Robi memandangi wajah kekasihnya yang sedang bahagia itu, tak dapat dipungkiri bahwa wajah pucat Florine lebih mendominasi. Robi merasa sedih ketika melihat Florine yang selalu berusaha menyembunyikan rasa sakitnya ketika sedang berhadapan dengannya.
"Gausah ditahan kalo ngerasa sakit sayang," ujar Robi menatap lekat manik mata Florine dengan sedih.
"Hmm?" jawab Florine tak mengerti mengapa kekasihnya itu berkata seperti itu padanya.
"Jangan sembunyiin apapun dari aku sayang, aku tau kamu gamau aku sedih atau takut aku ngerasa terbebani sama semua curhatan kamu." ujar Robi mengelus surai hitam kekasihnya dengan lembut, ia pun bergeser dari tempat duduknya agar lebih dekat dengan Florine.
"Rahasia kamu, rahasia aku juga. Sakitnya kamu, sakitnya aku juga sayang, jangan sembunyiin apapun lagi dari aku ya, bisa kan?" sambungnya menatap wajah gadisnya yang sudah terlihat tak sesegar beberapa waktu lalu.
"Iya," jawab Florine tersenyum.
Kemudian ia pun mengambil paper bag yang dibawa oleh Robi tadi, kemudian ia meminta izin pada Robi untuk membukanya sekarang,
"Boleh?" tanya Florine yang hendak membuka bingkisan tersebut.
"Hmm," jawab Robi menganggukan kepalanya tanda setuju.
Setelah mendapat persetujuan dari Robi, Florine pun membuka bingkisan itu dengan perlahan. Sementara Robi, ia hanya memandangi dengan lekat wajah kekasihnya itu. Ingin sekali rasanya Robi menangis ketika mendengar apa yang dialami kekasihnya itu, ia merasa tak berguna disaat kekasihnya membutuhkan nya.
"Waaah ini bagus banget sayang," ucap Florine merasa takjub melihat hadiah dari kekasihnya.
"Makasih ya," sambungnya memeluk tubuh pria itu.
"Sama-sama," balas Robi dengan senyuman manisnya.
Florine memandangi hadiah yang diberikan oleh Robi, ia merasa bahagia saat Robi memberikan apa yang ia inginkan sejak lama.
"Kamu tau darimana aku kepengen banget ini?" tanya Florine pada kekasihnya.
"Silvia yang ngasih tau," jawab Robi tersenyum.
"Oooh gitu, maaf ya kamu harus ngeluarin uang lagi buat beliin barang yang aku mau." ujar Florine yang tiba-tiba merasa tak enak hati jika Robi selalu memberikan barang-barang mahal, terlebih Robi selalu membelikan barang untuknya menggunakan uang pribadinya.
"Gpp sayang, aku ini pacar kamu." balas Robi mengelus puncak kepala Florine.
"Kamu minta ataupun engga, tetep aku beliin kok. Apalagi kalo kamu minta, aku pasti seneng banget beliinnya buat kamu." sambungnya menatap lekat manik mata indah Florine.
"Aku boleh minta tolong pakein ga?" tanya Florine pada Robi.
"Boleh lah, sini." jawab Robi mengambil benda yang ada di tangan Robi.
"Cantik," ucap Robi memuji Florine yang memakai kalung berliontin bunga daisy, yang ia berikan tadi.
"Iya emang, kalungnya cantik banget makanya Aku suka." timpal Florine menyentuh kalung yang Robi pasangkan di leher jenjang nya.
"Bukan kalungnya," bantah Robi membuat Florine menoleh padanya.
"Trus apanya?" tanya Florine menaikkan satu alisnya.
"Yang makenya cantik, makanya keliatan cakep kalungnya." jawab Robi membuat Florine tersipu malu, terlihat dari rona merah yang keluar dari pipinya.
Florine memegangi pipinya yang terasa panas, ia merasa malu dan salah tingkah ketika Robi memujinya seperti tadi. Tanpa sadar Florine tersenyum, membuat Robi juga ikut menyunggingkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~