33. Keharmonisan dan Keributan di Keluarga Sony

37 7 58
                                    

Sony berlari keluar kelas setelah bel tanda pulang berbunyi. Pemuda itu hendak lari dari Irawan yang kemungkinan akan meminjam motornya lagi. Akhir-akhir ini ia kerap pulang terlambat karena motornya dipinjam Irawan. Alhasil, laki-laki berbibir tipis itu selalu mendapat hadiah berupa siraman rohani dari sang ibu.

Sesampainya di tempat parkir, Sony langsung memakai helm dan menaiki motor. Kemudian, melajukannya dengan kecepatan normal. Ketika di halaman sekolah, mendadak Sony menghentikan laju motor, sebab Yeslyn melambaikan tangan padanya sambil tersenyum. Tampak Yeslyn berjalan ke arah Sony, membuat jantung Sony dag-dig-dug tak karuan.

“Son, Irawan masih di kelas, ya?” tanya Yeslyn setelah berdiri di dekat Sony.

“Iya, Lyn. Kenapa emang?” balas Sony yang kini balik bertanya.

“Nggak apa-apa. Cuma mau mastiin aja dia nggak kabur kayak biasanya. Kalo gitu, thanks buat infonya!” jawab Yeslyn yang kembali melempar senyum pada Sony.

“Gue duluan!” pamit Yeslyn seraya berjalan menuju mobil yang parkir di ujung halaman.

Sony melihat Yeslyn sampai gadis itu masuk mobil. Setelah interaksi mereka beberapa waktu lalu, Yeslyn sering berbicara dengan Sony. Ya, meskipun apa yang ditanyakan Yeslyn tak akan jauh-jauh dari Irawan. Memang benar, Irawan adalah jembatan penghubung antara Sony dan Yeslyn. Oleh karenanya, walau Irawan menyebalkan, Sony akan tetap berusaha bersabar.

Sony kembali melajukan motor keluar dari area sekolah. Setelah berbicara sedikit dengan Yeslyn, ia jadi merasa lebih rileks. Seperti rencana awal, ia harus segera pulang agar tak mendapat siraman rohani lagi dari ibunya.

Dalam waktu kurang dari lima menit, Sony sudah sampai ke kediamannya. Seperti biasa, ia memasukkan motor ke garasi yang berada di samping rumah. Setelah itu, Sony berjalan memasuki rumah lewat pintu depan.

“Ma, Kak Sony udah pulang!” teriak Cindy, adik perempuan Sony, yang melihat penampakan Sony membuka pintu.

Seperti biasa, setiap pulang sekolah, Sony akan disambut adiknya yang sudah bermain ponsel di ruang tamu. Sony berdecih memandang sang adik yang jam segini sudah bersantai ria sambil makan camilan. Selain camilan, ada sebotol susu yang bertengger di atas meja yang menyita perhatian Sony. Ia mendekat untuk memastikan, apakah sebotol susu itu miliknya atau tidak. Sebelum Sony meraihnya, Cindy sudah terlebih dahulu mengambil dan membuka. Lalu meminumnya hingga menyisakan setengah botol.

“Lo dapet susu itu dari mana?” tanya Sony.

“Nemu di kulkas,” jawab Cindy santai dengan wajah tanpa dosa.

Sony baru ingat, bahwa susu pemberian Yeslyn beberapa waktu lalu disimpan di kulkas karena tak tega meminumnya. Sony ingin mengabadikan benda pemberian Yeslyn tersebut. Namun, kini Cindy malah meminumnya tanpa bertanya dulu padanya.

“Ini susu punya gue! Ayo, muntahin! Muntahin!” teriak Sony heboh seraya mencengkram pundak Cindy.

Untung saja Cindy bisa melawan sang kakak yang sepertinya mulai menggila karena susunya ia minum. Gadis 15 tahun itu meraih kedua lengan Sony dan memelintirnya sekuat tenaga. Ketika Sony lengah karena kesakitan, Cindy membanting sang kakak ke lantai dan menduduki pahanya.

Skill taekwondo Cindy memang jauh lebih baik dari Sony, sebab Cindy serius belajar taekwondo. Tidak seperti Sony yang malas karena merasa wajahnya terlalu tampan dan manis untuk jadi atlet taekwondo seperti ibu dan adiknya.

Astaghfirullah! Kalian ini bisa, nggak, sehari aja nggak bikin ribut?” seru sang ibu yang baru keluar dari kamar setelah berdandan.

Wanita berusia pertengahan empat puluhan itu lekas menghampiri anak-anaknya yang belum mengubah posisi. Ia menarik lengan Cindy agar melepaskan Sony yang merintih kesakitan. Setelah itu, membantu Sony bangun.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang