Bab 67

1.4K 99 28
                                    

Deng Haag Belanda

Bilah terserang Flu berat ketika gadis itu sudah menginjakkan kaki di Belanda.  Cuaca Belanda begitu dingin dan ia belum terbiasa dibandingkan cuaca Indonesia yang panas. Beberapa kali ia bersin bahkan hidungnya sudah memerah. Tisu berserakan di atas tempat tidur bahkan tempat sampah di kamar itu bahkan sudah full. Kepala Bilah sedikit berat dan ia pura-pura baik-baik saja dihadapan Rafael ketika pria itu harus keluar kembali bermain dengan clubnya. Bilah tidak mau menganggu sesi latihan Rafael dengan hanya mengkhawatirkan dirinya. Sedangkan mertuanya kembali bekerja dan ia kembali kesepian.

Zahra semenjak di Bali ternyata gadis itu melarikan diri dan dia sangat bersyukur ternyata Nathan bersamanya.  Ternyata Zahra minta bantuan Nathan dan sekarang mereka ada di Inggris Nathan kembali ke club' asalnya dan ia tak sengaja satu pesawat dengan Zahra yang akan menuju ke inggris dan Nathan memberitahunya. Zahra memang sudah minta izin ke orang tuanya kalau gadis itu akan melanjutkan kuliahnya di Inggris. Tetapi gadis itu bilang hanya berpura-pura, dan Bilah meminta bantuan Nathan untuk mengawasi Zahra disana karena Nathan yang memberikan rekomendasi apartemen yang sama dengan kakaknya tinggal disana. Setidaknya gadis itu baik-baik saja saat ini dan ia sangat berutang Budi pada Nathan.

Hatchi

Bilah kembali bersin mengeratkan selimut tebalnya. Pemanas di ruangan ini tidak menghangatkannya sama sekali  kembali mengambil tisu dan membersihkan ingusnya yang tidak berhenti keluar.  Dan entah sudah berapa banyak tisu yang ia habiskan. Bahkan ia menyuruh pelayan  di rumah ini untuk membelikannya.

Dan seorang pelayan masuk membawa sesuatu di mangkuk yang asapnya mengepul, dari aromanya seperti sup ayam

Pelayan itu tersenyum

"Ini ms. Saya buatkan sup asli Indonesia untuk orang yang lagi flu bagus buat ms," Bilah tersenyum mengambil alih sup itu setelah ia mendudukkan tubuhnya bersandar di di ranjang

"Terimah kasih," pelayan itu mengangguk sembari membersihkan kamar Rafael dan memungut semua tisu yang ada di ranjang. Bilah merasa tidak enak

"Biar aku ajah yang mem-"

"Nggak apa-apa ms. Lagian ms sepertinya butuh istirahat, wajahnya pucat begitu. Apa aku telponin tuan muda?" Tanya Pelayan yang usianya masih muda. Bisa berbahasa Indonesia dan memang pelayan itu di khususkan buat melayani Bilah di rumah ini. Pelayan asli Indonesia yang kebetulan tinggal di Belanda sebagai TKW

Bilah menggeleng

"Tidak usah. Dan tolong rahasiakan ini dari Rafael dan mertua aku. Aku tidak mau mereka khawatir. Kalau mereka menelpon bilang saja aku baik-baik saja. Lagi pula aku memang baik-baik,baik saja," seru Bilah dan pelayan itu sudah membersihkan kamarnya dari tisu yang berserakan

"Baiklah. Tetapi kalau ms butuh sesuatu panggil yah." Bilah mengangguk tersenyum dan kembali memakan sup nya hingga tandas. Ini enak seperti buatan uminya saat Bilah terserang demam. Ia menghabiskannya kemudian bangkit untuk menaruh mangkuk berisi sup itu di meja depan sofa.

Ia berjalan kearah gorden abu-abu dan mengintip keluar, cuaca di musim panas tetapi masih saja terasa dingin buat Bilah.  Ia memang tidak terbiasa dengan cuaca di Eropa.

Ponselnya berdering di kasur dan ia sedikit berlari menghampirinya ternyata Rafael. Ia harus terlihat baik-baik saja. Dengan cepat ia berjalan ke meja rias miliknya yang sengaja Rafael taruh di kamarnya untuk menyimpan keperluan Bilah disana seperti skincare dan yang lainnya kemudian gadis itu memakai lipstik agar tidak terlalu keliatan pucat

"Hallo sayang!" Seru suara diseberang  ketika Bilah sudah mengangkat teleponnya menggunakan video call

Bilah tersenyum sebaik mungkin berharap wajahnya nggak keliatan kalau gadis itu sedikit pucat

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang