Hujan Darah turun secara merata di seluruh penjuru alam ghaib, hal ini membuat Ratu Sri Kameswari yang memimpin Kerajaan Ular Putih menjadi gelisah.
"Apakah hujan telah reda?" Tanya Sri Kameswari yang duduk gelisah di atas singgasana.
Sri Kanti, salah seorang pembantu utamanya menjura dan menjawab, "Belum, Gusti Ratu."
"Pertanda apa ini?" Gelisah Sri Kameswari.
Semua mata di bangsal agung menatap pada Pendeta Istana yang diberi tugas untuk menerawang apa yang terjadi. Kakek sakti itu sedang melakukan ritual di sebelah sebuah bejana besar berisi air bening. Ketika air mengeluarkan kilatan-kilatan cahaya maka Pendeta Istana ini segera memantau ke dalam. Air di dalam bejana itu memberi gambaran apa yang terjadi.
"Celaka, Gusti Ratu! Bunga Pahit Lidah telah dicuri orang!" Beber orang itu dengan keras.
"Apa?" Kejut Kameswari dengan hebatnya, sosoknya langsung terlonjak bangkit bahkan telah melesat ke sebelah bejana berisi air, dia ingin melihat secara langsung apa yang ditampilkan oleh air itu.
Air di dalam bejana memberi gambaran saat Iblis Naga, Dewi Ular dan Dharmaji menyerbu Tebing Hantu.
"Tidak! Bagaimana mungkin? Sepuluh orang yang lebih hebat dariku belum tentu sanggup melewati jembatan penghubung. Belum lagi harus berhadapan dengan para peri berkepandaian tinggi yang menjaga tempat itu. Celaka! Apa sebenarnya tujuan Dewi Ular menginginkan bunga keramat itu?"
Melihat kegundahan sang Ratu, para bawahannya tak berani bicara, semua tundukkan wajah.
"Pendeta! Lekas pantau ke mana kakakku si Dewi Ular itu pergi!" Perintah Dewi Ular.
Pendeta Istana Ular kembali sibuk merapal mantra dan salurkan kekuatan ke dalam bejana, namun kali ini terjadi keanehan. Bejana tampak bergetar-getar seolah melakukan perlawanan. Saat Pendeta Istana memaksa malah, pranngg! Byurrr! Bejana dan airnya pecah dan bermuncratan ke mana-mana. Pendeta Istana Ular terpental dengan mulut semburkan darah.
Sri Kanti dan Sri Katon terpekik kaget, seorang patih lekas menolong Pendeta Istana yang tampak megap-megap.
Sri Kameswari bantingkan kaki menghentak lantai istana, "Kurang ajar! Ada kekuatan dahsyat yang menghalangi usaha kita."
Selagi suasana tegang, seorang kepala prajurit datang pula melapor.
"Ampun Gusti Ratu, beberapa prajurit yang kita beri tugas menyelidik hujan darah kami temukan dalam keadaan tewas. Hujan ini mengandung racun jika menyentuh tubuh. Beruntung hamba sempat membawa payung."Sri Kameswari termenung, kejadian ini benar-benar membingungkannya.
Perempuan sakti ini kembali naik ke singgasana."Ratu, sebenarnya apa tujuan Dewi Ular merebut Bunga Pahit Lidah?" Tanya Sri Katon dengan hati-hati.
Sri Kameswari terdiam sebentar sambil saling menggosokkan kedua telapak tangan, "Entahlah Katon, terakhir bunga sakti itu kita rencanakan untuk menyembuhkan Dhanu dari darah siluman. Tapi berhubung Dhanu telah disembuhkan oleh Giri Prawara....." Tiba-tiba ucapan Sri Kameswari terhenti, wajahnya memucat setelah menyadari sesuatu.
"Jangan-jangan!""Jangan-jangan kenapa, Gusti?" Khawatir Sri Kanti.
"Mereka merebut Bunga Pahit Lidah untuk mengutuk Dhanu menjadi siluman kembali," ujar Sri Kameswari dengan suara bergetar.
Suasana bangsal agung menjadi sehening kuburan.
"Celaka, jika ini benar-benar terjadi maka gegerlah dunia persilatan. Baik yang di alam nyata maupun di dunia para siluman seperti kita. Indradhanu sangat mengerikan jika dikuasai siluman. Kita harus mencegah hal itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...