75. Antara Cinta dan Obsesi

23 5 20
                                    

Sandrina memasuki kelas gontai. Pagi ini cuaca sangat cerah, tetapi berbanding terbalik dengan mood Sandrina. Sejak semalam, mood Sandrina memburuk dan semakin buruk setelah pulang dari taman hiburan. Ia sendiri tidak mengerti, mengapa merasa sangat bad mood. Jika dipikir lagi, itu dimulai saat Sherine membahas tentang kemiripan jepitan rambut Sandrina dan yang ditemukan Sherine di laci Irawan. Setelah itu terus berlanjut sampai ke tahap Irawan terus bersama Sherine hingga Irawan sangat panik ketika Sherine mendadak pingsan di depan taman hiburan. Jika Sandrina tidak salah ingat, Irawan juga jarang berkirim chat dengannya sejak kehadiran Sherine.

“Gue mikirin apa, sih? Random banget otak gue,” gumamnya.

Sandrina meletakkan tas ke atas meja. Kemudian, duduk dengan kepala yang masih penuh dengan pemikiran-pemikiran random seputar Irawan dan Sherine. Gadis itu membalikkan badan dan melihat tempat duduk Irawan yang berada tepat di belakang tempat duduknya.

“San!” panggil Paramitha yang baru masuk kelas.

Sandrina kini mengalihkan pandangan pada sang teman yang berjalan ke arahnya. Ah, sementara pura-pura biasa saja di depan Paramitha.

“San, lo udah di-tf sama Sherine ke akun lo, belum?” tanya Paramitha.

“Tf? Tf apaan emang?” balas Sandrina, balik bertanya karena tidak paham maksud teman sebangkunya itu.

“Tf hadiah makan mie pedes kemarin. Sebelum pergi, Sherine 'kan bilang, kalo dia mau bagi hadiahnya sama kita kalo dia menang. Tadi pagi dia nge-chat gue dan tanya soal akun gue sama akun lo. Gue awalnya lupa soal omongan dia yang kemaren tentang hadiah yang mau dibagi itu. Setelah dia tf, gue baru inget,” jelas Paramitha.

Selepas mendengar penjelasan Paramitha, Sandrina baru ingat dan paham. Ia lekas mengecek akunnya. Dan benar saja, baru saja ada kiriman uang dari akun yang tidak dikenal.

“Ini akunnya Sherine?” Sandrina menunjukkan layar ponselnya pada Paramitha yang langsung disambut dengan anggukan.

Paramitha duduk dengan ekspresi bingung. Di satu sisi, ia memang menginginkan uang untuk biaya tambahan membelikan hadiah ulang tahun ayahnya. Namun, jika dipikir lagi, Paramitha merasa tidak enak hati, sebab Sherine sampai masuk rumah sakit demi memenangkan uang itu.

“Mit, gue jadi ngerasa nggak enak, nih,” ungkap Sandrina.

“Gue juga,” tambah Paramitha.

Beberapa saat kemudian, tampak Irawan memasuki kelas. Perhatian Sandrina dan Paramitha langsung teralihkan pada pemuda itu. Saat Irawan duduk di tempat duduknya, Paramitha membalikkan badan.

“Ir, gimana keadaan Sherine? Dia udah baik-baik aja, 'kan?” tanya Paramitha.

“Dia nggak cuma baik-baik aja. Lo ajak adu banteng sekarang juga udah sanggup, kok,” jawab Irawan.

Paramitha mengangguk paham. Ia tampak lega selepas mendengar jawaban Irawan. Tak hanya Paramitha, Sandrina juga ikut merasa lega.

Tiba-tiba Irawan menarik rambut Sandrina yang dikuncir kuda. Sontak hal itu membuat Sandrina langsung membalikkan badan dan menatap Irawan tajam.

“Apaan?” tanya Sandrina ketus.

“Lo punya sule, nggak? Gue ngantuk banget, nih.” Irawan membalas seraya menatap Sandrina.

“Nggak ada!” jawab Sandrina, masih dengan nada ketus. Lalu, kembali duduk dengan benar dan melanjutkan kegiatannya.

Merasa ada yang tidak beres dengan Sandrina, Irawan kini menatap Paramitha, seolah bertanya ada apa dengan Sandrina. Namun, Paramitha hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahu.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang