My Husband Is My Idol

Bab 49

1. Maaf baru update yah. Ini aku usahain bisa update hari ini juga
2. Aku tekankan sekali lagi ini hanya fiction cerita fantasi karangan adapun karena meminjam nama pemain timnas karena emang penulis lagi ngehalu pemainnya. Masa gw nghakuiin bapak loh wkwkwk. Aneh ajah yang berniat koar semalam sok ngelarang halu.padahal nggak ganggu privacy mereka hanya membuat cerita halu karena sadar di kehidupan nyata kita mah siapa. Jadi buat cerita hanya untuk menghibur diri doang nggak maksud menjelekkan jelekkan timnas juga kan.
Sok overprotektif sama pemain timnas tetapi terlalu berlebihan caranya. Yang salah itu kalau nguntit mereka

3. Yang baru nemuin cerita ini dan merasa terganggu dengan cast pemain nggak usah baca.yang mau ajah yang baca cerita ini. Intinya penulis tidak ada maksud apa-apa buat cerita ini real hanya hiburan cerita fiksi
Maaf kalau ada typo malas mengedit hehhe

Maaf curhat kesel soalnya hehhe.

Happy reading

Bilah menatap sendu pasport ditangannya dengan pandangan yang sudah mengabur karena air matanya. Ia biarkan air mata itu mengalir mengingat kembali pertemuan pertama mereka saat pertama kalinya Rafael menatapnya di pertemuan pertama mereka yang berhasil membuat jantungnya berdetak kencang pada saat itu.

Dari pertemuan pertama itu Bilah semakin jatuh cinta hingga ia akhirnya menjadi pendamping Rafael malam itu, ia sangat bahagia saat itu saat bibir pria itu mengucapkan ijab kabul di depan orang tuanya dan menjadikannya jika ia adalah wanita yang sangat beruntung menjadi pendamping pria itu.

Ia menjadi istri yang sangat bahagia saat itu, apalagi saat Rafael mengucapkan pernyataan cintanya padanya. Saat itu Bilah merasa menjadi wanita yang lebih utuh karena ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka saling mencintai dan menyempurnakan cinta mereka dengan kesempurnaan penyerahan dirinya seutuhnya pada Rafael hingga pria itu berhasil memberikan detak jantung di dalam dirinya yang akan menjadi pelengkap hidup mereka.

Namun ternyata kehidupan rumah tangganya tak semulus yang ia harapkan ketika seseorang di masa lalu pria itu datang dan mungkin menimbulkan cinta itu kembali di hati suaminya.

mimpi yang coba ia bangun dengan anak mereka nanti seakan kandas dan Allah tidak menakdirkan bagian itu untuk mereka lalui.

Apakah ia akan sanggup membesarkan anak itu sendiri tanpa Rafael? Membayangkannya saja membuatnya sangat sesak.

Ya Allah apa jalan yang aku ambil ini sudah benar?
Batinnya menghapus air matanya seringan dengan bunyi ponselnya yang berdering.

Zahra menelpon tetapi kenapa ia merasa kecewa? Kenapa ia berharap Rafael yang menelponnya? Padahal ini yang ia inginkan menjauh dari Rafael.

Ia menarik nafas panjang, panggilan dari peringatan jika ia harus segera masuk kedalam pesawat karena sebentar lagi pesawat yang ia tumpangi akan segera take off . Ia mengabaikan telepon Zahra dan menaruh ponselnya di dalam tasnya.
Ia hanya membawa tas selempang nya tanpa koper yang sudah ia siapkan. Untung data dirinya ada di tas selempang nya. Dan hanya menggunakan dress yang ia pakai lari dari hotel dibalut jaket denim yang sempat ia beli di bandara tadi.

Sedangkan di tempat lain Zahra beberapa kali berusaha menelpon Bilah namun tidak diangkat. Ia sangat khawatir saat ini.

"Tidak diangkat," seru Zahra terlihat putus asah menatap ivar tepat di depannya yang kini menatap Zahra

"Kita tidak boleh membuat mereka berpisah seperti ini. Rafael butuh Bilah saat ini. Pria itu bahkan tidak mau menyentuh makanannya sedikitpun," seru Ivar sama putus asanya dengan Zahra

"Ini semua gara-gara gadis licik itu. Hubungan Bilah dengan Rafael hancur," seru Zahra terlihat marah.

Ivar mendesah panjang