68. Kabur Lagi

22 5 38
                                    

Irawan menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi. Ia berjalan malas menuju ruang tengah. Nyonya Riana sudah menunggu di ruang tengah sambil melihat layar ponselnya. Saat melihat penampakan Irawan, wanita itu langsung beranjak berdiri. Ia mendekat pada Irawan seraya tersenyum. Diraihnya dasi Irawan dan membenarkannya.

“Cucu laki-lakiku memang sangat tampan,” puji Nyonya Riana. Namun, itu tidak terdengar seperti pujian di telinga Irawan.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Nyonya Riana beralih meraih tangan sang cucu dan membawanya keluar dari kediaman keluarga Dewangga. Irawan seperti pasrah saja mengikuti sang nenek yang hari ini mengajaknya pergi ke rumah keluarga Hanggoro. Ya, acara perkenalan Irawan dan cucu perempuan Hanggoro akan dilaksanakan hari ini.

Jujur saja, saat ini Irawan sangat ingin kabur, sebab ia tidak menginginkan perjodohan ini. Selain itu, Irawan juga sudah berjanji pada farrel untuk menemaninya pergi ke akuarium raksasa. Namun, Nyonya Riana tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia sudah mengantisipasi dengan membuat Irawan tak bisa kemana-mana hari ini. Wanita tua itu bahkan membuat Irawan tak bisa keluar dari rumah demi memuluskan rencana pertemuan dengan keluarga Hanggoro. Ia juga menyita ponsel Irawan sejak tadi malam.

Beberapa aturan ketat yang diciptakan oleh Nyonya Riana tersebut merupakan akibat dari ulah Irawan, yang kemarin sempat kabur dari kantor pusat Dewangga Group demi menemui Sandrina. Hal itu membuat Nyonya Riana berpikir, bahwa ia harus mempercepat rencana perjodohan Irawan dengan cucu perempuan keluarga Hanggoro.

Irawan dan sang nenek masuk mobil bersama. Di sana, sudah ada Bu Devi yang menunggu bersama sopir. Setelah Irawan dan Nyonya Riana duduk dengan nyaman, Bu Devi menyuruh sang sopir melajukan kendaraan roda empat itu.

“Nyonya Besar, besok investor dari Jepang akan datang. Mereka ingin disambut langsung oleh Nyonya Besar di hotel Dewangga Satu,” ujar Bu Devi.

Nyonya Riana mengangguk. Kemudian, melirik Irawan yang sibuk melihat ke luar mobil. Sebenarnya Nyonya Riana tahu, kalau Irawan sangat keberatan dengan rencana perjodohan ini. Namun, Nyonya Riana tidak sedang memberi Irawan pilihan. Jadi, Irawan tidak boleh memilih, melainkan harus menerima.

“Apa kamu nggak penasaran sama wajah calon istri kamu? Kebetulan Oma punya fotonya.” Nyonya Riana menyodorkan ponsel di tangannya pada Irawan.

“Enggak!” jawab Irawan tanpa mengalihkan pandangan.

Nyonya Riana tersenyum. Ia tahu Irawan akan menolak hal itu, tetapi ia tetap menawarinya. Ia ingin tahu, bagaimana reaksi Irawan.

“Saat bertemu gadis itu, kamu harus bersikap manis dan baik! Jangan sampai membuatnya merasa tidak nyaman, apalagi kesal!” perintah Nyonya Riana.

Irawan tidak menjawab atau memberikan reaksi yang berarti. Ia berada antara marah, kesal, dan ingin lari. Sayangnya, saat ini laki-laki itu tidak bisa berbuat apa-apa selain memasang wajah kesal.

Perjalanan menuju kediaman keluarga Hanggoro berjalan mulus tanpa drama kemacetan lalu lintas atau gangguan lain. Mobil mewah yang ditumpangi Nyonya Riana dan Irawan memasuki halaman luas kediaman keluarga Hanggoro.

Kedatangan Nyonya Besar Dewangga dan cucu laki-lakinya disambut hangat oleh keluarga Hanggoro. Baru keluar dari mobil, sudah ada Tuan Ferry yang datang menghampiri dengan ramah.

“Selamat datang di kediaman keluarga Hanggoro, Calon Besanku!” sapa Tuan Ferry. Di belakangnya ada beberapa pria dan wanita berpakaian rapi yang juga ikut menyambut kedatangan Nyonya Besar Dewangga tersebut.

“Apakah harus menyambut sampai seperti ini? Aku jadi merasa sangat terhormat. Seingin itukah keluarga Hanggoro berbesanan dengan keluarga Dewangga?” balas Nyonya Riana yang terdengar santai, namun cukup menusuk bagi beberapa orang.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang