Matahari mulai terbenam, hari juga sudah berganti menjadi malam. Teman-teman Florine sudah terlebih dahulu pamit untuk pulang, menyisakan Robi dan kedua kakak Florine di ruang tunggu rumah sakit, menunggu Florine untuk sadar di unit perawatan intensif.
Di ruang tunggu rumah sakit yang sunyi, Robi, Zayn, dan juga Gio uduk dengan tegang, menunggu Florine bangun dari koma nya.
"Kak Zara apa kabar bang?" tanya Robi pada Gio, ia menanyakan kabar kakak ipar Florine yang tak terlihat sejak Florine masuk ke rumah sakit.
"Baik... Mungkin." jawab Gio dengan pelan.
"Kalian udah makan?" tanya Robi pada keduanya, ia berusaha mengalihkan pembicaraan saat melihat wajah sedih Gio.
Keduanya menggelengkan kepala dengan cepat. Benar, keduanya melupakan bahwa tubuh mereka membutuhkan nutrisi untuk menjaga Florine. Namun keduanya tak menghiraukan hal itu, mereka terlalu fokus pada Florine hingga melupakan diri mereka.
"Kalian makan aja dulu, biar Florine gue yang jaga." ucap Robi pada keduanya.
"Sekalian mandi, ganti baju sama istirahat aja. Biar nanti gantian sama gue." sambungnya menatap penampilan kedua kakak Florine yang sudah berantakan itu.
Wajah lesu dan pucat, baju yang sudah berantakan, rambut yang juga tak kalah berantakan. Keduanya terlihat seperti orang yang sangat frustasi, dan Robi tak ingin Florine melihat sisi berantakan dari kedua kakaknya itu. Ia tahu bahwa Florine sangat menyayangi kedua kakaknya, jadi jika gadis itu melihat kondisi kedua pria itu saat ini, dapat dipastikan Florine akan menyalahkan dirinya sendiri.
"Kapan lo balik ke Belanda?" tanya Gio.
Robi menoleh ke arah Gio, ia juga tak tahu kapan dirinya akan kembali ke negara kincir angin itu. Seharusnya ia kembali dalam waktu dekat ini, namun dirinya juga tak ingin meninggalkan Florine dalam keadaan koma seperti sekarang.
"Gue gak tau bang," jawab Robi dengan lesu.
"Kalo alesan lo ngundur waktu karena adek gue, kalo kata gue jangan. Dia gak bakalan suka kalo lo ngorbanin pendidikan cuman buat dia, dan pastinya dia bakalan ngerasa bersalah." timpal Zayn.
Benar apa yang diucapkan oleh Zayn barusan, ia memang menunda waktu keberangkatan nya untuk Florine. Ia tak ingin meninggalkan Florine saat ini, dirinya harus melihat Florine bangun terlebih dahulu, ia harus menjadi orang pertama yang dilihat gadis itu saat terbangun dari komanya.
"Sebenernya lusa gue udah harus balik bang, tapi..." Robi menggantung ucapannya.
"Tapi apa?" tanya Gio penasaran.
"Florine gimana?" tanya Robi pada kedua kakak beradik itu.
Zayn dan juga Gio tersenyum, mereka mengerti akan kekhawatiran Robi pada adiknya. Namun apakah pria di depannya itu tak percaya pada keduanya? Mereka adalah kakak dari Florine. Tentu saja keduanya akan menjaga gadis itu, walaupun Robi tak meminta tolong untuk menjaganya.
"Dia adek gue, udah seharusnya gue jagain dia bi." ujar Zayn.
"Pikirin masa depan lu! Kalo lu tetep disini, gimana karir lu nanti?" timpal Gio.
"Kalo karir lu gak bagus, gue gak rela adek gue dibawa sengsara di masa depan." sambungnya lagi.
Gio mengatakan hal tersebut bukan semata-mata tentang Florine, melainkan tentang Robi yang harus tetap melanjutkan kembali pendidikan nya. Hidup pria itu bukan selalu tentang Florine saja, ia juga harus memikirkan karirnya.
"Sekarang lo balik aja dulu, tenangin diri. Nanti kalo pikiran sama hati udah tenang, baru bisa mutusin langkah mana yang mau lo ambil." ucap Gio pada Robi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLORINE
Teen Fiction"Jika menghilang bisa mengembalikan memorimu tentangku, maka biarkan aku melakukannya" ~Alicya Florine~