Akankah Kembali?

320 11 0
                                    

[ Tiongkok, 10.30 PM ]

Seorang pria tengah tersenyum senang sembari bergumam sendiri, sambil menatap foto seorang gadis yang telah lama tak dijumpainya. Gadis yang hingga detik ini masih menjaga hati pria itu seperti dulu.

"Akhirnya saat ini tiba juga. Aku bener-bener kangen sama kamu Sayang. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa segera liat paras manis kamu secara langsung lagi. Tunggu aku Sayang! Sebentar lagi kita bisa melepas kerinduan di antara kita. I love you, i miss you so much, Rev!"

•••

Sore ini langit tampak begitu cerah. Suasananya tergolong bagus, sangat mendukung jika ada seseorang yang ingin mengukir moment indah di hari ini. Tampak sepasang muda-mudi yang sedang menikmati indahnya pemandangan di tepian pantai. Mereka berharap bisa melihat sunset bersama hari ini.

"Irsyad, makasih udah ajak aku ke sini."

"Sama-sama Rev. Aku seneng bisa ada di sini sama kamu. Kamu pernah bilang kalo kamu suka sunset kan. Hari ini kita bakal liat sunset itu di sini."

"Iya, aku dah gak sabar buat liat sunset-nya. Pasti indah banget kalo diliat dari sini."

"Ehm Rev.. Sebenernya aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Oh ya, mau ngomong soal apa Ir?"

"Soal kita Rev!"

"Kita? Uhm, maksudnya gimana? Aku gak ngerti deh."

Irsyad menggenggam tangan Revina, "Rev, aku.. Ahh aku bingung harus mulai dari mana. Tapi aku gak bisa nunda lagi buat bilang ini ke kamu. Aku harap kamu bisa ngertiin perasaan aku Rev. Revina, aku suka sama kamu."

"Hahaha.. Irsyad, kamu apaan sih? Lucu banget. Maksud kamu apa? Kita--"

"Revina, kali ini aku serius. Please, jangan kira aku bercanda sekarang! Aku mau kita bersama Rev. Aku mau kita punya hubungan yang lebih spesial. I'm really like you. Aku jatuh cinta sama kamu Rev!" Irsyad menatap dalam pada mata Revina dan mengeratkan genggaman tangannya.

Revina yang mulai menyadari seriusnya perkataan Irsyad kali ini menjadi salah tingkah. Ia tak mengerti harus berbuat apa. Masih ada seseorang di luar sana yang memegang kunci hatinya, tak mungkin pria lain bisa memasuki hati Revina begitu saja.

"..."

"Rev? Kenapa kamu diem aja? Gimana jawaban kamu? Apa kamu terima aku? Ya atau gak Rev??"

"Irsyad, aku gak ngerti kenapa kamu harus kayak gini? Aku selama ini udah nyaman temenan sama kamu. Apa kita perlu status hubungan yang lain?"

"Aku pun gak bisa kendaliin hati dan perasaan aku sekarang Rev. Cinta datang tiba-tiba, aku juga gak ngerti. Semakin aku coba ingkarin perasaan ini, semakin aku ngerasa tersiksa Revina."

"..."

"Apa kamu gak mau terima aku? Tapi kenapa Rev? Apa kurangnya aku?"

"Kamu kenapa ngomong gitu? Kamu pria baik. Semua cewek pasti ngerasa kamu begitu sempurna. Kenapa harus sama aku Ir?"

"Hati aku yang milih kamu Rev. Ini bukan kuasa aku."

"Tapi Ir, aku--"

"Apa karena kamu masih berharap pria brengsek itu kembali?"

"Irsyad!!"

"Kenapa? Apa perkataan aku salah? Apalagi nama yang pas buat pria yang pergi jauh gitu aja ninggalin kamu bahkan tanpa kabar sampe sekarang padahal awalnya sebelum kalian jalanin LDR dia udah ada komitmen buat selalu lancar komunikasi sama kamu. Itu sama aja dia sia-siain kamu, dia udah gak peduli lagi sama kamu Rev."

"Kak Alan mungkin punya alasan tertentu kenapa dia gak bisa kasih kabar ke aku."

"Sampe kapan kamu mau berusaha positive thinking ke dia? Se-sibuk apa pun dia, seharusnya dia gak lupain kamu, itu kalo dia emang beneran sayang sama kamu."

"Ir, Kak Alan gak mungkin kayak gitu."

"Revina, aku mohon buka mata kamu lebar-lebar. Kembali ke dunia nyata Rev! Sampe kapan kamu mau terjebak dalam cinta semu kayak gini? Lupain dia Rev! Dia bahkan udah lupa kalo ada yang nunggu dia di sini."

"..."

"Rev, bunda kamu bahkan bilang sendiri ke aku kalo dia lebih pengin kamu sama aku daripada nunggu pria gak jelas itu. Bunda kamu juga udah muak sama sikap Alan itu."

"..."

"Revina, selama ini aku yang selalu ada di sisi kamu. Bukannya aku pamrih Rev, tapi aku kayak gini karena aku sayang sama kamu Rev. Ayo kita mulai hubungan yang baru. Aku janji akan selalu buat kamu bahagia dan gak akan pernah biarin kamu berharap atas apa pun. I promise."

"Irsyad.. Ini--"

"Percaya sama aku Rev! Alan gak pantes dapetin cinta kamu. Kalo dia sayang sama kamu seharusnya gak begini kan?"

Kata-kata Irsyad yang begitu meyakinkan akhirnya dapat membuat pendirian Revina goyah. Revina pikir Irsyad memang benar, Alan yang selama ini ditunggunya tak kunjung datang. Sampai kapan Revina harus menunggu?

Akhirnya Revina mantap dengan keputusannya.

"Irsyad.. Mungkin kamu memang bener. Kak Alan udah gak peduli ada yang nunggu dia di sini. Jadi, aku mau terima kamu Irsyad."

"Really? Jadi, kita jadian sekarang? Kita pacaran?"

Revina mengangguk.

Irsyad secara spontan memeluk Revina untuk mengekspresikan kebahagiaannya. Ia senang akhirnya cintanya terbalas.

"Thank you Rev! Aku akan jaga kepercayaan kamu. Semoga ini jadi awal yang baik buat kita. I love you Sayang!"

Pelukan itu menjadi moment indah pertama bagi hubungan spesial Irsyad dan Revina, dengan pesona senja yang mengiringinya. Mereka tersenyum bersama sambil menyaksikan sunset pertama mereka.

•••

"Pagi Sayang!"

"Kak Irsyad? Ehm, maksud aku Irsyad, kamu pagi-pagi ngapain udah ada di sini?"

"Menurut kamu ngapain lagi? Ya aku mau anter pacar aku ke kampus lah. Emang aneh ya?"

"Ya-gak sih. Tapi Ir, ini masih pagi banget. Aku aja belum selesai siap-siap. Kelas pagi kan mulainya jam setengah delapan."

"Iya aku tau Sayang. Sebenernya aku ada alasan lain sih."

"Hah? Maksud kamu apa?"

"Mau numpang sarapan di sini. Hehe. Gapapa kan?"

"Ihh Irsyad, kirain ada apaan."

"Jadi boleh gak nih? Kok dari tadi aku gak diajak masuk ya?"

"Vina, kok Irsyad-nya gak disuruh masuk sih? Ayo Irsyad masuk aja. Boleh kok sekalian sarapan di sini dulu. Kebetulan bunda baru selesai bikin nasi goreng." Ibu Revina tiba-tiba datang menghampiri Revina dan Irsyad yang sedang berdebat di depan pintu.

"Wah, makasih Tante."

Irsyad pun sarapan bersama Revina dan ibunya di ruang makan. Irsyad tampak menikmati masakan buatan ibu Revina.

"Tante emang jago masak ya... Ini nasi goreng ter-enak yang pernah aku makan. Makasih ya Tante."

"Bunda seneng kalo Irsyad suka sama makanannya."

"Ih, Bun jangan kemakan sama mulut manisnya dia! Pake muji-muji gitu, bilang aja emang lagi laper. Pasti modus biar diizinin sarapan tiap hari di sini."

"Rev, kamu kok gitu sih? Ini emang beneran enak kok. Gak mungkin lah kalo aku modus sama bunda kamu."

"Iya nih. Vina tuh ada-ada aja. Padahal dia-nya sendiri yang udah kemakan mulut manisnya Irsyad, buktinya dah jadian kan sekarang..."

"Bunda. Ishh, malah belain Irsyad. Yang anak Bunda kan aku."

"Jangan 'jealous' gitu dong Rev! Ehm tapi Tante, Irsyad serius kok sama Revina. Jadi Tante tenang aja. Bukan cuma mulut manis, tapi Irsyad juga akan berlaku manis ke Revina. Ini bukan sekedar modus kalo soal Revina, Tan!"

Terjebak Kenangan Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang