Lebih Baik Berakhir

145 3 0
                                    

Sudah berlalu lima hari semenjak kejadian Alan harus melewati malam minggunya bersama mantan kekasihnya itu. Selama lima hari ini pun Alan tak bertemu Revina lagi baik di kampus maupun di tempat lain. Revina masih belum berniat membuat janji bimbingan dengan dosen pembimbingnya karena bab tiganya memang belum siap.

Sementara itu, lima hari ini pikiran Alan makin tak karuan. Memikirkan obrolan terakhirnya dengan Revina malam itu, entah mengapa Alan jadi dilema. Mereka padahal sudah sepakat untuk melanjutkan hidup masing-masing dan menutup pembahasan tentang masa lalu, namun rasanya begitu sulit bagi Alan.

Alan berharap hubungannya dengan Revina bisa kembali? Alan masih mencintai Revina? Bila jawaban pertanyaan itu adalah iya, bagaimana nasib Clara yang telanjur masuk dalam kerumitan kisah Alan?

Sore ini Clara berada di rumah Alan. Karena merindukan Alan dan merasa bosan sendirian, Clara memilih mengunjungi rumah Alan secara dadakan. Pasalnya Alan begitu susah bila diajak janjian bertemu, selalu saja ada alasan. Dengan langsung mendatangi rumahnya, Alan tak bisa berkutik lagi, mau tak mau ia harus menemui Clara.

"Hai, Alan-nya ada di rumah, kan?" tanya Clara kepada Prita yang membukakan pintu saat ia datang.

"Eh, Kak Clara, iya Kak Alan ada di dalem, kok. Masuk aja, Kak."

Clara dipersilakan masuk. Sementara Prita berteriak memanggil Alan dari luar kamar Alan.

"KAK... ADA KAK CLARA NIH, AKU SURUH DIA MASUK AJA, YA."

Tanpa menunggu jawaban Alan, Prita menyuruh Clara langsung masuk ke kamar Alan. Alan pun agak terkejut melihat kedatangan Clara.

"Clar?"

"Hai... Tadi Prita suruh aku langsung masuk. Ehm gapapa, kan?"

"Ee iya gapapa, kok."

"Kamu lagi sibuk, ya? Maaf ya aku dateng mendadak gini. Semoga aku gak ganggu kamu."

"Gak--ehm gapapa, kok. Aku cuma lagi nyiapin bahan presentasi buat ngajar."

"Oh oke deh."

Sepertinya Alan pun tak berniat mengajak Clara bicara atau sekadar basa-basi menanyakan sesuatu. Terlihat harus selalu Clara yang memulai pembicaraan lebih dulu. Jika Clara tak mulai bicara, yang ada hanya hening.

"Ehm, Lan, ehh gimana kerjaan kamu di kampus?"

"Hah? Oh, semuanya lancar-lancar aja, kok. Meski aku tergolong dosen baru, aku udah mulai bisa adaptasi. Udah mulai terbiasa dan have fun aja kalo ngajar."

"Hm, bagus deh kalo gitu. Oh ya, Lan, aku baru mulai bisnis kecil-kecilan gitu loh, semacam olshop gitu. Baru nyoba-nyoba sih."

"Wah, bagus dong. Bisnis produk apa?"

"Lebih ke fashion sih, kayak dress sama baju-baju santai gitu. Lumayan, ada temen yang bisa diajak partner-an."

"Hmm, semoga bisnis kamu bisa berkembang, ya. Aku--aku bakal dukung kok, kalo mau aku bantu promosi, aku siap."

"Makasih banyak, Alan."

Alan membalas Clara dengan senyuman.

"Eh iya, mau minum apa? Aku ambilin dulu, ya."

"Eh gak usah, Lan. Gapapa kok, aku gak mau ngerepotin."

"Gak repot kok, bentar ya, kamu tunggu dulu di sini, aku ke dapur bentar."

Alan menuju dapur untuk mengambilkan Clara minum, sementara Clara menunggu di kamar Alan.

Bosan tak melakukan apa pun, Clara melihat-lihat rak buku di kamar Alan. Ia membuka-buka beberapa buku yang sepertinya baru saja dibaca Alan, terlihat karena beberapa buku itu tak tertata rapi di tempatnya seperti yang lain.

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang