Part.41

3.5K 324 14
                                    


Pembicaraan team SMO masih berlangsung ketika telfon di kamar be rdering. Nyoman, Baron dan Pras saling pandang bingung. Kemudian Pras mengangkat telfon yang ternyata dari resepsionis, menanyakan menu sarapan untuk kamar 22, kamar Baron dan Nyoman.

Mereka kompak memesan nasi goreng. Sarapan kamar nomor 5 (kamar Pras) pun minta diantar ke kamar 22.

Pembicaraan via grup call sudah selesai bersamaan dengan ketukan di kamar, waitress mengantarkan pesanan nasi goreng Baron, Nyoman dan Pras.

"Kalau menurut gue sih kemungkinan ke 2 Ron!" ceplos Nyoman tiba-tiba sambil menikmati nasi gorengnya.

"Kalau gue sih yang 1!" gentian Pras yang berbicara

Baron masih terdiam. Tadi mereka membahas ada 3 kemungkinan hadirnya Dimas di sekitar hidup Lala. Yang pertama Dimas sama jahatnya dengan bapaknya. Suka dengan Lala, dan mengincar Lala. Tapi untuk apa? Lala dan ibunya saat ini sudah jatuh miskin.

Yang kedua, Dimas jatuh kasihan pada Lala dan ibunya. Ia ingin membantu Lala dan ibunya yang sudah dibuat susah oleh sang bapak.

Yang ketiga, Dimas tidak tahu siapa Lala, semesta lah yang mempertemukan mereka, tanpa mengetahui satu sama lain.

Sebenarnya Baron setuju dengan Nyoman. Feelingnya Dimas ingin membantu Lala dan ibunya.

"Ron! Kebiasaan ni anak kalo diajak ngomong! Bisa tiba-tiba jadi patung! Anak SD lo?!" Nyoman mengeplak pelan bahu Baron.

"Apa hubungannya sama anak SD?" sahut Baron yang mendengus kesal karena kaget dengan keplakan Nyoman.

"Kan anak SD suka maen yg ngomong gini nih 'jadi patuuung!' gitu, tau ga si lo?!" Nyoman menjawab dengan irama pada saat mengatakan 'jadi patuung!' . Pras dan Baron terdiam, tak habis pikir dengan tingkah bule random ini.

"Ga jelas anjing!" sewot Pras

"Jadi, kalau menurut lo kemungkinan nomor berapa Ron?!" lanjut Pras pada Baron, sementara Nyoman cemberut karena dua sahabatnya tidak ada yang mengertu jokes nya.

"Kalau gue sama ama si Nyonyo! Nomor 2! Tapi ga tau juga sih! Nanti kita cari tau!" Baron menjawab serius.

Waktu sudah menunjukan pukul 07.30 WIB. Pras pamit kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap, karena Raul memintanya untuk standby pukul 08.00 WIB.

"Dih, kopi ga ada lagi ini?!" sahut Baron yang baru saja berniat membuat kopi. Ia mencari kopi di meja kecil tempat disediakannya amenities di kamar motel mereka.

"Diabisin si gondrong!" sahut Nyoman sambil melengos menuju kamar mandi.

"Anjing!" umpat Baron.

Sial sekali paginya. Sudah lah dibangunkan dengan kaget oleh Pras, mendengar kabar tak enak dari Tama dan Niel, dan sekarang dia belum minum kopi paginya!

**

Pukul 08.00 Baron sudah siap di loby hotel, lengkap dengan hoodienya. Tadi ia menelfon resepsionis, menanyakan apakah ada reso atau café di motel itu, karena memang motel yang mereka tempati saat ini adalah motel sederhana. Sarapan saja diantar ke kamar kan.

Resepsionis mengatakan bisa kalau mau pesan kopi, nanti diantar ke kamar. Tapi Baron ingin minum di loby saja, sembari menunggu kedua temannya. Penampilannya saat ini terlihat santai, dengan celana pendek cream, hoodie putih dengan logo starwars di depannya dan kaos hitam polos dibalik hoodie. Hoodienya dikenakan. Kacamata hitam, masker, rokok dan ponsel sudah siap di tas selempang kecilnya.

Baron masih menikmati kopinya ketika melihat Pras berjalan ke arahnya. Dengan kaos bertuliskan band rock, rambut gondrong dan celana jeans sobek-sobek, Pras lebih terlihat seperti penyanyi rock.

Silent Mode Operation! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang