Matahari mulai naik ke permukaan tanpa malu-malu, cahayanya mulai memasuki gorden kamar Robi. Merasa matanya silau, mau tak mau Robi pun bangkit dari tidurnya dan segera menutup celah gorden tersebut, agar tak mengenai Florine.
Ia berjalan ke arah sang kekasih yang masih tertidur, Robi sedikit menunduk untuk memberikan kecupan di pagi hari pada Florine. Ia mengecup seluruh area wajah sang kekasih dengan lembut, namun saat dirinya hendak mencium area bibir, ia dapat merasakan hembusan nafas lemah dari Florine.
Dengan cepat ia membangunkan si gadis, benar dugaannya, Florine pingsan entah sejak kapan. Sesegera mungkin ia membawa Florine ke rumah sakit. Ia dengan cepat turun ke basement tanpa memikirkan apapun lagi, yang ada di gilirannya sekarang adalah cepat sampai di rumah sakit.
Setelah berada di basement, Robi memasukkan Florine terlebih dahulu ke kursi belakang. Setelah dirasa Florine aman dan nyaman, dirinya pun langsung masuk dan duduk di kursi pengemudi. Setelah selesai, ia pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Bego lu bi, bisa-bisanya gak nyadar kalo dia pingsan." ucap Robi memukul setirnya dengan kesal.
Sesekali Robi menoleh ke belakang, atau melihat keadaan Florine dari kaca spion. Meskipun dirinya dalam keadaan panik, ia tetap berusaha tenang. Karena dirinya harus fokus menyetir, agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa menit berlalu, Robi telah sampai di rumah sakit. Ia pun segera meminta para perawat untuk membantunya, setelah para perawat itu mengetahui bahwa ada seseorang yang pingsan. Dengan cepat mereka pun membantu Robi untuk segera membawa Florine ke UGD.
Robi mengikuti para perawat itu dari belakang, rasa takut dan khawatir menjadi satu. Ia mengusap rambutnya dengan gusar, sambil sesekali menyalahkan dirinya karena tak menyadari sang kekasih yang pingsan.
"Jaga dia Tuhan, dia salah satu orang paling berharga di hidup gue." gumam Robi dengan sedih.
"Telpon bang Gio sama bang Zayn dulu kali ya," sambungnya saat menyadari bahwa kedua kakak dari kekasihnya belum ia beritahu.
Robi pun mengambil ponselnya dari saku piama yang ia kenakan, kemudian menekan tombol panggil di nomor Zayn. Beberapa menit tak kunjung ada jawaban, Robi pun memutuskan untuk menelepon Gio.
Sudah kesekian kalinya ia menelepon kedua kakak dari Florine, nmun tak ada satupun dari mereka yang mengangkat nya. Akhirnya ia pun hanya mengetikkan beberapa pesan kepada keduanya, dan tak lupa menyertakan nama rumah sakit tempat saat ini dirinya dan Florine berada.
Sementara di sisi lain, kedua kakak Florine sedang disibukkan dengan urusan pekerjaan keduanya. Pagi-pagi sekali keduanya sudah berada di kantor, selain mereka yang akan mengadakan rapat, keduanya juga mengurusi beberapa anak cabang perusahaan nya yang tengah dilanda kebangkrutan akibat terjadinya korupsi dari pihak petinggi disana.
Saat keduanya sibuk dengan rapat di kantor yang tak ku Jung selesai, ponsel mereka berdua berdering tanpa henti. Tapi karena kesibukan mereka dengan jadwal rapat yang padat, keduanya memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada urusan di kantor. Meskipun tergoda untuk melihat ponsel mereka, Gio dan Zayn menyadari betapa pentingnya fokus pada pekerjaan mereka.
Hingga beberapa menit kemudian, rapat terakhir selesai, mereka akhirnya punya waktu untuk memeriksa ponsel mereka. Ternyata, ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari kekasih adiknya, mereka berdua saling memandang satu sama lain, dan mengangkat satu alisnya dengan heran melihat betapa banyaknya pesan yang masuk.
"Robi misscall gue bang," ucap Zayn pada Gio.
"Sama," jawab Gio menunjukkan pesan dan beberapa panggilan dari Robi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~