Bab 18

3.5K 141 6
                                    

Sebelumnya saya mau mohon maaf jika cast dalam cerita ini hanya fiktif semata, saya cuman pinjam namanya tetapi karakter dari cerita ini cuman fiktif juga. Takutnya ada nama yang ngefans sama castnya tetapi tidak sesuai karakter aslinya di dunia nyata. Happy reading
Tinggalkan jejak supaya bisa tambah semangat menulisnya hehhe

*******




Bilah bisa bernafas lega sekarang ketika Zahra sudah menjelaskan jika ia menangis karena putus dengan Ivar, bukan sesuatu yang ia takutkan jika gadis itu melakukan hal yang tidak seharusnya lawan jenis lakukan jika belum halal.

"Sebaiknya tenangkan dirimu, berhenti menangis, kalian hanya perlu membicarakan hubungan kalian baik-baik disaat kalian tidak sedang emosi. Keputusan yang dilakukan saat emosi itu bukan keputusan yang sebenarnya hati kita inginkan, jadi tenangkan dirimu, selesai pertandingan kita bicara dengan ivar," jelas Bilah mencoba menenangkan sahabatnya yang masih sesenggukan menatap Bilah mengangguk

" Sebenarnya aku yang memutuskan ivar, aku tidak suka ia dekat dengan perempuan lain, begitu dekat seperti ada sesuatu tetapi pria itu tak mau mengaku, seharusnya kalau ivar menyukai gadis itu jujur saja, aku akan melepaskannya. Dan merelakannya adalah hal yang terbaik," Zahra kembali menangis walau ucapannya ingin putus tetapi hatinya tidak.
"Apa yang kau lihat belum tentu itu hal yang sebenarnya terjadi," kali ini Rafael yang menasehati ketika ia hanya menjadi pendengar dari tadi menyaksikan kedua sahabat itu saling menenangkan.
"Rafael betul Zahra, jadi tenangkan dirimu, tanya Ivar baik-baik oke,"
"Kamu hanya salah paham, teman istri Arham itu emang tertarik dengan Ivar, tetapi Ivar sudah berusaha menjaga jarak semalam tetapi yah sepertinya gadis itu berusaha untuk dekat dengan Ivar," tambah Rafael ketika ia baru saja saling mengirim pesan dengan Ivar menjelaskan kesalahpahaman mereka.

"Emang geng mereka itu toxic, terutama lyodra," Zahra menatap tajam kearah Rafael "dan kau sebaiknya jangan dekat dengan Lyodra jika masih mau mempertahankan pernikahanmu, ak-"
"Zahra stop, ITS my problem with Rafa," potong Bilah memperingati sahabatnya menatap Zahra memohon untuk tidak memperpanjang masalah. Ia baru saja baikan dengan Rafael dan ia tidak mau bertengkar lagi dengan suaminya.
"Aku nggak ada hubungan apapun dengan Lyodra," sembur Rafael tidak suka dituduh atas sesuatu yang Zahra tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi
"Aku dengan Lyodra hanya pura-pura berpacaran di depan publik," mata Bilah terbelalak sempurna menatap kearah Rafael tidak percaya

"Kami terpaksa melakukannya demi menjaga citra kami masing-masing, dan ini semua sudah menjadi keputusan agengsi lyodra dan coach shin Taeyong, " jelas Rafael tetapi kali ini menatap wajah istrinya yang hanya bisa menunduk memainkan ujung jilbabnya. Ada rasa bahagia di hatinya mendengar penjelasan Rafael jika ternyata suaminya tak punya hubungan apapun dengan gadis itu.

"Bilah maafin aku yah," Bilah mengangkat kepalanya tersenyum beranjak menuju suaminya yang masih sedikit pucat.
"Bilah juga minta maaf sudah berfikiran negatif tentang kamu," Rafael mengenggam kedua tangan Bilah dan menciumnya.
"Aku salah tidak menjelaskannya sama kamu," Rafael mengelus pipi Bilah
"Tetapi kamu harus hati-hati dengan gadis itu Rafael, dia tidak menganggap semuanya hanya pura-pura tetapi gadis itu menginginkanmu," seru Zahra menatap keduanya serius
"Entahlah, aku tidak peduli dengan itu, yang jelas Bilah tidak salah paham lagi sama aku," Rafael malah menarik Bilah kepelukannya membuat Zahra berdecak kesal
"Jangan bermesraan di depan gadis yang sedang patah hati, itu sungguh menjengkelkan," ketus Zahra melipat kedua tangannya di dada
Keduanya terkekeh melihat wajah ditekuk Zahra.

"Jangan khawatir aku janji akan membuat kamu dan Ivar kembali, kalau perlu sampai ke jenjang pernikahan,"
Zahra berniat membalas ucapan Rafael namun deringan ponselnya menghentikannya dan ternyata ayahnya yang menelpon

"Hello Daddy," jawabnya sedikit malas

"What? Daddy are you kidding me?" No Zahra tidak mau pulang,"
"Daddy, please Zahra lagi liburan baru nyampai kemarin,"
"Selalu saja ancamannya pakai cabut semua fasilitas Zahra, baiklah Zahra balik," ucap Zahra terlihat pasrah memutuskan sambungan teleponnya
"Ada apa Zahra?" Tanya Bilah penasaran ketika melihat wajah kesal Zahra.
"Maafkan aku Bilah, aku harus balik ke Jakarta sekarang, kata Daddy urgent,"
Zahra bangkit dari duduknya kemudian mengambil kopernya di dalam lemari.
"Kamu nggak apa-apa pulang sendiri?" Tanya Zahra ketika ia sudah memasukkan beberapa barangnya ke koper
"Nggak usah khawatir, setelah pertandingan disini kami akan langsung balik ke Belanda," jelas Rafael. Bilah melepaskan pelukannya pada Rafael kemudian turun memeluk sahabatnya
"Aku pasti merindukanmu," seru Bilah, mengingat ia takkan kembali ke Jakarta sesuai yang dikatakan Rafael.
"Aku juga," Zahra melepaskan pelukannya tersenyum
"Kalau ada masalah kabarin aku yah, dan maaf harusnya setelah pertandingan kami mempertemukan kamu bersama Ivar, tetapi kamu harus pulang duluan," ucap Bilah sedih. Ia pasti akan merindukan sahabatnya.
"Nggak apa-apa, mungkin seharusnya saya dan Ivar jaga jarak dulu, kami juga beda agama, mungkin Tuhan sedang memperingati aku" ucap Zahra terlihat sedih.
Sekali lagi Bilah hanya bisa memeluk erat sahabatnya sebelum Zahra pamit kepada Rafael
"Cepat sembuh Rafael, dan tolong jaga Bilah,"
"Pasti," jawab Rafael "have safe flight," Zahra mengangguk kemudian keluar membawa kopernya.
Bilah kini menatap kearah Rafael serius sembari duduk di kursi depan pria itu.
"Kenapa tiba-tiba kita harus balik ke Belanda?" Tanya Bilah penasaran karena setahunya tidak ada planning ke Belanda dalam waktu dekat.
"Club aku di Belanda sudah di perpanjang, jadi sepertinya kita akan stay di Belanda, kamu nggak apa-apa kan kalau kita stay disana?"

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang