Bab 5

4.7K 167 0
                                    

Matahari mulai mengintip dibalik horden krem kamar bernuansa abu-abu itu, menyilaukan mata seorang gadis yang terlihat begitu nyaman dan hangat dipelukan seorang pria yang masih nyenyak dalam tidurnya. Perlahan bulu mata lentik itu bergerak hingga mata itu terbuka perlahan,
gadis itu melengkungkan senyuman takkala ia menatap siapa pria yang ada di dekapannya saat ini. Ini seperti mimpi di musim semi berada di pelukan seorang Rafael Struick sungguh idaman banyak wanita dan ia pernah memimpikannya. Dan mimpi itu menjadi nyata batinnya senang hingga kesadarannya mulai terkumpul dan ya Allah ia belum sholat subuh
Astagfirullah
"Rafael bangun," buru-buru ia mengguncangkan tubuh Rafael namun pria itu hanya mengeram dalam tidurnya
"Rafael bangun," teriaknya kembali berhasil membuat pria itu akhirnya membuka matanya dalam kebingungan
"Ada apa Bilah, ini masih pagi, dan aku masih mengantuk," rutuknya ingin menarik guling namun bilah malah melemparkannya.
"Rafael kita belum sholat subuh," teriak bilah reflek
"Ya udah nggak usah sholat, lagian ini sudah nggak subuh lagi,"

Mendengar ucapan Rafael reflek bila mengambil satu tangan Rafael dan menariknya kencang
"Rafael sholat, tidak ada alasan untuk meninggalkan sholat" teriaknya tepat ditelinga Rafael yang sukses membuat Rafael bangun dan menatap Bilah masih dengan wajah mengantuk
"Bisa tidak jangan berteriak, itu suaramu pasti sudah sampai keluar kamar, nanti mereka fikir aku melakukan yang tidak-tidak lagi pada dirimu," decak Rafael bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Bilah terkekeh mengekori
Rafael untuk berwudhu
"Maaf, habis kau terlalu susah untuk dibangunin," Rafael hanya menggeleng mendengar ucapan Bilah.

*****
"Berhentilah menangis bilah, nanti umi dan yang lain berpikiran buruk lagi tentang aku," sudah sejak setelah mandi gadis itu masih saja menangis mengusap wajahnya yang dipenuhi air mata dan Rafael sudah berusaha menenangkan gadis itu namun bilah masih saja menangis

"Aku nggak bisa Rafael menghentikan tangis ini, ini tangis penyesalan karena baru kali ini bilah bangun sholatnya telat,hiks,"

"Allah pasti murka pada aku, baru saja diberi sedikit kenikmatan, aku sudah lalai hiks," Bilah mencoba mengatur nafasnya yang tersengal menghapus kasar air matanya yang masih saja turun membasahi pipinya
"Ia tapi kan kita tidak sengaja," mungkin karena terlalu kelelahan," Rafael mencoba menenangkan Bilah hingga ketukan di pintu terdengar
"Yah masuk" jawab Rafael ketika seseorang mengetuk dan minta di bukakan pintu.
Dan ternyata mommy Rafael yang datang
"Kalian ko, ough astga Bilah ," seru mommy Rafael ketika mendapati menantunya menangis tersedu-sedu di sofa kamar mereka dengan Rafael yang duduk tepat dihadapan bilah
"Apa yang terjadi sayang?" Panik mommy Rafael segera menggeser Rafael dan duduk tepat didepan menantunya menghapus air mata yang membasahi wajah cantik menantunya
Bilah bukannya menjawab malah makin menangis membuat Rafael pusing memijit kepalanya.
"Rafael apa yang kau lakukan pada Bilah?" Nah benar kan apa yang ada dalam benak Rafael, pasti ia akan disalahkan
"Mommy ini hanya permasalahan kecil, dan tidak seperti apa yang mommy pikirkan," bela Rafael mencoba menjelaskan
"Kami telat sholat subuh, dan Bilah merasa bersalah pada dirinya sendiri," jelas Rafael cepat takut mamanya makin menyalahkannya.
"Ough astga emang kenapa bisa telat sholat subuhnya, harusnya ini tugas Rafael untuk membangunkan kamu sholat,"
"Ini bukan salah Rafael kok mommy, kita sama-sama kelelahan jadi telat bangunnya," ucap Bilah dengan polosnya. Bukannya menjawab mommy Rafael malah tersenyum penuh arti yang berhasil ditangkap oleh Rafael.
"Tidak apa-apa sayang, telat sholat karena kalian juga kan baru nyelesaiin ibadah sebagai suami istri, jadi wajar telat karena pasti kelelahan" mommy Rafael terkekeh terlihat senang
"Ini tidak seperti yang mommy pikirkan yah," Rafael memperingati ketika tahu dimana jalan pikiran mommynya
"Ya sudah, maaf mommy nggak seharusnya ikut campur urusan rumah tangga kalian, sebaiknya kalian turun sarapan." Bilah mengangguk tidak memperhatikan percakapan Rafael dan mamanya.

