Hari digelarnya Graduation Party kelas 12 SMA Mahardika telah tiba. Auditorium sudah ditata dan didekor dengan sedemikian rupa oleh pihak panitia dan anggota OSIS. Para tamu undangan yang sudah datang tampak antusias dan penuh semangat. Mereka dibuat terpana oleh penampilan pembuka dari kelas 12 yang menampilkan tarian tradisional yang dipadu dengan tarian modern. Acara berlanjut dengan sambutan dari berbagai orang penting dari yayasan Mahardika dan SMA Mahardika. Tak lupa, sambutan dari perwakilan kelas 12 juga ikut menyita perhatian.
Satu per satu rangkaian acara yang sudah direncanakan berhasil ditampilkan dengan sangat baik. Respons penonton juga membuat bahagia, bahkan respons dari penonton online juga tidak kalah memuaskan. Ya, seperti tahun-tahun sebelumnya, acara Graduation Party kelas 12 SMA Mahardika selalu ditayangkan secara langsung di salah satu platform video terkemuka.
Sementara acara di panggung berjalan dengan baik, mereka yang berada di belakang panggung malah menanti jatah penampilannya dengan berbagai kebingungan. Ada yang mulai gugup dan khawatir tidak bisa tampil dengan baik untuk mewakili kelasnya. Ada yang terus berlatih untuk memastikan nantinya tidak membuat kesalahan di atas panggung. Ada pula yang geger mencari teman setimnya sebab mendadak menghilang. Untungnya, segala kehebohan di belakang panggung hanya diketahui oleh beberapa pihak saja.
Vino batuk beberapa kali dan tampak sedikit kedinginan di ruang rias sembari memegang gitar. Wajahnya terlihat pucat. Di saat seperti ini, laki-laki itu malah sakit. Walau begitu, Vino berusaha menahannya. Ia pikir, ia tetap bisa melakukannya. Hanya beberapa menit saja berada di atas panggung untuk menyanyi sambil bermain gitar. Dalam hati, Vino terus meyakinkan diri, bahwa ia bisa melakukannya.
Beberapa saat kemudian, Irawan datang menghampiri Vino dengan membawa obat dan air mineral. Irawan memberikannya pada Vino agar lekas diminum.
“Cepet minum!” perintah Irawan layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya.
Vino meletakkan gitarnya ke kursi samping. Lalu, menerima obat pemberian Irawan dan langsung memakannya. Setelah itu, ia meminum air mineral hingga menyisakan setengah botol.
“Thanks, Ir!” ucap Vino.
“Gue tadi nelepon bokap lo. Katanya, dia udah otw ke sini buat jemput lo. Lo harus segera pulang buat istirahat!” tutur Irawan.
“Trus gimana sama jatah penampilan kelas kita nanti? Biarpun kelas kita dapet jatah agak belakangan, tapi 'kan tetep harus ada yang tampil,” tanya Vino yang malah mencemaskan hal lain, seolah tidak ingat kalau ia tengah sakit.
“Lo serahin sama gue!” jawab Irawan seraya mengambil gitar listrik yang bertengger tak jauh darinya.
Vino mengangguk paham. Ia tahu benar kemampuan Irawan dalam bermain gitar. Kini, Vino tidak perlu khawatir.
“Betewe, lo mau nyanyi lagu apa?” Vino tampak penasaran.
“Lo liat aja entar!” Irawan membalas sambil tersenyum.
Selang beberapa detik, salah satu penanggung jawab panggung datang. Ia memberitahu pada Vino agar bersiap-siap, karena sepuluh menit lagi sudah harus naik panggung. Kemudian, Vino memberitahu, bahwa yang akan tampil mewakili kelas mereka adalah Irawan. Melihat penampilan Irawan yang sangat biasa saja, orang itu lantas memanggil penanggung jawab tata rias untuk mendandani Irawan secepatnya.
Irawan dipaksa duduk di kursi rias untuk dipoles agar tampak lebih segar dan tampan. Ya, meski sebenarnya tak memakai make up pun Irawan sudah tampan. Melihat Irawan dipaksa dandan ala idol, Vino hanya tersenyum. Selepasnya, Irawan mengganti pakaian yang sudah disiapkan oleh penata rias.
Dalam waktu singkat, sosok Irawan yang tadi tampil ala anak rumahan, kini berubah menjadi seperti idol yang siap tampil di panggung dan menyapa para penggemar. Karena sudah tiba giliran kelas 11 IPA 3 tampil, Irawan langsung keluar dari tempat rias untuk naik panggung. Tak lupa, Irawan menyambar gitar listrik yang akan menjadi alat pendukung penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop [END]
Ficção AdolescenteSandrina Laily dipaksa menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah drastis. Ia pindah sekolah dan tempat tinggal karena perceraian kedua orang tuanya. Di sekolah barunya, Sandrina mengenal Irawan Pradana Dewangga, seorang murid laki-laki yang suka...