36. Kakak Perempuan yang Keren

34 5 83
                                    

Sandrina sibuk memilih susu kedelai hangat di kedai depan sekolah. Hari ini ia berencana meminta maaf pada Irawan atas ucapannya kemarin yang bahkan Sandrina tak tahu bagian mana yang menyinggung perasaan Irawan. Sebelumnya Sandrina sempat menanyakan hal itu pada Vino, karena Vino merupakan teman dekat Irawan. Dan benar saja, Vino tahu di mana letak kesalahan Sandrina meski ia tak mau menjelaskan detailnya, sebab hal itu menyangkut masalah pribadi Irawan. Vino hanya menyarankan, agar Sandrina meminta maaf pada Irawan.

Setelah memilih dua botol susu kedelai hangat, Sandrina membayarnya. Gadis itu duduk di kursi panjang depan kedai dan mengeluarkan kertas. Ia menulis sesuatu di kertas tersebut.

[Sorry! @_@]

Selesai menulis dan menghiasnya dengan emoticon lucu, Sandrina menempelkan kertas tadi ke salah satu botol susu kedelai dengan plester. Ia berharap Irawan mau memaafkannya. Meski sebenarnya hubungan mereka hanya sebatas teman, tetapi Sandrina merasa tak enak jika didiamkan Irawan terlalu lama. Rasanya seperti ada yang hilang dari hidupnya.

“Gue harus cepet-cepet ke kelas sebelum Irawan dateng,” gumamnya.

Sandrina memegang dua botol susu kedelai dan berlari menyeberang jalan menuju sekolah. Ketika melihat penampakan Nando, Sandrina lekas menyembunyikan susu kedelainya. Ia takut Nando akan memintanya seperti beberapa waktu lalu.

“San, tumben berangkat pagi?” sapa Nando dengan tersenyum.

“Iya, Nan. Gue duluan, ya!” pamit Sandrina sembari berlari.

Melihat Sandrina tampak terburu-buru membuat Nando heran. Ini masih pagi, mengapa gadis itu terlihat buru-buru seolah datang terlambat. Namun, Nando tak berani bertanya lebih.

Sandrina menaiki tangga menuju lantai dua. Ia mempercepat langkah, berharap Irawan belum datang. Sayangnya, setelah sampai di kelas, ia sudah melihat Irawan merebahkan kepala ke atas meja dengan nyaman. Sia-sia saja Sandrina berlari. Nyatanya Irawan datang ke sekolah cukup pagi.

Sandrina berjalan menuju tempat duduknya. Kemudian, meletakkan tas ke atas meja. Tangan gadis itu masih memegang dua botol susu kedelai hangat. Ia berpikir beberapa saat. Setelah itu, Sandrina memutuskan untuk meletakkan sebotol minuman tersebut ke samping kepala Irawan.

“Soal yang kemarin, sorry!” kata Sandrina. Lalu, duduk ke kursinya.

Irawan mengangkat wajah. Dipandangnya punggung Sandrina dengan kedua ujung bibir tertarik ke atas. “Gue maafin, tapi bukain dulu tutup botolnya!”

Sandrina meniup poni yang menutupi dahi. Baru saja membuka pintu perdamaian, Irawan sudah memancing emosi lagi. Ia lekas membalikkan badan dan membukakan tutup botol susu kedelai untuk Irawan. Setelahnya, menyodorkan dengan ekspresi tidak ikhlas. Melihat ekspresi Sandrina, Irawan tertawa.

“Maacih!” ucap Irawan sambil menerima botol minuman tadi dan memasang wajah imut.

“Cama-cama!” balas Sandrina dengan mencubit pipi Irawan.

Hanya dicubit, tetapi hal itu mampu membuat jantung Irawan berdegup lebih cepat dari biasanya. Di saat bersamaan, tanpa sengaja mata kedua murid beda gender itu saling bertemu tatap. Entah mengapa, suasana yang tadinya terasa biasa, mendadak jadi canggung. Sandrina juga merasakan hal yang sama. Secepatnya Sandrina melepaskan cubitannya dari pipi Irawan.

“Kayaknya gue lupa ngerjain tugas bahasa Mandarin, deh.” Sandrina mencoba menghindar dengan membuat alasan yang masuk akal. Meski sebenarnya tugas bahasa Mandarinnya sudah dikerjakan tadi malam.

“Iya.”

Irawan membalas seraya berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain. Untung ada sebotol susu kedelai di tangan, jadi Irawan bisa menenangkan diri dengan minum minuman tersebut.

Can't Stop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang