Bab 12

3.6K 150 5
                                    

Bilah menekuk wajahnya kesal ketika ia baru saja menelpon Rafael untuk meminta izin ikut dengannya ke Vietnam. Tetapi Rafael tidak mengizinkannya katanya dirinya masih harus istirahat padahal kakinya sudah sembuh bahkan gipsnya sudah dilepas. Tidak nyeri lgi sama sekali.
Bagaimanapun caranya ia harus ke Vietnam, ia tidak mau suaminya menempel terus dengan Lyodra karena setahunya gadis itu akan ikut kesana.
Apa ini alasan Rafael tidak mengizinkannya? Karena ingin berduaan dengan Lyodra?"
Bilah sedih memikirkannya.
No, jangan sedih Bilah kau harus mempertahankan suamimu apapun alasannya. Batinnya menyemangati dirinya sendiri
"Kenapa wajahmu di tekuk begitu?"
Tanya Zahra yang baru saja masuk ke kamar Bilah yang tengah menyandar ke dasbor ranjang
"Kau merindukan Rafael yah?" Goda Zahra menatap Bilah yang mengangguk sempurna.
Ia memang sangat merindukan Rafael karena seminggu ini ia tidak berjumpa dengan Rafael karena pria itu sibuk berlatih dan harus menginap di hotel yang disiapkan.
"Aku ingin ketemu Rafael, tetapi mustahil juga bisa menemuinya saat ini" ucap Bilah terdengar putus asah, selain kesal ia juga sangat merindukan suaminya. Setiap malam ia hanya bisa telponan ataupun menatap video pria itu di tiktok.
"Kita bisa ketemu Rafael kalau kamu mau?" Bilah menatap Zahra dengan tatapan serius tetapi masih tidak mempercayai gadis itu.
"Jangan bercanda Zahra, orang asing seperti kita mana bisa masuk ke pelatihan centre timnas," ucap Bilah terdengar sedih.
"Percaya deh sama aku, sebaiknya kamu siap-siap sekarang,"
"Zahra jangan bercanda," ucap Bilah menatap sahabatnya itu masih tidak percaya
"Sebenarnya saya lebih suka berusaha sendiri dari pada manfaatin nama keluarga saya, tetapi demi sahabatku ini aku akan memakai the power of my family,"
*Percaya sama aku kali ini," tambah Zahra ketika Bilah ingin protes.
"Dan satu lagi bawakan bunga untuk suamimu," kita nyamar sebagai fans saja,"
Jelas Zahra yang membuat sedikit mata sendu itu berbinar
"Aku akan jelasin nanti," Ucap Zahra kemudian keluar dari kamar meninggalkan Bilah yang masih penasaran dengan ucapan Zahra.
****

"Jadi pak Erick Thohir paman kamu?" Tanya Bilah tidak percaya ketika keduanya sudah memasuki latihan centre timnas di antar oleh seorang security di depan mereka. Zahra terpaksa menghubungi pamannya dan memohon untuk bertemu pemain timnas hari ini. Dan pamannya itu sangat sayang pada Zahra, dan memenuhi keinginan anak itu karena kebetulan pamannya juga ada di sana .

"Iya, tetapi baru kali ini aku minta bantuannya demi kamu Bilah," Bilah merasa terharu. Ia memeluk Zahra dari samping sembari berjalan menuju lapangan gelora bung Karno karena saat ini mereka tengah menjalani latihan

"Terimakasih Zahraku sayang," ucap Bilah sangat bersyukur mempunyai teman seperti Zahra.
"Dan tentunya demi ketemu ivar juga sih, aku juga sangat merindukannya," kekeh Zahra nyengir kearah Bilah yang kini menatap Zahra tidak habis pikir
"Dasar, bucinnya ivar," keduanya tertawa sembari turun menuju lapangan dan kini dipersilahkan untuk duduk dulu dibangku yang dekat dari lapangan.

Bilah dapat melihat Rafael tengah berlari mengelilingi lapangan bersama yang lainnya. Bunga mawar putih sudah ada di genggaman Bilah saat ini.
"Ingat yah, kamu harus berpura-pura menjadi penggemar Rafael, yah walaupun emang pada kenyataanya penggemar beratnya," kekeh Zahra
"Tenang saja, kali ini nggak pura-pura, aku akan menjadi fans yang sesungguhnya di depan Rafael,walau aku jengkel saat ini,"
"Why?" Tanya Zahra penasaran
"Ia tidak mengizinkanku ikut ke Vietnam, ini salah satu alasan aku ingin bicara dengannya sekarang," kesal Bilah jika mengingat perkataan Rafael di telepon

"Tenang saja, apapun yang terjadi kita ke Vietnam bersama, kita harus melindungi milik kita dari pelakor," ucap Zahra nampak serius menatap ivar di lapangan. Zahra sedang jengkel karena ada selebgram yang kini mendekati kekasihnya. Selebgram itu salah satu sahabat istri pemain bola di timnas.

"Rafael," teriak seseorang yang kini menghentikan percakapan Bilah dan Zahra, dan benar saja pelakor yang dipikirkan Bilah kini sudah ada dipinggir lapangan dengan pakaian olahraga ketat memakai Jersey nomor punggung Rafael sembari membawa botol air minum ditangannya.
Bilah merasa tak mau kalah dengan gadis itu, ia berdiri dari duduknya berjalan kearah pinggir lapangan dan berdiri tak jauh dari gadis yang kini menoleh kearah Bilah

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang