ninggalin obat

518 62 12
                                    

Razka sudah kembali dari toko untuk membeli cat biru dan Varent juga membelikannya es krim untuk menghiburnya yang merajuk. Varent berhasil membuat mood anak itu kembali.

"Yang ini bener gak sih, cat nya? " Tanya Razka kembali memastikan.

"Iye, gue tau mana yang harus di beli. Tadi Luna bilang dan potoin apa apa aja yang mau di beli. " Jawabnya.

"Duit gue cuma nyisa dua rebu anjirr... Gak tau kalau cat sama kawan kawannya semahal itu. " Ucap Razka miris. Tentu miris, duit gope nya ludes cuma buat beli peralatan dan dekorasi kelas.

Belum lagi dia tadi abis beliin teman temannya minuman. Ya gak papa sih, kata mimah Luna uangnya dia bakal di gantiin kok. Lagian Razka nya juga ikhlas kok.

"Gak papa... Mau beli cat juga gak? Babang Varent beliin, " Katanya menepuk dadanya dengan bangga.

Razka menggelengkan kepalanya. "Gak mau. Gak suka ngelukis gue mah, " Balasnya. "Ini bang Kai suka banget ama lukis lukis kek gini nih. Dah banyak karya dia yang di pajang di rumah. Kalau loe mau maen ke rumah, dah di pastiin kek liat galeri lukisan dah! " Seru Razka bersemangat memamerkan kelebihan kakak ketiga nya itu.

"Wah iya? Mau juga dooonggg maen ke rumah loeee... Gue kan mau makan makan juga di rumah loe. " Celetuknya yang membuat Razka terkekeh.

"Sebelum ke kelas, mampir ke ruang OSIS dulu yuk? Mau nyapa bang Kai." Ajaknya yang langsung di angguki Varent.

"Yakin kagak cape lu? "

"Kagak lah... Orang jaraknya gak jauh jauh kok dari kelas. Hayu! " Serunya yang menarik tangan Varent.

Mereka berjalan santai, sambil sesekali memperhatikan orang orang yang sedang sibuk menyiapkan stan di lapangan utama sana. Banyak sekali stan makanan, minuman, hingga photobox dan beberapa permainan. Razka sampai ingin cepat cepat lusa. Ia tidak sabar ingin mencicipi semua jenis makanan yang ada disana.

"Pelan pelan aja ka, langkahnya. Nanti jatoh lho. " Peringatnya ketika melihat langkah kaki anak itu lebar karena entah saking senangnya ataupun ingin cepat cepat bertemu Kaivan.

Akhirnya setelah memastikan kalau Kaivan ada di ruangan OSIS, akhirnya ia kembali melangkah kesana. Ke ruang OSIS.

Namun langkah nya sempat berhenti sebentar saat ia mendengar suara Adrian yang samar samar sedang menenangkan seseorang.

Razka menelan salivanya susah payah. Ia pun memberanikan diri untuk segera membuka pintu ruang itu.

Krieeeettt...

"Bang...? "

Deg!

Razka berdiri di ambang pintu, terpaku melihat Kaivan yang terbaring lemas di sofa, napasnya terlihat, terengah-engah sementara Adrian dengan setia memijat lengan nya pelan-pelan, dan Mahen mengipasi wajahnya yang tampak berkeringat. Cahaya lembut menerpa wajah Kaivan yang sedikit pucat, menyorot bayangan keletihan di wajahnya. Adrian melirik ke arah Razka, menyadari kehadirannya, dan tersenyum ramah. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran nya yang bahkan tidak memberitahu nya dulu kalau ia akan datang.

"Tadi terlalu semangat mau bantu bantu, " katanya dengan nada lembut dan penuh pengertian. "Makannya kena serangan kecil sampai lemes."

Mendengar itu, Razka mengangguk pelan, tetapi matanya tak lepas dari wajah Kaivan. Ada rasa cemas yang samar, namun dia berusaha menutupi dengan ekspresi tenang. Varent juga merangkulnya, agar Razka tidak tiba tiba terjatuh karena terkejut melihat abang nya yang tampak tenang tertidur- atau tak sadarkan diri, Razka tidak tahu.

Razka segera menghampiri Kaivan dan berjongkok di depannya dengan raut wajah penuh kecemasan. Ia memandangi wajah Kaivan yang pucat dan tampak kelelahan. Dengan lembut, Razka menggoyang-goyangkan lengan Kaivan, berusaha membangunkannya.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang