Irawan turun dari mobil bersama para pengawal suruhan Nyonya Riana. Ia digiring memasuki rumah besar keluarga Dewangga menuju ruang kerja Nyonya Riana. Ketika baru sampai di ruang tengah, Irawan disambut oleh sang adik, Yasmine Naomi Dewangga, yang tengah bermain boneka bersama pengasuhnya. Melihat penampakan Irawan, Yasmine lekas berlari menghampiri dan memeluk kakak laki-lakinya itu erat.
“Kak Irawan, aku hari ini dapet nilai sempurna di ujian matematika,” ucap Yasmine dengan bangga.
Irawan tersenyum dan mulai berjongkok untuk menyamakan posisi dengan sang adik bungsu. Ia mengeluarkan sebuah permen lolipop dari saku seragamnya dan memberikannya pada Yasmine. “Karena Yasmine dapet nilai sempurna, jadi dapet hadiah dari Kak Irawan.”
“Asyik! Makasih, Kak Irawan!”
Dengan semangat, Yasmine menerima permen pemberian Irawan. Namun, mendadak Nyonya Bianca datang dan merebutnya. Wanita itu mengembalikan permen tersebut pada Irawan.
“Yasmine nggak boleh makan yang manis-manis!” kata Nyonya Bianca ketus.
“Tapi kalo cuma satu, nggak apa-apa, Ma!” bantah Yasmine.
“Nggak boleh, Yasmine! Nanti kalo gigi kamu berlubang dan sakit, gimana? Kamu mau, pergi ke dokter gigi tiap hari?” sungut Nyonya Bianca. Kemudian, meraih lengan sang putri dan membawanya masuk ke kamar.
Irawan memandang kepergian Yasmine dan Nyonya Bianca dengan tangan masih menggenggam permen. Meski raut wajah kecewa tak bisa disembunyikan, tetapi Irawan selalu berusaha terbiasa dengan sikap Nyonya Bianca yang terkesan ketus padanya. Irawan bisa maklum, mengapa sampai sekarang Nyonya Bianca belum bisa menerimanya. Memangnya istri mana yang sanggup menerima anak haram suaminya yang tiba-tiba datang untuk menggantikan posisi putranya yang telah meninggal?
Irawan beranjak berdiri. Ia membuka bungkus permen. Daripada mubazir, Irawan pikir ia saja yang makan permen lolipop itu. Jadi, nantinya ia ada kegiatan menghisap permen sambil mendengarkan sang nenek memberinya siraman rohani.
“Tuan Muda, mari!” ajak salah satu pengawal.
Irawan kembali berjalan. Ia memasuki salah satu ruangan yang tak semua orang boleh memasukinya. Ya, ruangan itu adalah ruang kerja Nyonya Riana. Para pengawal hanya mengantar Irawan sampai depan pintu. Sisanya Irawan sendiri yang harus masuk.
Sesampainya di ruang kerja Nyonya Riana, Irawan mendapat sambutan berupa tepuk tangan dari sang nenek yang sudah menunggu. Bibir wanita itu memang tersenyum, tetapi matanya menatap tajam Irawan penuh amarah.
“Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Sepertinya pepatah itu memang benar adanya,” ujar Nyonya Riana sembari bangkit dari tempat duduk.
Irawan sedikit terkejut mendengar perkataan sang nenek barusan. Ah, entah topik macam apa yang hendak dibahas kali ini, sampai-sampai membawa pepatah. Ya, yang pasti Irawan harus bersiap mendapat siraman rohani dari Nyonya Riana.
“Kamu emang anaknya Edo Dewangga. Bahkan sifat buruknya juga diturunkan ke kamu,” ungkap Nyonya Riana.
Sekali lagi, Irawan masih belum mengerti maksudnya. Pembicaraan wanita itu selalu ambigu dan penuh teka-teki, membuat Irawan tak bisa langsung mencerna.
“Oma nggak masalah kalo kamu mau main-main sama gadis itu. Tapi kamu jangan lupa, bahwa hidup kamu bukan cuma milik kamu! Hidup kamu adalah milik keluarga Dewangga dan Dewangga Group!” Nyonya Riana masih memutar-mutar omongannya.
“Usia kamu sebentar lagi genap 17 tahun. Oma paham, di usia sekarang, kamu mulai tertarik dengan lawan jenis. Oma nggak akan melarang kamu pacaran! Kamu bisa pacaran sama siapa aja, terserah kamu! Asal, kamu cuma pacaran, jangan lebih! Karena untuk urusan yang lebih serius, Oma sudah menyiapkan wanita yang cocok untuk menjadi Nyonya Besar Dewangga selanjutnya. Tentu dia bukan sembarang wanita, apalagi gadis jalanan yang kamu kencani akhir-akhir ini.” Nyonya Riana mulai menggiring pembicaraan ke arah yang lebih jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop [END]
Teen FictionSandrina Laily dipaksa menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah drastis. Ia pindah sekolah dan tempat tinggal karena perceraian kedua orang tuanya. Di sekolah barunya, Sandrina mengenal Irawan Pradana Dewangga, seorang murid laki-laki yang suka...