*****
"Jadi gimana malam pertamanya bersama Rafael?" Zahra terdengar antusias menunggu jawaban Bilah yang kini tengah berjalan bersamanya menikmati pemandangan di belakang rumah Rafael di sore hari

"Apa Rafael agresif?" Tambah Zahra ketika bilah tidak menjawab, tetapi pertanyaan kali ini sukses membuat langkah Bilah terhenti menatap sahabatnya dengan tatapan memperingati
"Yah maaf, aku kan cuman penasaran," seru Zahra
"Nggak baik mengorek urusan ranjang orang lain, kau bisa tahu semua rahasiaku namun hal ini kamu tidak perlu tahu," balas Bilah yang sukses membuat Zahra sedikit kesal
"pelit amat,"
"Makanya menikah ajah kalau mau tahu," giliran Bilah yang kini terkekeh kearah Zahra yang cemberut
"Tetapi semalam sukses kan?" Tanya Zahra kembali. Bilah tahu Zahra tak akan menyerah jika ada sesuatu yang membuatnya sangat penasaran
Bilah menghela nafas panjang menatap sahabatnya sekilas
"Tidak terjadi apa-apa," putus Bilah malas mendengar rengekan Zahra yang akan bertanya terus
"Gagal dong," seru Zahra terdengar kecewa.
"Kenapa aku yang nikah kamu yang kecewa, aneh banget sih," Zahra terkekeh sebagai respon masih berjalan menyusui taman yang dipenuhi bunga tulip dan mawar yang tengah disiram oleh tukang kebun

"Kan aku mau cepat gendong bayi,"
"Kamu seperti umi ajha, mau cepat gendong cucu," kalau mau Gendong bayi, kamu nikah sana ," tukas Bilah yang membuat Zahra tertawa cengengesan
"Hehe, kan belum ada pabriknya untuk buat bayinya, jadi yang pasti aja dulu lah, kamu ajah dulu yang buatin aku," Bilah kini melotot kearah Zahra yang memasang wajah tanpa dosa. Hingga Bilah tidak sengaja melihat seekor kupu-kupu yang terbang menuju ke salah satu bunga tulip berwarna putih,
Bilah mengikuti tetapi kupu-kupu itu terbang kembali membuat langkah Bilah sedikit berlari mengejar kupu-kupu itu tidak melihat jika ada ranting pohon di depannya dan
brukk
"Astaga Bilah," teriak Zahra kearah Bilah yang sudah terjatuh dengan pelipis yang berdarah karena dahinya membentur sebuah batu besar tepat di depannya.
*****
Rafael baru saja turun dari mobilnya mengendong tas ransel dengan rambut yang sedikit berantakan dengan keringat yang membasahi dahinya, bahkan baju kaos tipis pria itu terlihat basah. Rafael baru saja selesai bermain futsal bersama teman-temannya. Kakinya hendak melangkah membuka pintu rumah ketika sebuah suara memanggilnya dari belakang. Seorang pria yang ia tahu adalah tukang kebun di belakang rumahnya lari menghampirinya terlihat panik
Pria itu mengatur nafasnya sejenak membuat perasaan Rafael entah mengapa tiba-tiba tidak enak menatap wajah panik pria di depannya
"Sir, Miss jatuh di taman belakang kepalanya berdarah," ucapnya dengan bahasa Belanda yang kental.
"Miss?" Tanya Rafael masih bingung siapa Miss yang dimaksud tukang kebunnya ini.
"Istri sir Rafael terjatuh di.." belum sempat pria itu melanjutkan ucapannya Rafael sudah membuang tas ranselnya dan berlari kebelakang. Wajahnya panik dilanda rasa khawatir memikirkan apa yang terjadi pada Bilah. Memutari rumah ke belakang yang sedikit jauh dari pintu utama, ia berlari cepat sampai ia menemukan Bilah yang mencoba untuk berdiri dibantu Zahra namun gadis itu meringis memegangi kakinya. Darah sudah mengalir di pelipisnya dan gadis itu menangis menahan sakit.
Buru-buru Rafael menghampiri mereka dan mengambil alih Bilah ke gendongannya
"Rafael," seru Bilah memeluk leher Rafael menangis
Darah sudah mengotori baju Rafael karena gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Rafael
"Apa yang terjadi sih, kenapa bisa terluka,? Tanya Rafael ada nada khawatir disana.
"Kakinya tersandung dan kepalanya membentur batu," jawab zahra yang mengekori Rafael
"Astaga Bilah, ini pasti karena kamu ceroboh," Bilah tak menjawab perkataan Rafael tetapi gadis itu malah makin menangis sesenggukan memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.

"Astaga apa yang terjadi Rafael?"
Seru mommy Rafael yang kini menghebohkan seisi rumah panik melihat kondisi Bilah di gendongan Rafael
"Telepon dokter mommy," seru Rafael ketika sudah menaiki tangga menuju kamar mereka.
Rafael dengan hati-hati menaruh Bilah diatas ranjang kemudian mencari kotak p3k di dalam kamarnya.
"Sayang apa yang terjadi?" Panik umi Bilah
"Bilah terjatuh umi,hiks,argh," Bilah memegangi kepalanya yang berdenyut kesakitan membuat semua orang panik.
"Di kamar itu hanya ada umi Bilah,Zahra , mommy Rafael yang baru saja masuk. Kakak bilah sudah terbang ke Turkey pagi tadi dan ayah Bilah serta pappy Rafael sedang keluar bermain golf dan belum juga pulang.

"Rafael pelan-pelan," seru Bilah ketika Rafael tengah membersihkan darah di wajah Bilah dengan telaten. Pria itu terlihat serius sedikit rasa khawatir dalam dirinya
"Kepalanya masih sakit?" Bilah mengangguk, Rafael mendesah panjang
"Mommy sudah telepon dokter?" Mommy Rafael mengangguk
"Sepertinya harus dijahit pelipisnya, sedikit robek," Bilah membulatkan matanya kearah Rafael ketakutan
"No, Bilah nggak mau," protes Bilah, perasaanya tidak separah itu sampai harus dijahit
"Siapa suruh ceroboh, cuman ngejar kupu-kupu ajah sampai ngorbanin diri seperti ini," tukas Rafael sarkastik setelah ia mendengar penjelasan Zahra ketika menggendong Bilah tadi.

"Kan nggak tahu kalau bakalan jatuh,"
"Makanya hati-hati," sembur Rafael suaranya agak berat dan dingin
"Rafael," teriak mommy nya tidak suka Rafael memarahi Bilah
"Sudah,sudah emang pada dasarnya anak umi yang satu ini suka ceroboh, jadi harus selalu di peringatkan," seru umi Bilah yang membuat Bilah hanya diam memegang kepalanya yang sakit.

*******

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang