71. Sherine dan Kegilaannya pada Irawan

22 4 44
                                    

Pagi hari telah tiba. Suara kicauan burung di dekat jendela menyapa. Perlahan, Irawan membuka mata. Samar-samar ia melihat sosok yang tersenyum padanya. Nyawa pemuda itu belum terkumpul sepenuhnya. Jadi ia berpikir, bahwa saat ini ia masih berada di alam mimpi. Irawan menggeleng dan kembali memejamkan mata.

Beberapa detik kemudian, Irawan kembali membuka mata. Kali ini, ia yakin kesadarannya sudah hampir seratus persen. Namun, apa yang dilihat tadi masih ada di depannya. Dua detik setelahnya, Irawan membulatkan mata dan langsung beranjak bangun.

“Lo ngapain di sini? Siapa yang ngizinin lo masuk?” tanya Irawan heboh.

Good morning, Calon Suami!”

Bukannya menjawab pertanyaan Irawan, sosok yang merupakan Sherine itu malah mendekat pada Irawan seraya tersenyum ceria. Penampilan Sherine sudah rapi dengan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya. Melihat penampakan Irawan saat bangun tidur membuat Sherine gemas. Wajah bantal Irawan disertai wajah berminyaknya dengan rambut acak-acakan seolah tidak menutupi ketampanan sosok berhidung mancung itu.

“Gemoy banget muka lo kalo baru bangun tidur.” Sherine mencubit pipi Irawan.

Irawan lekas menyingkirkan kedua tangan Sherine dari pipinya. Sherine benar-benar gadis gila. Ini masih pagi, tetapi Irawan harus terkejut setengah mati gara-gara penampakan gadis itu.

“Keluar!” perintah Irawan.

Sherine seolah tidak mengindahkan perkataan Irawan. Ia malah mendekatkan wajahnya pada wajah Irawan sembari tersenyum nakal. Irawan sedikit mundur untuk antisipasi kemungkinan terburuk.

“Oke, Calon Suami! Gue tunggu di ruang makan,” tutur Sherine. Lalu, beranjak berdiri dan melangkah keluar dari kamar Irawan.

Selepas Sherine keluar, Irawan segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia khawatir, nanti Sherine akan masuk kamarnya lagi.

“Bisa-bisanya dia diizinin masuk kamar gue.” Irawan bergumam.

Selepas duduk di depan pintu beberapa saat untuk merilekskan tubuh dan pikiran, Irawan baru beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Sambil mandi, Irawan masih teringat wajah dan senyuman Sherine tadi. Jika saja gadis itu datang tepat waktu, seharusnya senyumannya tampak manis. Namun, karena Sherine datang di saat yang tidak tepat, kesannya bukan manis tetapi malah menyeramkan dan bak mimpi buruk bagi Irawan.

Selesai dengan kegiatan mandinya, Irawan keluar dari kamar mandi. Pemuda itu membuka almari untuk mengambil seragam sekolah. Kemudian, mengenakan seragam sekolah dengan cepat. Sebelum keluar dari kamar, Irawan menyambar krim perawatan wajah dan mengoleskannya ke wajah. Gerakan tangannya begitu cepat. Lalu, diraihnya sisir untuk merapikan rambut. Selepasnya, Irawan menyemprotkan parfum ke tubuh.

Semua sudah selesai. Saatnya murid laki-laki itu keluar kamar untuk bergabung dengan anggota keluarga Dewangga lain sarapan di ruang makan. Sesampainya di ruang makan, Irawan dibuat kaget melihat penampakan Sherine yang tengah duduk di kursi dekat neneknya. Ah iya, Irawan baru ingat, kalau tadi Sherine bilang akan menunggunya di ruang makan.

“Calon Suami, ayo duduk di sini!” kata Sherine seraya menepuk kursi kosong di sampingnya.

Oh Tuhan, rasanya Irawan ingin lari saja. Hidup Irawan yang sudah pengap terasa semakin pengap karena ada Sherine yang masuk ke hidupnya.

“Irawan, ayo! Jangan ngulur waktu, nanti kamu bisa terlambat datang ke sekolah!” tambah Nyonya Riana.

Dengan sangat terpaksa, Irawan duduk di kursi dekat Sherine. Kemudian,  mulai memakan sarapannya dengan cepat. Sherine yang duduk di samping Irawan hanya memandang Irawan, seolah mengagumi setiap lekukan wajah Irawan dari dekat.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang