Bab 51

3K 200 68
                                    


Part ini aku usahain update special buat yang ultah hari ini. Yang beri komentar kemarin kalau Hafi ini dia ultah. Happy birthday ya dear semoga apa yang menjadi harapannya tercapai aamin

Maaf jika part ini membosankan happy reading




Bilah pasti salah lihat, tidak mungkin Rafael ada disini. Batinnya

"Kamu dari mana Bilah?" Itu suara Alif yang bertanya menatap Bilah yang membawa kantongan ditangannya

"Bilah habis beli kebab Abang. Tadi bilah mau sekali makan kebab jadinya keluar sendiri," seru Bilah. Gadis itu sesekali menatap laki-laki yang menurutnya hanya halusinasinya saja. Astaga sepertinya dia sudah gila gara-gara merindukan Rafael.

"Kamu ini, Abang kan sudah bilang kalau mau sesuatu bangunkan Abang. Nanti Abang yang antar," protes kakaknya karena merasa khawatir jika gadis itu keluar sendiri.
Pria itu turun dari tangga dan menghampiri Bilah

Rafael masih disitu masih menatap Bilah yang kini tersenyum ke kakaknya. Ia hanya meresapi setiap lekukan wajah yang sangat dirindukannya tanpa ada niat menyapa gadis itu walau kakinya sangat ingin melangkah dan memeluknya saat ini

"Bilah bisa sendiri kok. Lagian tempatnya nggak jauh," seru Bilah tersenyum

"Ya udah. Itu suaminya tidak di samperin," seru Alif menatap kearah Rafael disana. Bilah jadi membulatkan matanya tidak percaya. Jadi ia tidak sedang berhalusinasi saat ini.

Bilah mengikuti arah pandangan Kakaknya menatap kembali Rafael yang mematung disana. Pria itu ingin tersenyum kearah Bilah namun Bilah mengabaikannya dan kini menatap kakaknya tajam

"Ini pasti kakak yang memberitahu dia kalau Bilah disini," seru Bilah sedikit berbisik tak ingin pria itu dengar

Pria di depannya mengangguk sembari tersenyum

"Aku capek melihatmu sedih terus setiap hari jadi aku suruh Rafael ke Turki,"

Benar kan apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Pasti Rafael juga terpaksa datang kesini karena takut dengan kakaknya dan merasa tidak enak karena membuat Bilah kabur. Pria itu tidak mungkin mau datang menemuinya dengan inisiatifnya sendiri.

Bilah tak menanggapi ucapan Kakaknya. Gadis itu berlalu dengan wajah ditekuk kesal menunduk tidak mau menatap pria yang menatapnya penuh harap dan Bilah

Melewatinya begitu saja, namun langkah gadis itu tak secepat tangan Rafael yang mencegatnya memegang pergelangan tangan itu dengan lembut yang otomatis menghentikan langkah Bilah yang hendak mencapai pintu.

"Bilah tunggu!" Suara Rafael bagaikan angin segar yang selama ini ia butuhkan. Bagaikan air yang bunga itu butuhkan karena kekeringan

Tangan hangat Rafael bagaikan sengatan listrik yang selama ini ia rindukan. Dan aroma pria itu. Aroma yang bagaikan obat penenang yang selama ini ia cari.

Bilah menikmati semua itu. Seakan yang hilang datang kembali. Ia ingin sekali masuk kedalam pelukan itu memeluknya namun

Logikanya mengalahkan semua godaan itu

"Lepaskan!" Ucapnya menghempaskan tangan Rafael sembari membalikkan tubuhnya dan menatap pria itu tajam.

Bukannya marah pria itu justru tersenyum lembut menatap dirinya

"Aku tahu kamu marah. Tetapi kita perlu bicara Bilah," mohonnya penuh harap.

Bilah tak bisa menatap mata pria itu. Itu terlalu berbahaya dengan godaan pria yang nyaris sempurna ini. Apalagi jarak telah memisahkan mereka

"Tidak ada yang perlu dibicarakan Rafael. All is over. Bukankah kamu yang memutuskan jika semuanya berakhir saat aku meninggalkan hotel pagi itu," seru Bilah penuh penekanan. Seakan ia mengingatkan kembali ucapan pria itu

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang