🍒🍒🍒
Hari ini adalah hari dimana Florine di bolehkan pulang oleh dokter, setelah 18 hari berada di rumah sakit untuk perawatan nya. Florine dijemput oleh Zayn yang pada saat itu sudah kembali dari kampusnya, sedangkan Gio tidak bisa ikut menjemput nya karena harus meeting bersama para klien.
"Maafin aku ya bang," ujar Florine pada Zayn yang fokus menyetir.
Zayn mengangguk pelan sebagai jawaban dari perkataan Florine barusan. Namun Florine merasa tak puas oleh jawaban dari kakaknya itu, karena kesal ia pun memukul jendela mobil pelan, membuat Zayn menoleh dan bertanya.
"Kenapa dek?" tanya Zayn lembut.
"Aku kan lagi ngajak ngomong abang lho, masa ga dijawab sih!" jawab Florine dengan merengek kesal.
"Tadi kan abang udah jawab dek," ucap Zayn merasa tak terima adiknya menyalahkan dirinya.
"Mana ada abang jawab, dari tadi diem aja." sela Florine dengan memanyunkan bibirnya.
"Tadi kan abang udah ngangguk dek," balas Zayn membela diri.
"Tau ah males ngomong sama abang!" ucap Florine kemudian menoleh ke arah jendela dan menyandarkan kepalanya ke jendela mobil.
"Dari kapan?" tanya Zayn ketika melihat adiknya yang merajuk.
"Apanya?" jawab Florine menoleh ke arah kakaknya dengan bingung.
"Sakitnya," timpal Zayn yang sesekali melirik ke arah adiknya itu.
"Gatau," ucap Florine menggelengkan kepalanya.
"Aku ga nyadar," sambungnya dengan polos, membuat Zayn semakin khawatir dengan adiknya itu.
Matanya memang menghadap fokus ke arah jalan, namun tidak dengan fikirannya yang berkelana entah kemana. Rasa takut kehilangan itu muncul kembali, Zayn masih trauma atas kepergian kedua orangtuanya beberapa bulan lalu, dan sekarang ia harus dikejutkan dengan kabar tak mengenakan tentang kondisi adik kesayangannya itu.
"Huffth," Zayn menghembuskan nafas berat, rasanya ia ingin menangis sambil memeluk ibunya seperti dahulu, ketika dirinya sedang merasa tak baik-baik saja seperti saat ini.
"Kenapa bang?" tanya Florine saat mendengar hembusan nafas kakaknya.
"Gpp," jawab Zayn singkat, Florine pun hanya menganggukkan kepalanya dan tak melanjutkan pertanyaan nya lagi.
Tak terasa 45 menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah dengan selamat. Zayn membawakan tas Florine, dan membawa adiknya masuk ke dalam rumah dengan hati-hati.
Ia dan juga Gio sudah mengikrarkan janji mereka di hadapan Tuhan dan juga jasad kedua orangtua mereka, untuk selalu menjaga dan menyayangi Florine sampai titik darah penghabisan.
"Kamu mau langsung ke kamar atau disini dulu?" tanya Zayn ketika mereka sudah berada di ruang keluarga.
"Disini dulu aja bang," jawab Florine yang sudah mendudukkan bokongnya di atas kursi sofa.
"Yaudah kalo gitu, abang naik dulu ya mau ganti baju." ujar Zayn kepada adiknya itu.
"Iya bang," balas Florine, kemudian ia pun merebahkan tubuhnya di atas sofa tersebut karena merasa lelah.
Merasa bosan, Florine mengambil ponsel yang tidak ia gunakan selama 18 hari dari dalam tasnya. Ketika ia mengaktifkan datanya, muncul beberapa notifikasi pesan dan panggilan masuk yang tak sempat ia jawab selama dirinya dirawat di rumah sakit kemarin.
Ia pun membuka pesan dari kekasihnya terlebih dahulu, karena kontak kekasihnya yang berada di paling atas tumpukan chat itu, tentu saja ia termasuk dalam daftar orang yang Florine sematkan setelah kedua kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~