Titik lelah

542 51 21
                                    


"Di balik senyummu, aku tahu betapa kerasnya kau berjuang." -Razka.



"Jangan nangis... Nanti makin sesek... Ivan gak akan kenapa napa, "

Yohan memeluk Razka lebih erat ketika anak itu semakin mengencangkan tangisnya. Masker oksigen itu tergantung di lehernya, ia tidak mau memakainya meskipun harus merasa sesak karena menangis.

15 menit sebelumnya...

Pluk...

Razka terdiam kala usapan di kepalanya tidak ia rasakan lagi. Napas yang tadi ia dengar tidak baik pun, tidak lagi ia dengar.

Razka membalikkan tubuhnya, melihat keadaan Kaivan saat ini. Matanya membelalak, melihat keadaan Kaivan sudah terkulai tak berdaya.

Wajahnya yang putih semakin pucat, bibirnya membiru, dan tangannya... Dingin.

"B, bang... " Panggil Razka gemetaran.

Razka melepas masker oksigennya dan menggoyang goyangkan tubuh Kaivan. Tidak ada respon.

"Bang! Abang bangun! Abang... "

Razka menangis. Dengan tubuh yang masih lemah itu, ia berlari menuju kamar Yudas yang lebih dekat dengannya.

"Yu! Yudass! Yudas bangun sialan! "

Razka menggedor pintu kamarnya keras, membuat Daniel, Yohan, bahkan seisi rumah terbangun karenanya.

"ABANG! ABANG IVAN! JANTUNGNYA... KAMBUH!!! "

Tanpa berlama lama, Daniel bergegas menuju garasi dan menyalakan mobil nya. Ratih dan Mahesa menaiki tangga dan menuju kamar Razka.

Mahesa memegang dada anak itu— tidak ada degup jantung yang terdengar dari sana. Mahesa mulai panik.

"Daniel! "

Yohan berlari dan menaiki tubuh Kaivan, memberikan nya resusitasi jantung paru dengan cara menekan dadanya, berharap masih ada detak disana.

"Van... Van bangun Van... " Yohan berusaha keras.

Ratih sudah menangis, memeluk si bungsu yang juga ikut menangis setelah sempat terjatuh karena tubuh lemas nya.

Daniel datang bersama Rizky yang membawa tabung oksigen serta masker oksigen berkantung.

Ia segera mendongakkan kepala Kaivan dan memakaikannya masker tersebut. Ia memasangkan kabel kabel ke tubuh Kaivan. Terpaksa ia menggunakan defibrilator guna mengembalikan detak yang sangat lemah itu.

"Van... Ingat Razka... " Bisik Yohan yang menggenggam erat jari jari Kaivan yang dingin.

"Razka nunggu kamu... "
"Dia nangis lho, liat kamu kayak gini..."

"Yo, mundur! "

Kejut jantung di berikan lagi kepada Kaivan. Kali ini detak jantungnya terlihat meskipun masih lemah, setidaknya tidak sepanik tadi.

I'm Raka Not RazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang