Florine menatap kesal pada gurunya itu, ia memang sangat menyukai seni, namun tidak dengan gurunya.
"Kenapa kamu ngeliatin saya kayak gitu?" tanya sang guru padanya, Florine terkejut mendengar sang guru menegurnya.
"Gpp bu hehe," jawab Florine kikuk.
"Cepep jawab pertanyaan saya yang tadi," ucap si guru tersebut.
Florine pun menarik nafasnya pelan, kemudian menatap sang guru dengan serius.
"Saya izin jawab ya bu," ucap Florine pada gurunya.
"Bartolomeo Cristofori memang dikenal sebagai penemu piano di tahun 1709, namun piano sendiri sudah ada di tahun 1440, dan desain modern dari piano memang diciptakan oleh Cristofori, piano ditemukan di Italia. Bener kan bu?" jawab Florine menjelaskan pertanyaan dari gurunya tadi.
Sementara teman-temannya dibuat takjub dengan jawaban Florine barusan, sedangkan gadis itu menyibakkan rambutnya dengan bangga.
"Bisa diterima jawaban kamu," ujar guru seni itu.
"Saya boleh duduk ya bu?" timpal Florine penuh harap.
"Silahkan, asalkan jangan di ulangi lagi ngobrol nya." jawab sang guru memperingati nya.
"Iya bu," balas Florine cepat, kemudian ia pun berjalan kembali menuju tempat duduknya.
Skip istirahat
Bel istirahat telah berbunyi, Florine dan juga teman-temannya berkumpul di kantin seperti biasanya.
"Flo," panggil Diana ditengah kegiatan makannya.
"Ouy?" sahut Florine menoleh pada Diana.
"Gue mau nanya anggota geng yang lo kenal itu lho," ujar Diana membuat yang lainnya ikut penasaran.
"Geng motor apaan?" tanya Ica.
"Wah kalian main rahasia rahasiaan sama kita ya," imbuh Silvia dengan tatapan seolah dirinya mencurigai Diana dan juga Florine.
"Gue abis nabrak motor anggota geng," timpal Diana sembari memasukkan suapan terakhir nya ke dalam mulutnya.
"SUMPAH LO?" sahut Zize berteriak sambil menggebrak meja di depan mereka.
"Uhukk uhukk," Echi tersedak oleh makanannya ketika mendengar penuturan Diana barusan.
"Nih minum dulu," Florine memberikan air minum pada Echi.
"Thanks Flo," ujar Echi setelah menenggak air tersebut hingga setengah.
"Demi apa?" tanya Silvia tak percaya.
"Demi Tuhan," jawab Diana mengangkat jari tangannya membentuk huruf V.
"Trus gimana nasib motornya?" tanya Zize penasaran.
"Ya ga gimana gimana, cuman lecet dikit." jawab Diana santai.
"Din, lo tau kan gimana berharganya motor buat anak geng?" ujar Ica menatap temannya itu.
"Iya gue tau, gue tadi buru-buru makanya ga sempet ganti rugi. Tapi si Flo tau kok siapa mereka, jadi nanti gue ganti ruginya." balas Diana meyakinkan teman-temannya.
Mereka menggelengkan kepalanya masing-masing, mereka tahu motor adalah benda paling berharga bagi anggota geng motor.
"Tenang aja, gue juga pernah kok nabrak motor mereka." timpal Florine membuat tatapan bertanya dari teman-temannya.
"Mereka siapa?" tanya Echi.
"Geng motor yang ditabrak Diana juga," jawab Florine polos.
Sedangkan teman-temannya hanya menepuk dahi mereka, bagaimana bisa mereka memiliki teman yang sangat teledor. Bahkan tak main-main, motor yang mereka tabrak adalah milik salah satu anggota geng motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~