Part.16

3.2K 270 10
                                    


Markas Unit 2110, 05.30 WIB

Pintu apartemen berbunyi, menandakan ada yang memasukan pin akses masuk. Tak lama pintu terbuka, menampilkan Niel dan Tama yang wajahnya terlihat lelah.

"Akur nih!" Tama mengucap asal pada Elsa dan Baron yang tampak masih di meja meeting.

"Kak..gimana adeknya?" Elsa menjawab Tama dengan pertanyaan lagi.

Sementara Niel yang baru saja melakukan tos dengan Elsa dan Baron tampak masuk ke ruangan sebelah setelah sebelumnya meletakan bungkusan bubur pesanan Baron untuk sarapan mereka bersama pagi ini.

Elsa secara naluriah langsung membuka bungkusan-bungkusan bubur itu dan meletakan di meja untuk dimakan mereka berempat, dua sisanya milik Nyoman dan Pras ia letakan di dapur.

"Alhamdulilah udah dapet kamar. Tadi aplusan dulu sama adek gue yang kedua!" Tama menjawab sambil tampak sibuk menyeduh sesuatu yang panas di dapur.

"Emang Dira ga kerja?" Baron ikut menimpali sambil mulai mengaduk buburnya. Ia menanyakan adek Tama yang nomor dua, yang tadi disebut aplusan dengan Tama.

"Izin, gentian dulu dah, ntar malem kan gue jaga lagi" Tama

"Tapi Dinta udah enakan?" Kali ini Baron menanyakan adek bungsu Tama yang semalam masuk UGD.

"Udah enakan katanya, alhamdulilah! Lagian kebiasaan! Udah tau ada gerd, makan sembarangan mulu! Ga ngerti-ngerti dibilangin! Mau gue omelin tapi kasian lagi sakit!" Tama mendudukan dirinya di hadapan Baron sambil mengomel. Wangi kopi menguar dari cangkir yang ia bawa. Ia kesampingkan cangkir kopinya dan mulai menikmati buburnya juga.

"Sabar!" Baron menimpali.

"Tumben lo bikin teh pagi-pagi Ron!" Tama melirik cangkir merah yang ada di tengah meja. Masih ada teh di dalamnya.

(Setelah mendengarkan cerita Baron tadi, Elsa mendadak kalut, ia membenamkan kepala pada tangannya diatas meja, sehingga cangkir teh nya digeser ke tengah meja oleh Baron. Takut kesenggol dan tumpah. Sementara cangkir kopi Baron sudah diletakan di sink cuci piring.)

Elsa yang sedang makan melirik Tama dan Baron. Kemudian menjawab Tama dengan polos "Punya gue Kak.."

Tama tersedak mendengar jawaban Elsa. Ia baru saja menyeruput kopi panasnya.

"Lo pake cangkir itu?" Tama langsung bertanya pada Elsa setelah terbatuk-batuk pelan.

Baron yang sebelumnya masih asik dengan buburnya tiba-tiba berdiri. Perasaannya tidak enak, bau-bau bully menguar di udara pikirnya.

"Iya Kak..kenapa?" Elsa menjawab bingung. Ia menengok pada Tama sambil memperhatikan Baron yang tiba-tiba melangkah ke ruang sebelah.

Tama tergelak selama kurang lebih 1 menit sebelum akhirnya menjawab.

"Itu cangkir kesayangan Baron. Ga ada yang boleh pake! Pernah dipake sama Pras karena cangkir yang lain masih belum dicuci. Si Baron ngamuknya lebay banget!"

"Lah, ini kok bisa dipake sama lo?!" Tama masih tergelak saat menjelaskan.

"Ya maaf Kak, gue beneran ga tau..tadi main ambil aja yang ada di rak.." Elsa menjawab dengan wajah bersalah.

"Hahaa..ya santai aja, ga ngamuk kan tu orang?" Tama.

"Tadi agak lain sih mukanya pas tau gue pake cangkir ini, tapi katanya santai aja.." Elsa.

"Aman berarti.." sahut Tama bersamaan dengan keluarnya Baron diikuti Niel dari ruangan sebelah.

Tama melirik Baron dengan senyum jahil. Baron pura-pura tidak melihat kepada Tama.

Silent Mode Operation! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang