Setelah mengantarkan Florine ke rumahnya, Robi langsung pergi menuju markas.
"Pake baju mana ya gue buat nanti malem," gumam Florine yang baru saja tiba di kamarnya.
"Kalo di pantai, keknya gak usah pake gaun deh." sambungnya lagi.
Florine pun merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, ia tiba-tiba kepikiran penyakitnya. Bagaimana bisa penyakitnya yang terbilang cukup parah, tiba-tiba sembuh.
"Jangan-jangan gue udah mau mati," ucapnya saat melihat dirinya di cermin.
"Dih kalo ngomong sembarangan banget lo," lanjutnya memukul mulutnya sendiri.
"Dahlah, mau mandi gue." ucapnya lagi kemudian pergi ke kamar mandi.
Sementara di sisi lain, Robi baru saja tiba di markas Alister. Ia masuk ke dalam dan menaruh jaket hitam yang bertuliskan Alister The Bruiser itu di kursi.
Robi pun mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah, ia memijat pelipisnya yang terasa begitu sakit saat dirinya menerima pesan dari sang ibu.
Aiden yang baru saja keluar dari kamarnya, melihat Robi yang duduk di sofa sendirian, dan terlihat sangat frustasi pun langsung menghampiri Robi dan duduk di sampingnya.
"Kenapa lo?" tanyanya saat sudah duduk di samping Robi.
"Pusing banget pala gue," jawab Robi menoleh kepada Aiden.
"Karena?" tanyanya lagi.
Saat Robi hendak menjawab pertanyaan Aiden, tiba-tiba ketiga temannya yang lain datang dan ikut duduk disana.
"Ada apa nih? Serius amat keknya." ucap Dewa saat melihat mimik wajah Robi dan juga Aiden yang terlihat serius.
"Kenapa bi?" tanya Rama.
"Huffth," Robi menghembuskan nafasnya kencang.
"Seberat apa sih sampe harus buang nafas dulu," timpal Vano yang baru tiba dari dapur, dengan tangan yang penuh minuman dan beberapa camilan.
"Ntar malem gue gak bisa ikut partynya," ucap Robi pada teman-temannya.
"Lah nape?" tanya Rama.
"Nyokap gue ngajak dinner bareng nanti," jawab Robi.
"Oalah, gue kira lo frustasi karena apaan." balas Rama yang mengambil minuman yang dibawa oleh Vano tadi.
"Belum selesai gue ngomong," timpal Robi.
"Trus apalagi?" tanya mereka serentak.
"Makan malem bareng keluarga nya Cheryl," jawabnya, kemudian kembali menghembuskan nafas berat.
"Kok bisa?" tanya Aiden.
"Gak tau gue," jawab Robi menyandarkan kepalanya pada sofa, kemudian kembali membuat pelipisnya pelan.
"Yaudah dateng aja, jarang juga kan lo dinner bareng nyokap lo." ujar Rama pada Robi.
"Ogah sebenernya gue tuh, cuman karena nyokap gue janji gak bakalan ganggu gue lagi abis dinner nanti, jadi keknya gue bakalan dateng." balas Robi, dan diangguki oleh mereka semua.
"Dateng aja," timpakan Aiden.
"Hmm," balas Robi singkat.
"Firasat gue gak enak," ucap Dewa tiba-tiba.
Mereka semua pun menoleh pada Dewa dengan tatapan bingung.
"Maksudnya?" tanya mereka serentak.
"Keknya gue gak percaya sama omongan nyokap lo bi, sorry." jawab Dewa serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Fiksi Remaja"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~