Bab 34

2.2K 85 15
                                    


Hello semuanya maaf yah malam ini nggak update dulu. Soalnya lagi nggak mood nulis and feel nulis nggak dapat juga. Seharian mencoba menulis tetapi lagi-lagi nggak dapat feel-nya. Semoga besok feel nulisnya udah kembali supaya bisa update besok.

Terimah kasih banyak buat yang selalu support dengan vote and komen cerita ini. Tanpa kalian tulisan ini tidak akan mempunyai pembaca yang sudah lumayan banyak. Padahal awal nulis cerita ini cuman iseng doang nggak nyangka banget banyak yang suka cerita ini.

Makasih semuanya. Sehat selalu kalian.

Jika ada yang mau berteman di sosmed yuk saling follow insha Allah aq folback kok. Disini menulis sambil nyari teman juga love you guys

Instagram eqha.fitriani
Tiktok eqha.fitriani

Doakan timnas menang malam ini aamin.
Oh yah mau nanya disini ada nggak yah yang mau nonton timnas Juni nanti?

Kalian dari kota mana ajah ? Share share dong disini.

Behind story ivar Zahra

Zahra menatap wajah kekecewaan ivar disana, pria itu masih saja terdiam ketika Zahra menceritakan semuanya jika ia kabur dari Jakarta untuk menolak perjodohan dirinya dengan pria pilihan orng tuanya.

"Seharusnya kau jujur dari kemarin,"

Zahra menunduk merasa bersalah.

"Maafkan aku ivar, aku takut kau akan menjauhiku jika kau tahu aku dijodohkan."

"Tetapi tidak dengan kabur Zahra," ucapnya tegas

"Kalau aku tidak kabur, aku tidak akan pernah bisa bersamamu ivar," ivar tertawa mendengar ucapan Zahra

"Apakah kamu pikir saat ini kita mudah bersama? Apalagi dengan yang kau lakukan sekarang? Orng tuamu pasti akan marah besar

"Aku akan kabur denganmu,bawa aku tinggal di Belanda bersamamu," ivar membulatkan matanya tidak percaya

"Jangan bodoh Bilah. Itu sama saja aku akan membuat pak Erick marah besar. Itu ide yang gila," tolak ivar tidak setuju

"Aku tidak peduli selain bersamamu," Zahra terlihat hampir putus asah

"Kalau perlu kita menikah diam-diam," lagi-lagi ivar membulatkan matanya tidak percaya mengapa Zahra semakin berbicara ngawur seperti sekarang

"Tidak semudah itu Zahra, bagaimana bisa kita menikah disaat kau membutuhkan penghulu dan aku butuh seorang pastor, tasbih mu tak akan bisa bersatu dengan kalung salibku, lantas apa yang kita harapkan untuk menikah disaat keyakinan kita berbeda." Hal ini betul-betul membuatku frustasi,"

"

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang