Bab 25

2.8K 117 4
                                    


Mata sebiru laut Mediterania itu akhirnya terbuka menatap kamar tempatnya tidur yang sudah gelap. Sepertinya matahari sudah kembali ke peraduannya digantikan sang malam. Itu berarti Bilah sudah tidur lama. Untung ia sedang datang bulan jadi ia tidak melewatkan sholatnya. Dan benar saja sudah pukul 07 malam . Berarti ia sudah tertidur lama setelah pertengkarannya dengan Rafael.

Ia memijit keningnya frustasi jika mengingat pertengkaran mereka. Dan sepertinya Rafael benar-benar marah. Apa ia harus minta maaf? Tetapi jika mengingat kembali tentang Noah ia jadi enggang dan moodnya kembali buruk.

Ia bangun dari tidurnya dan sudah tidak mendapati Wibi yang tadi ia peluk saat tertidur. Ia menghela nafas panjang seiringan dengan ketukan di pintu. Sepertinya suara pelayan dan Bilah menyuruhnya masuk.
Seorang pelayan tersenyum padanya dengan baju khas pelayan dirumah ini.

"Tuan Rafael menyuruh anda untuk makan malam di bawa Miss," seru pelayan itu yang hanya diberi anggukan oleh Bilah.

Setelah pelayan itu keluar, Bilah berjalan keluar kamar dan ingin kembali ke kamar Rafael untuk mencuci wajahnya sekalian menganti pembalutnya yang sudah terasa tidak enak untuk digunakan sekalian ia mandi dulu mumpung Rafael ada di bawah batinnya. Memasuki kamarnya yang sepi. Tidak lupa ia mengambil terlebih dahulu piyama tidur dan tentunya pembalut.
Ia membuka laci tempat ia menaruh pembalut yang diberikan mertuanya kemarin tetapi ia lupa jika sudah habis ia pakai karena hari pertama Bilah beberapa kali menggantinya.

Bilah jadi bingung saat ini duduk di tepi ranjang tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin ia kebawah dan meminta pada mertuanya. Ia malu meminta lagi, seharusnya tadi ketika keluar ia menyuruh Rafael ke supermarket untuk membeli keperluannya.

Ia menghela nafas berat memegang piyama tidurnya bingung. Ia juga malu meminta pada Rafael, apalagi pria itu marah padanya.

Ia menunduk bingung seiringan dengan pintu kamar yang terbuka memperlihatkan sosok suaminya yang sedikit terkejut melihat Bilah yang kini ikut menatapnya.
Keduanya bertatapan dalam diam, saling menyelami pikiran masing-masing hingga Rafael bersuara dan menghampirinya
"Kenapa belum turun makan malam?" Tanya Rafael suaranya datar dan dingin. Bilah tahu pria itu masih marah padanya.

"Aku mau mandi dulu," jawab Bilah menatap Rafael yang berdiri tepat di depannya memandangnya terlihat sedang berpikir

"Yah sudah kenapa masih disini?" Tanya Rafael bingung.
Bilah memainkan ujung jilbabnya pertanda gadis itu gugup dan bingung
Rafael bisa menebak dari tingkah Bilah
"Ada apa?" Rafael menghampiri Bilah duduk disampingnya sembari memegang pundak gadis itu. Walau Rafael masih marah pada Bilah tetapi ia tidak bisa tidak peduli dengan istrinya.
Bilah menatap Rafael dengan tatapan sendu kemudian menunduk. Rasanya hormon karena datang bulannya yang membuat ia marah-marah tidak jelas pada Rafael. Bila jadi malu untuk meminta bantuan Rafael.

"Hei," seru Rafael menarik dagu Bilah untuk menatapnya
"Ada apa hmm,katakan apa yang menganggu pikiranmu?"
Bilah menatap Rafael masih terlihat ragu. Ia malu kalau harus menyuruh Rafael membeli pembalut

" itu aku ingin ," astaga Bilah jujur sangat malu dan tidak tahu harus mengatakan apa
"Katakan Bilah, jangan malu begitu," seru Rafael mengelus pipi Bilah yang entah mengapa menjadi pink disana

"Aku ingin memakai pembalut tetapi pembalut aku habis," ucap Bilah dengan malu-malu tidak menatap wajah Rafael sedikitpun menahan malu.
Rafael terkekeh mendengar ucapan Bilah.

"Astaga Bilah, aku kira kamu kenapa begitu sulit mengatakannya," desah Rafael tidak habis pikir
"Ya udah aku keluar sebentar ke supermarket untuk membeli pembalut, ada lagi yang kau butuhkan? " tanya Rafael menatap Bilah yang masih saja malu
"Aku pengen ngemil Snack sekalian kamu beliin sama minuman apa saja asalkan greentea," pinta Bilah. Rafael tersenyum mengelus kepala Bilah
"Baiklah, setelah ini nggak marah lagi kan soal tadi siang?" Bilah menunjukkan wajah merasa bersalahnya
"Maaf," cicit Bilah menatap Rafael dengan wajah terlihat sangat merasa bersalah. Dan Rafael tidak tega menatap wajah itu.
Ditariknya Bilah kedalam pelukannya dan membenamkan wajah Bilah di dadanya mengelus punggung gadis itu.

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang