Dharmaji berhasil memetik Bunga Pahit Lidah. Bunga keramat itu langsung diserahkan pada Iblis Naga.
Byakta, si Iblis Naga menerima bunga itu dengan penuh sukacita dan bangga luar biasa. Niatnya buat menguasai dunia persilatan, baik di alam nyata maupun alam ghaib langsung tertawa penuh kebahagiaan."Tunggu saatnya, Raja Peri! Negeri Megapura akan bertekuk lutut di telapak kakiku." Seru Byakta.
Langit bergemuruh, awan hitam bergulung-gulung mengiasi angkasa di negeri ghaib itu. Dharmaji langsung ketakutan, terlebih lagi tatkala petir mulai menyambar-nyambar di sekitar Tebing Hantu yang telah porak poranda.
"Tuan, apa yang sedang terjadi?" Tanya Dharmaji pada Byakta dengan cemas.
"Langit mendung, apa kau tak dapat melihat?" Jawab Byakta dengan enteng, matanya menatap Bunga Pahit Lidah yang sedang ditimang-timang.
Dharmaji tak puas akan jawaban itu, dia mendongak ke atas langit yang semakin gelap hingga membuat suasana yang sebenarnya masih siang itu seakan menjadi malam. Dharmaji memungut pakaiannya, pemuda yang sedang bugil itu bermaksud berpakaian.
Byakta yang melihat tindak tanduk lelaki itu segera mencegah.
"Dharmaji! Siapa yang menyuruhmu berpakaian?" Tanyanya dengan bentakan keras.Dharmaji terkejut, suara Byakta saat membentak benar-benar menggelegar, pakaian yang telah tergenggam langsung jatuh berserakan di atas tanah. Dengan pukulan sakti berhawa panas, Byakta membakar pakaian itu.
"Bukankah, bukankah tugas saya sudah selesai?" Tanya Dharmaji ketakutan, dia yang tadi ditugasi memetik Bunga Pahit Lidah dengan bertelanjang tentu heran. Bukankah tugas itu sudah selesai? Itu artinya dia boleh berpakaian kembali.
Byakta mendengus, "Huh, siapa bilang tugasmu sudah selesai? Masih ada tugasmu yang lain!"
"Tu-tugas apa itu, Ketua?"
Byakta tersenyum mesum, dia memandangi tubuh telanjang Dharmaji dari ujung rambut ke ujung kaki.
Byakta gerakkan jari meminta Dharmaji mendekat. Kedua lelaki yang sama telanjang itu saling berhadapan.
"Dharmaji, kau sudah pernah bersebadan?"Dharmaji menggeleng, "Belum Ketua."
"Kau tak ingin mencobanya?" Tanya Byakta dengan menyeringai.
"I-ingin, tapi mau melakukannya dengan siapa?" Dharmaji menyahuti dengan gugup.
Byakta sunggingkan senyum mesum, dia menunjuk pada Dewi Ular yang masih pingsan tak sadarkan diri.
"Dewi Ular, tubuhnya nikmat sekali. Aku saja sampai ketagihan menidurinya. Kau boleh melakukannya dengan perempuan itu."
"Ta-tapi, saya takut jika dia sadar akan membunuhku." Dharmaji agak ragu akan usul itu.
"Bodoh! Dewi Ular tak akan marah, justru dia akan bahagia jika dikentot. Di dunia ini dia lah perempuan yang paling banyak meniduri laki-laki," ujar Byakta.
Dharmaji melirik tubuh bugil Dewi Ular. Perempuan cantik itu memang memiliki tubuh yang luar biasa bagus. Sintal, montok dan padat. Terlebih lagi payudara dan kelaminnya, benar-benar mampu membangkitkan gelegak nafsu.
"Kau lihat memek perempuan itu? Meski sudah sering dicoblos kontol-kontol perkasa tetapi masih saja sempit dan menggigit. Perawan pun tak senikmat liang senggama perempuan itu." Byakta terus umbar omongan cabul. Hasilnya, Dharmaji mulai terpancing dan blingsatan. Kelaminnya langsung mengacung tegak.
Dharmaji ingin langsung bergerak mendekati tubuh Dewi Ular, namun Byakta lekas menahan pundaknya.
"Eh, tidak semudah itu! Sebelum kau menggagahi Dewi Ular kau harus minta izin dulu padaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...