Part.44

3.7K 318 25
                                    

Kedai Kopi Senja, 18.31 WIB

Sore menjelang malam, akhirnya tiga serangkai keluar dari motel dan pergi ke kedai kopi yang sebelumnya Nyoman sudah tandai di maps nya.

Untuk mengantisipasi jika tiba-tiba Raul menelfon, mereka tetap pergi dengan 2 mobil, dengan formasi yang sama.

Kedai kopi ini letaknya agak tersembunyi, sepertinya itu yang menyebabkan tempat ini lumayan sepi. Namun demikan, kopinya enak, vibes nya juga enak. Baron dan Nyoman sudah sampai lebih dulu, masing-masing memesan kopi, kwetiaw goreng untuk Baron, bihun goreng untuk Nyoman. Pras pesan sendiri saja nanti, kata mereka.

"Ntar aja, ngomongnya sekalian sama si Pras Ron!" ucap Nyoman setelah mereka memesan dan duduk di tempat duduk mereka. Mereka memilih area outdoor, tentu saja agar mereka bisa berdiskusi sambil merokok, selain juga karena di area pilihan mereka, mereka bisa leluasa mengawasi pengunjung yang masuk.

"Iye!" sewot Baron. Tentu saja menunggu Pras, kenapa pula harus mulai duluan? Ada-ada saja bule satu ini! pikir Baron. Tak lama kemudian Nyoman mengeluarkan ponselnya, ia melirik Baron sambil tersenyum, "Nabil!" katanya senang, kemudian beranjak dari duduknya.

"Pantesan! Mau bucin ternyata!" sahut Baron kesal. Ia pun mengambil ponselnya dan mengecek chat yang masuk.

Tak ada yang menarik!

Baron kemudian mencari nama Elsa dan meng-klik namanya untuk melakukan panggilan telfon. Jangan tanya kenapa, karena setelah bunyi nada masuk Baron pun bingung, untuk apa dia menelfon Elsa?!

"Halo Kak?" suara Elsa di seberang sana menyapa Baron pada deringan ketiga.

Baron mematung, karena sungguh, bagi pria yang melakukan segala sesuatunya menggunakan logika dan penuh perhitungan, apa yang barusan dilakukannya merupakan tindakan spontan, begitu saja terjadi, ia malah bingung sendiri.

"Halo? Kak? You okey? Kaaaak?!" Elsa kembali memanggil Baron.

"Eh, iya Sa? Kenapa?"

"Lah? Lo ga apa-apa Kak? Ini lo nelfon kenapa? Lo baik-baik aja kan?"

"Gue baik! Lo aman?"

"Amaan kok! Ni baru balik dari kampus!"

"Lah, lo masih ke kampus? Masih yang proyek mahasiswa lo itu?"

"Mmm.. Iya, dia bimbingan tadi! Eh Kak! Lala ga ngehubungin lo?"

"Ga ada Saa! Kenapa sih emangnya?"

"Ga apa-apa, nanti aja pas lo balik Jakarta! Eh, gimana Kak si Raul? Aman?"

"Panjang ceritanya Sa! Ntar aja ya pas di Jakarta, kita meeting! Ya udah, gue mau lanjut meeting lagi ya!"

"Oh, oke Kak! take care ya! Bye!"

"Iya, lo juga take care ya! Bye!"

Baron pun mematikan sambungan telfonnya. Tanpa disadari ia tersenyum, tepat ketika Pras mendudukan dirinya di mejanya.

"Kenapa lo?" tanya Pras bingung melihat si manusia patung tersenyum sendiri.

"Kaget Anjing!" sewot Baron. Ia sewot karena setengah karena kaget, setengah lagi karena salah tingkah.

"Lah! Ada juga gue yang kaget liat lo senyum!" balas Pras

"Tai! Pesen dulu sana! sekalian panggilin si bule, suruh udahan dulu ngebucin! Dari kemaren mau update masa nunggu dia ngebucin mulu!" Baron mengoceh untuk mengalihkan salah tingkahnya.

Pras yang sedang lelah, malas mendebat Baron dan langsung berdiri untuk memesan minuman dan makan malamnya sambil memanggil si bule bucin.

**

Silent Mode Operation! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang