69. Malaikat Penolong Farrel

22 4 67
                                    

Irawan keluar dari taksi dengan terburu-buru setelah membayar ongkos. Ia janji akan bertemu Sandrina dan Farrel di depan akuarium raksasa jam sepuluh, tetapi saat ini sudah jam setengah sebelas. Itu berarti, Irawan sudah terlambat 30 menitan. Siap-siap saja Irawan mendapat hadiah berupa semprotan dari Sandrina yang kesabarannya setipis jembatan shirothol mustaqim.

Sesampainya di depan akuarium raksasa, Irawan menoleh kanan dan kiri, mencari keberadaan Sandrina dan Farrel. Karena ponselnya masih ditahan oleh sang nenek, Irawan jadi tidak bisa menghubungi Sandrina.

“Jangan-jangan, Sandrina sama Farrel pulang karena udah bosen nungguin gue,” bisiknya.

Irawan melihat antrean tiket yang cukup panjang. Di hari terakhir liburan, pengunjung yang datang cukup banyak. Pemuda itu berjalan menuju antrean tiket sambil sesekali melihat area sekitar.

“Kakak Ganteng!”

Terdengar suara tak asing mendekat pada Irawan. Irawan menoleh dan mendapati Farrel dan Sandrina berjalan ke arahnya. Tangan kanan Farrel memegang satu tusuk sosis bakar dengan area bibir belepotan oleh saus dan mayones.

Setelah dekat dengan Irawan, Farrel menyodorkan makanannya pada Irawan. “Ayo, Kakak Ganteng ikut makan!”

Irawan menyambut hangat dengan menggigit ujung sosis yang dipegang Farrel. Dua orang beda usia itu tampak kompak layaknya kakak beradik. Sementara Sandrina seperti orang asing yang tidak dianggap.

“Lo ke mana aja? Gue chat, nggak lo bales. Gue telepon, nggak lo angkat. Gue sama Farrel nungguin lo sampe jamuran di sini.” Sandrina memulai aksi protesnya.

“Gue ... gue tadi ada urusan. Sorry, gue datengnya telat!” Irawan tampak menyesal.

Sandrina mengangguk sebagai tanggapan. Kemudian, gadis itu mendekat pada Farrel. “Cepet habisin!” perintahnya.

Farrel mempercepat acara makannya sebelum masuk ke akuarium raksasa. Sementara Sandrina menunggu Farrel menghabiskan makanannya, Irawan lekas membeli tiket masuk.

Beberapa saat setelah Farrel menghabiskan sosis bakarnya, Irawan kembali dengan membawa tiga tiket masuk. Satu tiket untuk anak-anak dan dua tiket untuk dewasa.

“Ayo!” ajak Irawan dengan menggandeng tangan Farrel.

Melihat hal itu, Sandrina kembali merasa seperti diasingkan. “Farrel doang yang diajak?”

Irawan dan Farrel berhenti dan menoleh, memandang Sandrina. Kini, Irawan mengulurkan tangan pada Sandrina seraya tersenyum. Gigi kelincinya tampak, membuat senyuman laki-laki itu terlihat manis sekaligus menawan.

Sandrina berjalan mendekat pada Irawan. Lalu, diraih dan digenggamnya tangan Irawan. Setelah itu, mereka memasuki akuarium bersama sesuai prosedur.

Seperti namanya, setelah memasuki tempat wisata tersebut, Irawan, Sandrina, Farrel, dan pengunjung lain disambut oleh berbagai jenis hewan dan biota laut dari balik dinding kaca berukuran besar. Farrel yang memang ingin melihat berbagai hewan laut langsung mendekat ke dinding kaca untuk melihat lebih jelas. Anak yang baru akan masuk Sekolah Dasar itu tampak sangat senang. Meski tidak ke sana bersama orang tuanya, tetapi kebahagiaan Farrel seolah tidak berkurang.

Melihat Farrel yang sangat senang dan antusias, Irawan dan Sandrina jadi ikut senang. Dua remaja itu mengawasi Farrel sambil sesekali mengobrol ringan.

“Gue liat, akhir-akhir ini kayaknya lo cukup sibuk,” ujar Sandrina.

“Nggak juga. Cuma ikut rapat dan ketemu beberapa investor. Itupun, gue cuma jadi tukang nyimak,” balas Irawan.

Sandrina menatap Irawan dan melihat setelan merek mewah yang dikenakan. Irawan selalu bersikap seolah tidak sibuk, tetapi melihat penampilannya saat ini, Sandrina yakin, bahwa Irawan langsung pergi ke sana setelah menyelesaikan kegiatannya yang berhubungan dengan Dewangga Group.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang