"Kenapa loe gak bilang?! "
Razka benar benar marah kepada Yudas karena ia tidak diberitahu soal ini. Bayangkan, ketika mereka semua berkumpul di ruang tengah, hanya Razka saja yang tidak di ajak waktu itu. Mereka sengaja melakukan nya, karena mereka tahu kalau Razka tidak akan menerima hal itu.
Razka akhir akhir ini merasa kalau ia selalu menangis. Tadi ia sudah menangis, sekarang ia menangis lagi kepada Yudas. Bahkan ia memukul punggung kakaknya itu karena Yudas memeluknya untuk menenangkannya.
"Ini semua buat bang Ivan juga, kita kayak gini karena mau menjaga kesehatan nya biar tetep stabil dan gak kambuhan. "
"Loe gak ngerti apa apa... Seberapa besar perjuangan abang biar dia bisa sekolah... "
Pantas saja malam itu Kaivan datang ke kamarnya, dengan mata sembab seperti habis menangis. Ternyata ini alasannya. Kenapa Razka tidak peka sekali kalau kakaknya itu selalu berpura-pura, sih?
Yudas menghela nafas pelan. Mau sedetail apapun penjelasannya kepada Razka, anak itu akan tetap begini. Mengatakan kalau keputusan yang mereka ambil untuk Kaivan adalah keputusan yang salah.
"Loe liat sendiri abang loe bilang apa tadi? Dia juga udah nerima, ka. Kita kayak gini bukan buat matahin semangat dia, tapi buat--
"Nge berhentiin abang dari sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi juga termasuk matahin semangat dia! Kenapa gak kasih waktu aja sampai dia bener bener lulus, kak... Biar dia gak terlalu sakit hati ketika ngeliat temen temennya ngampus... " Razka pasrah dalam pelukan Yudas. Dahlah, bengek pun nanti yang salah Yudas.
Lagi lagi Yudas menghela nafas, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Berusaha menahan emosi buat adiknya itu lah hal yang tersulit bagi seorang Yudas Naratama Ganendra.
Apakah ia juga harus memberitahu adiknya keadaan kakak mereka saat ini?
"Duduk dulu, napas loe dah gak enak di denger. " Titah Yudas yang membawa Razka menuju kasur dan duduk disana.
"Kenapa kita semua kayak gini sama Bang Ivan? " Tanya Yudas serius.
"Ya gak tahu, kok tanya saya... " Jawab Razka sambil sesenggukan. Dan yang membuat Yudas makin kesal itu... Karena dia ketawa gara gara perkataan Razka itu.
"Serius coba ka, ini ngomong lagi bener bener. "
"Ini udah serius, apaan sih? " Razka jadi semakin kesal karena Yudas sok misterius banget hidupnya. Tinggal to. The point aja apa susah nya coba? Make acara tebak tebakan dulu.
Yudas tak melanjutkan ucapan Razka. Dia lebih memilih untuk menjelaskan keadaan Kaivan secara singkat.
"Loe harus tahu... " Yudas menjeda ucapannya sebentar.
"Umurnya bang Ivan itu gak akan nyampe sampe hari kelulusan... "
••••
"Dek, ayo makan... Dari tadi malam kamu gak mau keluar kamar... "
Yohan sudah mengetuk pintu kamar adiknya sebanyak 10 kali, karena anak itu tak kunjung membukakan pintu bahkan tidak keluar kamar sejak tadi malam setelah mengetahui bahwa hidup kakak nya tidak akan la lagi.
Ia menghela nafas, tidak tahu kalau pengaruhnya akan sangat besar kepada si bungsu. Tahu akan begini, Yohan akan tetap membuat Yudas bungkam.
Ia juga sempat menegur Yudas karena sudah berkoar koar soal keadan Kaivan.
"Dek, abang jelasin sama adek. Bukain dulu pintunya... " Ucap Yohan lirih. Ia sudah berdiri sejak satu jam yang lalu, bahkan tidak beranjak sebelum adiknya memberikannya izin untuk membukakan pintu untuknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/366106149-288-k859443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raka Not Razka
Teen FictionRaka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya. Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di...