Deng Haag Belanda
Bilah menatap gaun putih dihiasi beberapa berlian di bagian leher berwarna biru. Dirinya tak lepas dari pujian para tamu hari ini jika ia sangat cantik. Yah ia sudah menikah dengan Rafael pagi tadi di kediaman Rafael sendiri di Belanda. Pernikahannya tertutup dan hanya dihadiri teman bisnis orang tua Rafael. Beberapa kerabat dekat Bilah juga datang ke Belanda. Dan Rafael hanya memberitahu ivar akan pernikahannya. Pernikahan mereka sengaja di rahasiakan untuk saat ini karena permintaan Rafael.
Sudah seminggu semenjak kejadian makan malam yang dibatalkan sejak hari itu Bilah tak pernah bertegur sapah dengan Rafael, hingga ia bertemu kembali di Belanda dan di acara pernikahannya.Saat ini sudah malam dan Bila disuruh mengganti pakaiannya untuk perjamuan malam. Dirinya benar-benar lelah saat ini namun masih ada acara malam ya g harus ia lalui. Dengan sedikit memaksakan senyumnnya ia bercermin menatap dirinya sekali lagi yang terlihat sangat cantik karena riasan make up dari perias terkenal yang sengaja mama Rafael datangkan untuknya. hingga ketukan pintu terdengar. Itu suara Rafael yang memanggil karena saat ini ia berada di kamar Rafael.
"Bilah udah selesai belum?" Bilah tidak menjawab tetapi segera melangkah ke pintu membuka dan mendapati Rafael yang kini menatapnya dari atas sampai bawah, hingga tatapan pria itu jatuh pada wajahnya menatapnya lama terpesona akan kecantikan yang tak ada habisnya dari gadis yang sudah menjadi istrinya saat ini.
"Aku tahu kamu capek," ucap Rafael yang bisa menangkap raut lelah di wajah istrinya.
"Sedikit lagi yah," entah angin apa Rafael kini mengelus pipinya membuat jantung Bilah berdetak kencang, semoga perona pipinya bisa menyembunyikan wajahnya yang sudah dipastikan memerah saat ini. Ya Tuhan"Ayo kita turun," Rafa memberikan tangannya pada Bilah dan Bilah hanya menyambut tangan Rafael malu-malu mengaitkan kedua tangan mereka untuk turun dari tangga saling bergandengan menuju taman belakang rumah Rafael.
***Untung saja Bilah pake kaos tangan jadi dia nggak sungkan menjabat tangan teman-teman Rafael yang diperkenalkan padanya, teman Rafael banyak juga, dan ia dapat melihat wajah tidak suka Rafael ketika salah satu temannya memuji kecantikan Bilal.
"Jadi ingin cari orng Indonesia juga," timpal teman Rafael yang berperawakan tinggi dengan rambut pirangnya.
"Hai," tiba-tiba Zahra datang dengan gaun moccanya yang terlihat sedikit sexy. Teman Bilah yang satu ini emang tipikal anak Jaksel yang gaul. Ayahnya seorang Mentri di Indonesia dan ia belum ada niat berhijab.
"Nah itu kalian kenalan sama teman istri aku, namanya Zahra," seru Rafael yang diberi senyum lebar Zahra yang terlihat menyeleksi teman Rafael satu persatu. Mereka berkenalan dan Bilah hanya bisa menggelengkan kepalanya menatap sahabatnya itu yang mudah akrab dengan orang lain. Sangat jauh beda dengan dirinya yg introvert."Rafael, aku petmisi sebentar yah, mau ketemu kakak aku disana," Bilah menunjuk kearah kakaknya yang tengah mengobrol dengan istrinya yang tengah hamil besar bersama ummi bilah.
"Aku temenin yah," ucap Rafael tanpa sedikitpun melepaskan rangkulannya di pinggang Bilah, entah mengapa ia tak ingin melepaskan gadis ini sedikitpun apalagi banyaknya mata pria yang menatap istrinya sedari tadi.
Bilah hanya pasrah mengangguk berjalan menuju dimana kakaknya berada. Ia sangat merindukan kakaknya. Karena pagi tadi kakaknya belum juga tiba, dan sepertinya baru saja sampai."Kak Alif," seru Bilah melepaskan Rafael dan berlari kepelukan kakaknya memeluknya erat menyakitkan rasa rindunya, karena selama ini Alif ditinggal di turki bersama istrinya, jadi ia jarang bertemu dengan kakaknya.
"Nggak terasa yah, adek manja Abang sudah punya suami," ucap Alif mengacak jilbab putih tulang Bilah menatap kakaknya pura-pura tidak suka."Bilah bukan anak kecil lagi bang, berhentilah mengelus kepalaku seperti bocah," ketus bilah tidak terimah memanyungkan bibirnya kedepan
"Sampai kapanpun kau akan tetap jadi bocah Abang," ujar Alif menarik kembali adik kesayangannya itu ke pelukannya
"Sudah ah, itu sudah ada pria yang bisa memeluknya sekarang, sudah ada suaminya yang akan menggantikan mu," celetuk umi Bilah menatap Rafael yang hanya tersenyum menimpali soalnya ia tak tahu apa yang mereka bahas karena menggunakan bahasa Indonesia.
"Rafael jaga adik kesayanganku yah, kalau kau sampai menyakitinya, aku orang pertama yang akan membawanya pergi darimu," ucap Alif bernada serius menatap Rafael yang kini menyambut ukuran tangan Alif yang terlihat menatapnya mengintimidasi"Insha Allah aku akan menjaganya," ucap Rafael dan kini malah dipeluk oleh Alif
"Aku tahu kau pria yang baik, kau pasti tidak akan mengecewakan kami. dia gadis kecil kesayangan kami, jadi jaga dia untuk kami," Rafael tersenyum
"Pasti," ucapnya penuh janji.
"Selamat yah Bil," itu suara istri Alif yang kini memeluk Bilah singkat.
"Terimah kasih kak," perutnya udah berapa bulan kak,?" Jadi nggak enak jauh-jauh datang ke Belanda padahal sudah hamil besar," tambah Bilah merasa kasihan pada istri kakaknya
"Pasti berat yah bawanya," bilah mengelus perut istri Alif merasa tidak enak hati.
Umi Bilah tertawa mendengar celoteh putrinya itu yang masih terdengar polos
"Nggak lama lagi kau juga pasti akan merasakannya," benar kan Rafael?"
"Eh," jawab Rafael reflek tak tahu harus jawab apa dengan candaan mertuanya. Semuanya tertawa melihat ekspresi lucu Rafael.*****
Bilah baru saja memakai skincare diwajahnya serta lip serum di bibirnya ketika Rafael sudah keluar dari kamar mandi menggosok rambutnya dengan handuk. Pria itu hanya menggunakan kaos polos dengan celana training panjang.. bilah dapat melihat ketampanan rafael berkali lipat saat ini dengan pakaian sesantai sekarang. Ia menelan ludah dengan susah payah mengatur detak jantungnya yang berlomba didalam sana. Pertama kalinya dalam hidupnya ia hanya berdua dengan seorang pria. Dan pria itu adalah idolanya pria yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi suaminya. Pria halunya yang kini sudah berada satu kamar dengannya. Ia semakin gugup takkala Rafael menghampirinya dan kini sudah berada tepat dibelakangnya saling menatap dalam diam dibalik cermin besar dihadapan mereka. Bilah masih menggunakan hijabnya. Ia belum terbiasa menampakkan rambutnya di depan pria dan sungguh ia sangat malu berada di posisi sekarang."Kenapa belum tidur?" Tanya Rafael memecah keheningan sembari mengambil sisir di meja rias dan menyisir rambut pria itu.
"Eh itu,ak, aku belum mengantuk," OMG bilah kenapa kau segugup ini, bahkan suaranya pun sampai terbata begitu bilah merutuki kebodohannya.
"Ya sudah kalau kamu belum mengantuk sebaiknya kita,"
"Apa? Apa yang ingin kamu lakukan?" Potong bilah reflek berdiri dan malah menjauh dari Rafael sampai berada di ujung ruangan yang menyambung ke walk in closet kamar RafaelRafael tertawa melihat tingkah lucu bilah yang terlihat seperti bocah ketakutan. Terlihat jelas banget jika gadis itu tak pernah dekat dengan seorang pria dan Rafael menyukai itu.
"Berhentilah menertawakan ku," protes bilah tidak suka dengan tawa mengejek Rafael yang kini dengan santainya naik keatas ranjang membaringkan tubuhnya.
"Siapa suruh bertingkah kek bocah begitu, kayak mau diterkam harimau ajha," kekeh Rafael menatap kearah Bilah yang kini menatapnya tajam
"Lagi pula, aku tidak akan memaksamu melakukan hubungan suami istri, kecuali kita melakukannya suka sama suka," tambah Rafael santai, bilah mendengus kesal.
"Sampai kapan kau disana, tidak capek apa?" Seru Rafael ketika bilah ngedumel sendiri di dekat tembok," bilah cuman pura-pura ngomel kesal hanya untuk menutup kegugupannya di depan Rafael.
"Sini tidur," panggil Rafael kembali,
"Nggak mau, aku belum mengantuk," jawab bilah bingung dengan dirinya sendiri padahal badannya sangat pegal seharian menjamu tamu.
"Berdosa tau kalau suami mengajak tidur lalu menolak," astagfirullah, ucapan Rafael berhasil menyadarkannya dari buku panduan menjadi istri Sholeha yang ia pelajari sebelum menikah. Ia tidak mungkin mau durhaka pada suaminya.Buru-buru bilah naik keatas ranjang dan tidur di sisi paling ujung ranjang. Rafael yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Jangan terlalu diujung nanti jatuh loh," Rafael memperingati takkala bilah sibuk mengatur guling di tengah dan sedikit bergeser gadis itu akan jatuh kebawah. Apalagi ranjang Rafael yang cukup tinggi dengan ukuran king size" Aku membaca buku kalau membelakangi suami itu juga termasuk dosa," ya ampun, ya ampun, bilah kenapa malah buku yang kau baca Rafael lebih faham rutuknya dalam hati. Jujur bilah saat ini bertingkah aneh karena ia betul-betul gugup dan merasa malu. Ia sangat canggung berada di dekat Rafael. Ya Allah bantu bilah ya Allah.bilah tidak mau berdosa batinnya memutar tubuhnya mendekat ketengah ranjang menurunkan guling yang ia atur sedari tadi dan kini sudah menatap Rafael dari dekat
Deg
Deg
Jantungnya berdebar tak normal bahkan tubuhnya terasa panas dingin dibawah tatapan Rafael yang kini menatapnya dalam diam. Pelan seiring dengan detakan jantungnya ia dapat merasakan sentuhan tangan Rafael di punggungnya yang kini menariknya kedalam pelukannya.
" Tidurlah, kamu pasti lelah," Rafael mengelus punggung bilah yang terasa kaku saat ini, namun ia harus belajar bagaimana menjadi istri yang baik untuk Rafael. Melawan keraguan dan rasa malunya perlahan tangan bilah ikut memeluk tubuh Rafael yang entah mengapa menjadi tempat baru yang begitu nyaman saat ini.*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is My Idol
Romancegadis cantik berdarah Indonesia Arab yang di jodohkan dengan seorang pemain sepak bola terkenal adalah ujian berat bagi gadis Sholeha ini. melihat bintang dari dekat ternyata tak seindah melihatnya dari kejauhan.