65. Merindukan Momen Kebersamaan Kita

26 5 39
                                    

Hari demi hari berlalu. Ujian akhir semester genap telah selesai dilaksanakan. Para murid berdatangan ke papan pengumuman untuk melihat urutan peringkat setiap angkatan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Selain pengumuman tentang hasil ujian akhir semester genap, ada juga pengumuman tentang acara Graduation Party kelas 12 yang akan melibatkan murid dari kelas 10 dan 11 untuk ikut meramaikan.

“San, lo masuk 10 besar!” ujar Sony selepas melihat nama sang teman berada di urutan kedelapan dengan nilai tertinggi seangkatan.

Vino melihat sekilas, lalu kembali melanjutkan kegiatan, mencari namanya di urutan peringkat 21 sampai 50. Belum sampai pemuda itu melihat namanya, Sandrina tiba-tiba menepuk pundaknya.

“Vin, lo peringkat 19 seangkatan.” Sandrina berkata dengan heboh setelah menemukan nama Vino berada di urutan kesembilan belas.

Mendengar hal tersebut, Vino tak percaya. Ia lekas melihat urutan peringkat pertama hingga dua puluh. Ternyata memang benar, namanya terpampang di peringkat 19. Bisa dikatakan, nilai akademik Vino meningkat, meski tidak pesat seperti Sandrina.

Selepas menemukan nama Vino, kini Sandrina beralih mencari nama orang lain. Peringkat orang yang Sandrina cari tidak terlalu jauh dari peringkat Vino, jadi Sandrina bisa langsung menemukannya.

“Gila! Biar tukang tidur, tapi dia dapet peringkat 25 seangkatan.” Sandrina berbisik.

Sony yang berdiri di antara Vino dan Sandrina, mendadak diam sambil memandangi satu nama yang selalu ia kagumi. Bisa ditebak, nama siapa itu. Tentu saja itu adalah nama dari gadis yang sangat disukainya, Yeslyn Jovita Dewangga. Nama Yeslyn berada di puncak, yaitu peringkat pertama seangkatan. Yeslyn berhasil mengalahkan rivalnya, Erick, yang selama ini selalu meraih peringkat pertama.

Di saat Sony sedang sibuk dengan kegiatan mem-bucin-nya, tiba-tiba tangan seseorang menutupi nama Yeslyn yang terpampang di papan pengumuman. Sony langsung menoleh, menatap sosok yang telah mengganggu kegiatannya.

“Cuma tulisan, kenapa liatinnya sampe kayak gitu?” celetuk gadis yang berdiri di samping Sony dengan ekspresi julid khasnya.

“Namanya juga bucin garis keras,” sahut Sandrina.

“Hatinya Sony udah dikasih sepenuhnya ke Yeslyn sampe nggak tersisa,” timpal Vino terkekeh.

Sony mengacungkan jempol untuk dua bestie-nya yang sangat paham, betapa bucinnya ia pada Yeslyn.

“Orang yang nggak pernah jatuh cinta, mana paham?” Sony membalas perkataan gadis yang telah menjulidinya.

Gadis dengan tanda nama Paramitha Indriana itu menggeleng. Ia seperti harus melawan tiga orang sekaligus. Mau dibantah seperti apapun, kadar kebucinan Sony pada Yeslyn tetap tak berkurang. Bahkan semakin hari, Sony semakin bucin saja pada Yeslyn.

Vino, Sandrina, Sony, dan Paramitha keluar dari kerumunan depan papan pengumuman. Terlalu lama berada di depan papan pengumuman membuat mereka merasa pengap. Kini, empat murid beda gender itu berjalan bersama menuju kafetaria.

“Betewe, di Graduation Party kelas 12 nanti, bagusnya kelas kita nampilin apa? Waktunya mepet banget. Kalian ada ide, nggak?” tanya Vino pada teman-temannya. Sebagai ketua kelas, Vino merasa bertanggung jawab.

“Gimana kalo cover dance? Kita bisa cover dance lagu-lagu k-pop yang lagi viral,” kata Sony, mengungkapkan ide. Kemudian, ia berhenti berjalan dan membuat Sandrina, Vino, dan Paramitha ikut berhenti.

Got them all going. Sheesh, sheesh, sheesh, sheesh, sheesh, yeah. B-A-B-Y-M-O-N.” Sony menari ala penyanyi asli dari lagu yang dinyanyikan barusan.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang