Byakta benar-benar menyerbu Negeri Naga Danau, dengan kesaktiannya, ditambah lagi bantuan Dewi Ular dan Dharmaji mereka berhasil mendesak pertahanan Negeri Naga Danau. Jurus Sepuluh Ular Raksasa milik Dewi Ular benar-benar merepotkan pasukan negeri itu
Belum lagi Byakta yang telah menjelma menjadi seekor naga raksasa yang mengamuk dengan semburan api berwarna ungu."Yang Mulia! Yang Mulia!" Seorang patih berlari tergopoh-gopoh memanggili Raja Danau Naga yang saat itu sedang melakukan semedi memperdalam kesaktian.
Sebenarnya dia sudah memberi perintah agar tapanya jangan diganggu. Namun karena darurat, patih itu terpaksa melanggar larangan.
Yudhayaksa yang sedang bertapa jadi terusik. Dia yang tengah bersemedi dengan hanya bercawat lekas sudahi ritualnya, dengan cepat dia menyambar pakaian dan mengenakannya lalu bergegas menjumpai sang patih.
"Ada apa, Lahari?" Tanya Yudhayaksa pada patihnya yang bernama Lahari itu.
"Dia, dia, dia pulang, Baginda."
"Siapa?"
"Pangeran Byakta."
Serrr! Merinding tengkuk Yudhayaksa, Byakta sang kakak yang dulu diusir telah kembali. Siluman Naga paling jahat dan mematikan itu pasti akan membuat kekacauan di negeri ini.
"Di mana dia?""Para ksatria sedang menahannya di gerbang istana, ini benar-benar berbahaya Yang Mulia. Pangeran Byakta mengamuk memporak-porandakan negeri, lebih baik Yang Mulia lekas pergi bersembunyi." Usul Lahari.
"Lari katamu? Tidak Lahari! Ini adalah negeriku, ini tanggung jawabku! Aku akan mempertahankan tanah ini sekuat mungkin."
Baru saja Yudhayaksa berbicara, tahu-tahu terdengar suara tawa disertai ucapan.
"Hahahaha, bagus adikku! Kau masih seperti yang dulu, gagah berani tak kenal takut. Tapi sayang, keberanianmu itu hari ini akan membawamu kepada kematian!"Wusss! Ada angin panas yang menyambar, tembok di ruangan di mana Yudhayaksa dan Lahari berada ambruk, lantai juga telah retak seribu menjalar hingga ke langit-langit. Tempat itu pun runtuh.
Yudhayaksa dan Lahari dengan ilmu kesaktian masing-masing melompat menghindar. Mereka menerobos rreruntuhan itu dan kini tengah melayang-layang lalu berdiri di udara.
Yudhayaksa terkejut bukan main, istananya telah luluh lantak dibakar api ungu. Mayat para prajurit bahkan mayat para penduduk berhamparan di luar sana.
"Byakta jahanam! Kau keparat!" Yudhayaksa geliatkan kedua bahunya, sosoknya pun menjelma menjadi seekor naga berwarna biru. Naga jelmaan itu menyemburkan kekuatan air dari mulutnya. Semburan air itu tercurah laksana badai yang berhasil meredakan api ungu.
"Hebat!" Puji seseorang.
Yudhayaksa cepat melesat mendatangi asal suara. Begitu mendarat sosoknya telah menjelma ke wujud manusia. Yudhayaksa pentang mata lebar-lebar, di hadapannya berdiri seorang lelaki berwajah tampan namun bengis dengan pakaian serba putih. Lelaki bengis itu menyambutnya dengan senyuman sinis.
"Byakta!" Tegur Yudhayaksa dengan kasar.
"Hahaha beginikah penyambutanmu kepada kakakmu sendiri?" Tegur Byakta.
"Persetan! Apa yang telah kau lakukan terhadap negeri ini? Kau sudah gilakah? Ini negeri warisan leluhur kaum naga!" Yudhayaksa benar-benar murka.
"Lantas apa peduliku? Salah sendiri ayah mewariskan negeri ini kepadamu." Jawab Byakta enteng.
Yudhayaksa rasakan hatinya mengecil sakit, begitu enteng Byakta dalam berucap, tidakkah dia memikirkan nyawa orang-orang tak berdosa yang telah dibantainya hari ini.
"Jika kau benar-benar ingin menjadi penguasa negeri ini, harusnya kau datang padaku. Kita bicara baik-baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...