Part.74

3.2K 470 55
                                    

Parkiran Kedai Kita 03.05 WIB.

Niel baru saja tiba, ia segera melangkah ke mobil Baron yang masih terparkir sempurna disana. Nyoman dan Pras sudah menjawab, dan saat ini menuju ke Markas. Mereka janjian untuk bertemu di Markas.

Baron menelungkupkan kepalanya ke setir. Ia dalam posisi itu hampir setengah jam! Ingin berpikir tapi tak bisa, tapi harus!

"Pindah lo!" suara Niel yang tiba-tiba menganggetkan Baron. Ia mengangkat wajahnya, dan segera menggeser tubuhnya ke bangku penumpang tanpa bicara.

Niel naik dan mengambil alih kemudi. Selama di jalan tak ada satupun yang bicara. Masing-masing sibuk dengan pikirannya.

"Ke Rumah lama Raul dulu Niel, terus Ke Cendrawasih, baru ke Markas!" sahut Baron ketika mereka sudah di perempatan setelah Kedai Kita. Niel mengangguk.

"Bukan salah lo!" sahut Niel setelah melirik Baron sekilas. Ia tahu kalau sahabatnya ini sedang menyalahkan dirinya sendiri.

"Salah si Anjing Raul! Ga usah GR semuanya jadi salah lo!"

"Ga guna nyalahin diri sendiri! Mending mikir next step nya! Kita harus cepat!" lanjut Niel.

Kalimat terakhir Niel berhasil membuat pikiran Baron kembali! Sedari tadi ia memang termenung, menyesali dan menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi! Awalnya Tama yang babak belur! Sekarang Elsa dan Lala! Jika terjadi sesuatu pada dua gadis itu, ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri!

Benar kata Niel! Ga ada guna menyalahkan diri sendiri saat ini! Mereka harus cepat!

Baron menepuk punggung Niel dengan keras, sebagai tanda terimakasih! Terlalu keras, sehingga Niel sampai terbatuk! Untung suasananya sedang gawat begini, kalau tidak, Niel pasti sudah membalas Baron disertai dengan umpatan didalamnya.

Baron meraih ponselnya. Ia akan membagi tugas. Baron menelfon Nyoman, yang tadi menginfokan di group bahwa ia sedang on the way ke markas. Rumahnya paling dekat dengan Cendrawasih.

"Nyo! Mampir Cendrawasih! ada mobil Raul ga disana? Atau pergerakan mencurigakan!"

"Siap!" Nyoman menjawab singkat. Dalam hati ia senang sudah kembali mendengar Baron memimpin situasi. Sedari tadi ia khawatir, karena sahabatnya itu tidak ada update apapun.

Baron dan Niel sudah sampai di rumah lama Raul! Sepi!

Kemana Rudy? Sudah pulang kah?

Baron saling tatap dengan Niel, bersamaan mereka menyebut "Dimas?!".

Baron kembali mengangkat ponselnya, menelfon Dimas, waktu menunjukan pukul 03.40 WIB.

Dimas baru mengangkat telfonnya pada percobaan telfon yang ketiga kali. Pada deringan kelima akhirnya Dimas mengangkat dengan suara khas bangun tidur.

"Iyaa Bang?" sahut Dimas diseberang sana.

"Dimana?" tanya Baron cepat.

"Rumah lah Bang! Ini masih pagi! Buset!" Dimas sepertinya baru melihat jam.

"Rumah mana?" tanya Baron kembali.

"Cendrawasih! Kenapa sih Bang?" suara Dimas mulai stabil. Ia mulai sadar sepenuhnya. Orang seperti Baron tidak mungkin menelfonnya tanpa alasan.

"Bokap lo dimana?!" kembali Baron bertanya cepat.

"Hah? Ga tau, dikamar kali!"

"Coba cek!"

"Ada apa sih Bang? Sebentar!" terdengar sura gemerisik pintu terbuka dan langkah kaki.

"Ga ada Bang!" sahut Dimas cepat.

Silent Mode Operation! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang