Bab 1

16.8K 290 22
                                    

"mommy, are you kidding me?" Protesnya terlihat kesal menatap seorang wanita berperawakan tinggi dengan wajah yang masih terlihat cantik, kerudung salem terlilit di kepala wanita itu mengisahkan rambut hitam kecoklatan yang menjuntai di sisi wajahnya.
"Rafael tidak ada penolakan, ini adalah wasiat nenekmu, kau harus menikah dengan anak kerabat nenek kamu dari Indonesia. Kamu tahu kan betapa berharapnya nenek kamu agar kamu memilih keturunan gadis Indonesia, supaya garis keturunan darah Indonesia nenek kamu tidak terputus"

"Lagian kamu juga sudah 3 tahun menjadi warga Indonesia, dan kamu lebih banyak berkarir di Indonesia sebagai pemain utama disini, jadi ini adalah jalannya da,"
" Mom, cmon its not about who is The girl, but Raf masih ingin fokus bermain sepak bola tanpa ada ikatan dengan siapapun," potongnnya tidak terima memasang wajah memelas menatap ibunya penuh harap. Sungguh ia belum siap untuk menikah. Dirinya masih ingin fokus membanggakan negara dimana neneknya lahir. Ia ingin memajukan persepakbolaan Indonesia dan menikah belum masuk dalam daftar list wishnya.
"Justru bagus kalau kamu sudah punya istri, supaya ada yang mengurus kamu di tengah kesibukanmu. Kamu sering sakit karena jarang memperhatikan pola makanmu, jadi tidak usah protes. Sebaiknya kamu mempersiapkan diri untuk bertemu dengan calon istrimu malam ini," nada final yang dikeluarkan wanita keturunan Belanda Indonesia itu terdengar tak ingin dibantah. Ia bahkan sudah meninggalkan Rafael yang terlihat putus asa melemparkan tubuhnya ke sofa hotel menatap lampu megah yang tergantung indah diatasnya.
****
Mata indah yang tegas seperti almond dengan warna mata biru zamrut, gadis yang mempunyai hidung mancung beraliskan tebal dengan bibir tipisnya yang pink mengembangkan senyumnnya menatap polesan make up tipis diwajahnya yang membuat dirinya terlihat cantik malam ini. Tidak biasanya ia berdandan seperti ini, karena sejujurnya ia paling malas berdandan, ia lebih suka menatap wajah polosnya tanpa make up untuk terlihat natural untuk dirinya sendiri, karena baginya tidak ada yang perlu untuk diperlihatkan dengan riasan wajahnya kecuali kalau ia sudah menikah, ia berjanji akan bersolek hanya untuk suaminya sesuai fitrah seorang wanita berdandan hanya untuk menyenangkan hati suaminya. Tetapi malam ini berbeda, ia mendapat kabar dari orang tuanya kalau ia akan bertemu dengan pria yang akan di jodohkan dengannya dan pria itu sebenarnya pria yang menjadi cinta dalam diamnnya. Idola yang ia kagumi sendiri secara diam-diam. Bahkan orang tua dan kakaknyapun tak tahu akan hal itu.
Sejujurnya ia sangat terkejut ketika uminya menceritakan jika ia akan dijodohkan dengan kerabat neneknya dari Belanda, dan betapa terkejutnya ketika ia melihat CV pria itu Rafael Struick pemain sepak bola yang menjadi idola kaum hawa di Indonesia, termasuk dirinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya jika ia benar-benar berjodoh dengan Rafael. Ya Allah ini bagaikan mimpi yang tak pernah ia fikir akan ia gapai.

"Sayang, cepatlah keluar tamunya sudah datang," panggilan uminya berhasil membuat gadis bernama Salsabilah itu mulai gugup, jantungnya bahkan mulai berdetak tak normal, tangannya mulai gemetaran, ini pertama kalinya ia akan melihat seorang Rafael Struick secara langsung, bukan lagi dibalik layar tv ataupun ponsel yang ia gunakan untuk menstalker pria itu. Sebenarnya ia juga baru 3 bulan yang lalu berada di Indonesia karena ia menghabiskan waktunya untuk kuliah S2 di universitas Al-Ahzar Mesir. Dan setelah lulus kuliah ia kembali ke Indonesia karena umi dan abinya menyuruhnya untuk mengajar di pesantren milik orang tuanya yang berada di jakarta selatan.

"Masha Allah, sayang cantik banget," seru wanita paruh bayah yang tengah meneliti wajah putrinya yang terlihat berseri-seri namun ada kegugupan disana
"Apa mereka sudah datang umi?" Salsabilah tidak mempedulikan pujian ibunya, ia sangat gugup, bahkan kakinyapun begitu sulit melangkah, ya ampun apa segugup ini bertemu dengan seorang Rafael? Fikirnya menggandeng tangan uminya menunduk menuruni tangga.
"Ia sayang, mereka sudah menunggu Salsabilah dari tadi," jawab ibunya mengelus pundak anaknya yang terlihat malu-malu.

****

Rafael duduk tidak tenang, sembari menahan kesal dalam hati jas hitam yang membingkai wajah tampannya sudah mulai kusut, ia benar-benar tidak menginginkan perjodohan ini, sudah 30 menit dan gadis itu belum juga datang. Ia betul-betul ingin mengakhiri pertemuan ini secepatnya. Lalu pulang dan bertemu dengan teman-temannya yang tengah berpesta merayakan ulang tahun Ivar sahabatnya. 30 menit rasanya seabad fikirnya mulai melonggarkan dasinya tidak tenang, ayahnya yang duduk disampingnya menatap anaknya memperingati, kemudian kembali mengobrol dengan pria dihadapannya.

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang