70. Cewek Sinting

31 5 72
                                    

Tahun ajaran baru telah dimulai. Semua murid kembali masuk sekolah dan menjalani aktivitas sibuk di sekolah seperti biasa. Mereka yang kini berada di kelas 12 mulai mengencangkan kegiatan belajarnya untuk mempersiapkan diri menghadapi pertempuran berkali-kali di tahun terakhir SMA. Tahun ini tentu akan jauh lebih sibuk daripada tahun lalu, saat masih berada di kelas 11.

Irawan berjalan keluar dari tempat parkir setelah memarkir motor. Kaki panjangnya melangkah menuju kelas yang kini berada di lantai satu. Aroma kelas 12 yang penuh ketegangan seolah sudah tercium, tatkala Irawan berada di koridor lantai satu. Suara keluh-kesah para murid kelas 12 tentang penambahan waktu belajar seolah menjadi hal pertama yang menyambut indera pendengaran murid laki-laki itu.

“Adik Ipar!” panggil Sony seraya menghampiri Irawan.

Irawan seperti tidak mempedulikan temannya itu dan terus berjalan memasuki kelas. Sony yang pantang menyerah tetap mengikuti Irawan layaknya anak itik yang mengikuti induknya.

“Adik Ipar, lo udah liat peraturan baru soal penambahan jam belajar, belum?” tanya Sony seraya menyamakan langkahnya dengan Irawan.

Memasuki kelas, Irawan berhenti mendadak, tatkala melihat Sandrina asik mengobrol sambil bercanda dengan Vino di tempat duduk paling belakang. Masih pagi, tetapi Irawan sudah dilanda rasa cemburu, membuat bad mood saja.

“Makanya, kalo suka tuh bilang! Jangan ditarik-ulur mulu! Giliran target dideketin cowok lain, cuma bisa cemburu dalem hati,” ujar Sony, menyindir Irawan.

“Masih pagi, tapi kok udah panas, ya?” sahut seseorang yang baru datang.

“Oh, ternyata ada yang terbakar api cemburu,” lanjut sosok tersebut yang tak lain adalah Paramitha.

Sony menimpalinya dengan tertawa. Dalam hal meledek Irawan, Sony dan Paramitha memang paling kompak.

Irawan melempar tasnya pada Sony. Kemudian, ia melangkah keluar kelas. Rasanya baru kemarin, Irawan merasa bahagia karena seharian bersama Sandrina. Namun, hari ini kebahagiaan itu seolah hilang dibakar oleh api cemburu.

“Adik Ipar, lo mau ke mana?” tanya Sony setengah berteriak.

Irawan berjalan menyusuri koridor dengan beberapa pasang mata menatapnya kagum. Sejak penampilannya di acara Graduation Party kelas 12 beberapa waktu lalu, popularitas Irawan di sekolah meningkat pesat. Bahkan ada beberapa murid baru di kelas 10 yang sengaja masuk SMA Mahardika hanya karena penasaran dengan sosok Irawan secara langsung. Reputasi Irawan sebagai tukang tidur dan tukang bolos, kini berubah menjadi sosok yang keren

Irawan menaiki tangga, berniat pergi ke rooftop untuk tidur. Meski sudah naik ke kelas 12, seorang Irawan Pradana Dewangga tetap tidak peduli tentang peraturan atau belajar. Ia juga tidak peduli jika bel tanda masuk kelas berbunyi. Kakinya terus melangkah menaiki satu demi satu anak tangga.

Sesampainya di rooftop, Irawan merebahkan tubuh ke atas dua meja yang berjejer. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana. Lalu, mengusap layar benda pipih itu. Dibukanya folder dengan nama ‘Orang Gila’ dan memasukkan password. Irawan tersenyum tatkala melihat foto-fotonya bersama Sandrina terpampang di layar ponsel. Tiba-tiba saja ada peringatan, bahwa daya baterai ponselnya rendah. Irawan baru ingat, kalau ponselnya belum diisi daya sejak lusa lalu. Pemuda itu mengantongi ponselnya lagi. Setelah itu, perlahan memejamkan mata.

Beberapa saat kemudian, seseorang membuka pintu rooftop. Melihat Irawan terbaring seorang diri, sosok tersebut tersenyum.

“Bener apa yang dibilang Oma Riana, kalo cucu kesayangannya suka tidur di rooftop gedung IPA,” bisiknya.

Pelan-pelan, gadis berambut panjang itu berjalan menuju tempat Irawan berada. Melihat wajah Irawan yang bak karya seni membuatnya ingin memilikinya. Lalu, disentuhnya ujung hidung Irawan. Seketika si pemilik hidung langsung terbangun.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang