kok. Cuma sepuluh jurnal."
"..."
"Coba sadarin kesalahan kamu ini! Tugas ini juga berguna buat kamu, Rev."
"Sebelumnya saya minta maaf, Pak, tapi dari awal Pak Alan juga gak bilang kalo saya gak boleh minta bantuan orang. Lagi pula saya ini gak pure nyuruh orang ngerjain gitu aja. Irsyad cuma bantu saya, saya juga ngerjain kok, Pak. Kami ngerjain sama-sama, jadi setiap yang Irsyad kerjain saya juga paham."
"Bukan itu intinya. Ini sama halnya kamu permainin saya, kamu tipu saya, effort kamu gak maksimal buat tugas ini."
"Iya, Pak. Saya gak akan debat Bapak lagi. Saya tau saya salah, saya minta maaf, Pak. Terus saya harus apa sekarang?"
"Bagus kalo kamu sadar akan kesalahan kamu. Buat tebus kesalahan itu, saya minta kamu review jurnal lagi, cari jurnal yang baru. Kali ini cukup lima jurnal aja. Cuma separuh dari ini, 'kan? Saya mau kamu submit ke saya besok siang."
"Apa, Pak? Besok? Yang bener aja, Pak, cuma sehari?"
"Saya kasih waktu lama kamu justru sepelekan saya. Jadi ini udah pas menurut saya. Saya masih toleransi minta kamu kumpulin besok siang bukan pagi-pagi."
"Tapi, 'kan, Pak--"
"Oh ya, satu lagi, kali ini jangan coba-coba tipu saya lagi! Kalo sampe saya tau ada yang bantu kamu, kamu pasti tau risikonya. Itu justru bikin kamu sendiri yang nunda selesainya skripsi kamu."
---
Mimpi apa Revina semalam, ia harus bersusah payah akibat ketegaan dosen pembimbingnya. Kali ini ia tak bisa meminta bantuan siapa pun. Ia tak mau skripsinya tertunda lebih lama lagi. Bahkan Revina tak berani memberi tahu Irsyad akan hal ini, bisa-bisa Irsyad tak terima dan berusaha menghabisi Alan jika ia tahu Alan kembali menyusahkan kekasihnya.
Revina rela begadang semalaman untuk menyelesaikan tugas dari Alan. Ia mau tak mau memang harus begadang, pasalnya ia pun punya deadline tugas lain hari ini. Jika ia ingin selesaikan semua, maka waktu tidurnya yang memang harus jadi korban.
---
Dengan penampakan mata yang begitu lelah, Revina tersenyum lega. Akhirnya pagi ini tugasnya selesai. Semua tugasnya, tak terkecuali tugas dari Alan yang hanya tinggal finishing saja. Revina pun memejamkan mata.
Tiba waktunya siang hari, di mana jam sudah menunjukkan waktu yang seharusnya Revina sudah ada di ruangan Alan dengan tugasnya. Namun, tak ada tanda-tanda Revina datang. Alan bahkan sudah menantinya sejak tadi.
"Apa kamu belum bisa selesaikan tugasnya, Rev? Kamu sengaja gak dateng? Liat aja nanti, kamu gak akan bisa tenang setelah ini!" gerutu Alan dalam pikirannya.
Karena begitu penasaran, Alan mencoba mencari Revina di kelasnya. Namun, Alan tetap tak menemukan batang hidung Revina meski sudah celingukan mengamati setiap sudut kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Kenangan Mas Dosen
RomanceRevina Shania Rosaline mendapat kejutan besar di masa-masa akhir semester perkuliahannya. Setelah merana menghadapi LDR tanpa kepastian, sang kekasih--Alan Raskal Affandra yang dulu juga seniornya di kampus tiba-tiba kembali dari studinya di Tiongko...