40. Anjing Gila Pindah Kandang

40 6 168
                                    

Sebuah mobil sport berharga miliaran rupiah memasuki halaman SMA Mahardika. Semua orang yang melihat dibuat penasaran dengan identitas si pengemudi. Beberapa dari mereka menebak-nebak, siapa yang memiliki kemungkinan membawa mobil mahal itu ke sekolah, sebab ada banyak murid dari keluarga kaya yang bersekolah di sana. Hingga mobil masuk tempat parkir khusus mobil, semua mata masih tertuju pada kendaraan tersebut, menunggu si pengemudi menunjukkan wajahnya. Ketika pintu mobil terbuka, tampak seorang murid laki-laki keluar dengan mengenakan kacamata hitam. Gayanya bak pemeran utama pria di drama-drama, seolah seluruh dunia berpusat padanya.

‘Keren banget gue!’ batin pemuda dengan tanda nama Irawan P. Dewangga tersebut.

Rasa penasaran orang-orang telah terobati setelah melihat penampakan Irawan. Tidak heran, sebab kini Irawan sudah resmi dikenalkan pada publik sebagai pewaris utama keluarga Dewangga. Tak ada lagi yang meragukan status Irawan di keluarga Dewangga.

Irawan melangkah menuju kelas dengan banyak pasang mata menatapnya iri. Sebelumnya Irawan sudah diberitahu oleh sang nenek, bahwa mungkin perlakuan sebagian orang di sekolah akan berbeda setelah perayaan ulang tahunnya. Terutama mereka yang memiliki keluarga yang bekerja di bawah nama Dewangga Group. Orang-orang itu akan dengan suka rela mendekati Irawan, bahkan menjilat Irawan untuk membuat jalannya mulus di masa depan.

“Gila, Irawan bawa mobil sport ke sekolah,” celetuk salah seorang murid laki-laki.

“Mobil sport itu pasti kado ulang tahun dari ortunya,” timpal murid perempuan yang berdiri di samping murid laki-laki tadi.

“Bokap gue nyuruh gue temenan sama Irawan buat bikin koneksi.” Murid laki-laki yang baru datang menyambung dan bergabung sambil memandang Irawan.

“Tahu gini, gue harusnya temenan sama Irawan dari dulu,” sahut murid laki-laki lain.

Sesampainya di kelas, Irawan melakukan aktivitas seperti biasa, yaitu merebahkan kepala ke atas meja untuk bersiap tidur. Ah tak lupa, sebelum melakukan ritual, ia melepas dulu kacamatanya.

“Adik Ipar!” teriak Sony heboh selepas memasuki kelas.

Irawan tak mau peduli. Ia lekas menutup telinga dan mulai memejamkan mata. Teman sebangkunya itu pasti akan mengganggu acara tidurnya seperti biasa.

“Adik Ipar, lo udah ngerjain tugas fisika, belum? Contekin, dong! Tadi malem gue lupa nggak ngerjain,” ucap Sony sambil membuka tas.

“Lo bukannya lupa nggak ngerjain, tapi emang sengaja nggak mau ngerjain,” balas Irawan, masih dengan posisi nyamannya tanpa ada keinginan untuk menatap sang lawan bicara.

Sony hanya bisa nyengir mendengar balasan Irawan, sebab itu memang benar adanya. Ikut bimbel rasanya tetap tak berguna karena Sony memang tak suka belajar, terutama yang berbau angka.

“Adik Ipar, ayolah! Sekali-kali contekin punya lo!” pinta Sony sembari mengusap lembut puncak kepala Irawan.

Hal itu membuat Irawan merinding dan tak nyaman. Secepatnya ia mengubah posisi agar Sony menghentikan kegiatannya. “Lo jangan kayak gini! Bikin merinding, tahu!”

Sony tersenyum nakal, sebab upayanya berhasil. Ia tahu, Irawan akan merinding jika disentuh sesama laki-laki di bagian tubuh tertentu. Meski kesal, Irawan tak punya pilihan lain. Terpaksa ia mengeluarkan buku tugas fisikanya dan memberikannya pada Sony.

“Nih! Gue capek, mau tidur!” ucap Irawan.

Baru saja Irawan hendak merebahkan kepalanya ke atas meja lagi. Kini terlihat Sandrina dan Vino memasuki kelas bersama. Keduanya mengobrol dengan sesekali tertawa satu sama lain menuju tempat duduk. Irawan berdecih menyaksikan pemandangan tersebut. Oh, tentu saja Irawan kesal melihatnya.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang