Bab 14

4.1K 159 1
                                    

Rafael menatap ponselnya frustasi duduk di ranjang apartemen yang disediakan pelatih untuknya dengan yang lainnya mencoba menghubungi Bilah namun gadis itu sama sekali tak mengangkat atau membalas pesannya dari tadi siang membuatnya khawatir. Ia tahu pasti Bilah marah dengannya atas kejadian tadi pagi dan ia tidak tenang jika belum menjelaskan semuanya pada gadis itu. Tetapi sepertinya Bilah sengaja mengabaikannya.
"Kau kenapa wajahmu ditekuk begitu?" Tanya Ivar yang Barus saja masuk kedalam kamar melihat wajah sahabatnya itu frustasi

"Bilah belum juga mengangkat teleponku," jawabnya frustasi masih berusaha menelpon Bilah
"Wajar dia tak mengangkatnya, kau terlalu banyak menyakiti istrimu," ucap Ivar menjatuhkan tubuhnya disamping Rafael.
"Aku tahu, maka dari itu aku ingin menjelaskan semuanya sekarang,"
Ucap Rafael mendesah putus asah
"Sebaiknya kamu jangan terlalu sering bertemu Lyodra, gadis itu akan membuat masalah dalam rumah tanggamu. Kecuali kau ingin melepaskan Bilah," Rafael menatap tajam Ivar mendengar perkataan Ivar yang terakhir tidak terima

"Aku tidak akan pernah melepaskannya, " ucap Rafael penuh janji menatap Ivar serius

"Tetapi terlalu banyak alasan yang bisa Bilah gunakan untuk melepaskanmu, wanita mana yang sanggup melihat suaminya sendiri punya kekasih lain diluar sana," ucap Ivar menatap sahabatnya serius membuat Rafael terdiam dan terlihat merasa bersalah

"Aku juga capek dengan semua sandiwara ini, aku sangat ingin mengakhiri hubungan pura-pura ini dengan Lyodra, tetapi aku tak tahu harus bagaimana," ucap Rafael terlihat frustasi.
Ivar memeluk punggung Rafael
"Sebaiknya sekarang kau temui Bilah dan jelaskan semuanya, kau izin saja sama coach Shin Taeyong untuk keluar sebentar" saran Ivar
Belum sempat Rafael menjawab suara deringan ponsel ivar terdengar
"Hallo Zahra," seru Ivar ketika yang menelpon adalah Zahra
"Ya aku bersama Rafael , ada apa?"
"Tidak, Rafael disini tidak pernah keluar dari tadi,"
"What,Bilah menghilang?" Seru Ivar yang berhasil membuat Rafael kaget dan mulai khawatir. Dengan terpaksa Rafael merebut ponsel ivar ditangannya.
"Bagaimana ini, aku menelponnya tidak diangkat, dan dia tidak ada di apartemen," ucap suara diseberang terdengar panik.
"Bagaimana bisa kau tidak bersamanya, bukankah sejak pagi kalian bersama?" Tanya Rafael mulai frustasi
"Iya, setelah mengunjungi kalian Bilah pamit istirahat dikamar, terus aku pamit sama dia sebentar karena disuruh pulang sama papah aku, pas pulang Bilah sudah tidak ada di apartemen. Gimana ini Rafael, aku takut terjadi sesuatu pada Bilah," ucap Zahra suaranya terdengar ingin menangis. Ia sangat mengkhawatirkan Bilah apalagi gadis itu terlihat sangat sedih sehabis mengunjungi Rafael.
"Aku dan Ivar akan keluar mencarinya dan mencoba melacak keberadaanya melalui ponselnya," seru Rafael kemudian mematikan panggilannya dan buru-buru mengambil jaket dan kunci mobilnya.
"Ayo ivar, kita pamit dulu dan keluar mencari Bilah," ucap Rafael sedikit panik dan khawatir.

*****
Bilah menatap bunga mawar disampingnya yang sudah layu dengan pandangan sedih. Matanya sedikit sembab karena beberapa kali menangis jika mengingat bagaimana bunga itu di lempar di hadapannya dan Rafael sama sekali tidak peduli.
"Ya Allah kuatkan hamba dengan semua ini," batinnya mengusap air matanya menatap langit malam yang tak ada bintang disana. Seharian ini ia berada di pesantren orang tuanya mencoba menyibukkan diri mengajar anak-anak disini namun rasa sakit itu tak bisa mengalihkannya. Kadang ia melamun dan air mata itu kembali jatuh.
Ketika malam sudah menampakkan kelamnnya, dan ia sudah melaksanakan sholat isya, ia pamit pada kiyai yang mengurus pesantren disini dan berakhir duduk sendiri dibelakang pesantren dekat danau sembari ditemani bunga layu yang seharian ia bawa. Ketika menatap bunga itu ia seperti melihat dirinya yang tidak berharga seperti bunga itu.
Sebegitu menyedihkannya kah dirinya? Lagi-lagi ia tidak bisa membendung tangisnya menangis terisak hanya ingin mengeluarkan semu rasa sakit yang ia rasakan saat ini berharap setelah ini rasa sakit itu hilang.

Dari kejauhan seorang pria menatap punggung itu dengan tatapan ibah menghembuskan nafas kasar, pria itu berjalan kearah dimana gadis itu sendiri dan tanpa gadis itu tahu pria itu sudah duduk agak jauh dari Bilah

My Husband Is My Idol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang