Setelah Gio meminta Florine untuk naik ke atas altar, tiba-tiba saja lampu gereja yang tadinya menyala dengan terang benderang itu mati, kemudian menyala tepat menyoroti Robi yang berjalan perlahan ke arah Florine dengan senyuman manis yang terukir dari bibir pria tersebut.
Hatinya berdebar kencang, tapi ia merasa penuh keyakinan dengan langkah-langkahnya. Langit di luar mulai gelap, namun sinar matahari terakhir yang masuk melalui jendela gereja memberikan cahaya yang hangat pada momen tersebut.
Florine yang berdiri tepat di tengah-tengah, menatap Gio dan Robi secara bergantian, bingung dengan apa yang sedang terjadi. Matanya penuh tanda tanya, mencari jawaban dalam ekspresi kedua lelaki itu. Dia merasakan detak jantungnya semakin cepat, tak mampu mengendalikan gejolak emosinya.
"Abang," Florine memanggil Gio yang sudah menggeser tubuhnya bersama Zara ke samping.
Gio tak membalas panggilan Florine barusan, ia hanya menunjuk Robi yang sudah berada di depan Florine. Florine menoleh ke sekeliling nya, ia dapat melihat Zayn, teman-teman nya dan juga teman-teman kakaknya melihat lurus ke arahnya dengan senyuman penuh arti.
Florine terdiam sejenak, air matanya tiba-tiba mengalir di pipinya. Dia masih terpaku pada kebingungannya, namun juga merasakan getaran emosi yang begitu kuat. Suasana gereja terasa begitu hening, hanya suara gemuruh hati mereka yang terdengar.
Tiba-tiba saja, Robi berlutut di depan Florine dan membuka kotak cincin yang ia ambil dari saku jasnya, sepertinya Tuhan juga ikut menyaksikan kisah cinta kedua remaja itu, terlihat sinar matahari terakhir yang masuk melalui celah jendela gereja, membuat cincin itu semakin bersinar dengan indah.
"Sayang, aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk aku ngomongin hal ini. Tapi sebelum nya, aku udah obrolin ini sama kedua abang kamu dan teman-teman kita." ucap Robi menatap manik mata Florine yang indah.
"Aku mau kamu yang terus nemenin aku sampe kita kakek nenek, bahkan sampe Tuhan jemput kita ke sisi-Nya." lanjutnya dengan tulus.
Florine terdiam, air mata mulai mengalir di pipinya. Dia masih terpaku pada kebingungannya, namun juga merasakan getaran emosi yang begitu kuat. Suasana gereja terasa begitu hening, hanya suara gemuruh hati mereka yang terdengar. Dan akhirnya, dengan suara lembut namun penuh kepastian, Florine menjawab...
"Kamu yakin milih aku jadi bagian hidup kamu?" tanya Florine sungguh-sungguh.
"Ya, aku yakin." jawab Robi serius dengan menganggukkan kepala nya.
Florine menoleh kepada Gio sebelum menerima lamaran Robi, setelah Gio menganggukkan kepalanya ia juga menoleh kepada Zayn yang duduk ditemani oleh Rama, Dewa, Vano dan juga Aiden.
Zayn mengangguk tersenyum, meskipun dirinya tak rela adik kecilnya yang polos itu dilamar saat dirinya masih setia dengan status jomblonya.
"Huffht," Florine membuang nafasnya berat, kemudian ia menatap Robi yang masih setia berlutut di hadapan nya.
"Gimana?" tanya Robi tulus.
"Aku mau," jawab Florine dengan menganggukan kepala nya.
Sorak sorai dan tepuk tangan meriah terdengar di seluruh gereja, Robi dan Florine merangkul satu sama lain, menandai awal dari babak baru dalam kisah cinta mereka. Di tengah gemuruh kebahagiaan, mereka merasakan bahwa tak ada yang tak mungkin jika cinta menjadi penggeraknya. Cahaya senja yang memancar dari jendela gereja seolah-olah memberkati momen sakral itu, menciptakan aura magis yang tak terlupakan bagi kedua sejoli itu.
"Makasih," ucap Robi memeluk Florine dengan erat, sedangkan Florine membalasnya dengan anggukan.
"Bisa-bisanya 2 sodara gue cepet lakunya, sedangkan gue masih ngejomblo aja sampe sekarang." ucap Zayn yang mengusap air matanya karena terharu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~