Sudah 1 bulan Robi tak mengajak bicara Florine, dan hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi gadis itu, ia tak lagi membujuk kekasihnya agar mau berbicara dengannya seperti beberapa pekanbaru ke belakang. Dan hal itu menyebabkan bertambah renggang hubungan mereka, seperti saat ini, baik Robi ataupun Florine tak ada yang saling menyapa terlebih dahulu, padahal mereka berada di tempat dan waktu yang sama.
"Flo," panggil Kafka pada Florine yang sedang membersihkan halaman sekolah.
"Hmm," sahut Florine malas tanpa menoleh pada Kafka yang mengajaknya bicara.
"Ikut gue," ucap Kafka menarik lengan gadis itu, tentu saja hal itu tak luput dari lirikan Robi.
"Kemana?" tanya Florine yang tak menolak ajakan Kafka barusan.
"Udah ikut aja dulu," jawab Kafka yang tetap fokus berjalan ke depan.
"Jangan bilang lo mau macem-macemin gue," tuduh Florine pada Kafka.
Kafka menghentikan jalannya, kemudian berbalik menghadap kepada Florine dan...
Tuk
Kafka menjitak dahi Florine cukup keras, membuat gadis itu meringis kesakitan dan mengusap kepalanya.
"Kenapa malah jitak gue?" ujar Florine dengan kesal.
"Gue jitak otak lo yang geser," balas Kafka kemudian melanjutkan kembali jalannya.
"Dih, kaf tungguin gue!" teriak Florine saat Kafka berjalan meninggalkan nya.
"Buruan!" balas Kafka yang juga berteriak.
Florine pun berlari kecil untuk menyusul Kafka, yang entah menuju kemana.
Sementara disisi lain, Robi menatap kesal interaksi keduanya. Ia berdiri dari duduknya dan mengambil jaketnya yang ia sangkutkan pada kepala kursi.
"Kemana?" tanya Aiden pada Robi.
"Balik," jawabnya singkat kemudian berlalu pergi.
"Lah kocak, trus ini tugas dia gimana?" ucap Dewa yang sedang memasukkan tumpukkan rumput yang sudah mereka cabut ke dalam kantung sampah.
"Lo yang lanjutin lah," sahut Diana yang berada di belakang nya.
Dewa menoleh ke belakang, ia menatap kesal pada Diana.
"Males gue, gini nih kalo bapak negara lagi galau, repot semua." ujar Dewa kemudian memasukkan rumput terakhir ke dalam kantung sampah.
"Makanya bantuin mereka biar balikan lagi," timpal Zize.
"Bukan cuman kalian yang repot, kita juga repot ngurusin bininya yang ogah minum obat, sama kontrol." imbuh Ica yang berada di samping Zize.
"Cuman karena ga disuruh minum obat sama ayang, kan najis." sambung Silvia memutar bola matanya malas.
Ia jadi teringat ucapan Florine ketik dirinya dan juga keempat temannya mengingatkan gadis itu untuk meminum obatnya dan juga kontrol. Namun jawaban Florine sangat di luar nalar Silvia.
"Tar gue nunggu disuruh Robi dulu minum obatnya,"
"Kalo bukan dia yang nyuruh minum obatnya, gue ga akan minum obat."
"Nanti deh biar dianter sama dia kontrol nya,"
"Intinya selama gue belom akur sama Robi, gue ga bakalan minum obat plus kontrol."
"Bukan ngancem, tapi kalo minum obat sama kontrol ga ada semangat dari ayang kan jadi lemes."
"Seriusan?" ucap Rama yang diangguki oleh kelima gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~