26

314 64 20
                                    

***

Memecat Lisa, sama seperti merusak jaring laba-laba yang sudah ia buat sebelumnya. Jiyong harus membuat jaring itu lagi dari awal, kalau masih ingin bekerja. Dan itu tidak akan mudah. Rantai pekerjaannya sudah berada di roda yang nyaman berkat Lisa. Memotong Lisa, hanya akan membuat rodanya berhenti bergerak.

Jiyong menyukai gadis itu sebagai seorang wanita, tapi ia juga memerlukan Lisa sebagai asistennya. Mengajari seorang asisten baru akan membuang banyak energinya. Tanpa jaminan asistennya akan bekerja sebaik Lisa. Kembali bekerja hanya dengan managernya pun sedikit sulit, karena managernya sudah terlanjur mengambil tanggung jawab untuk mengurus artis lainnya.

"Aku tidak jadi memecatmu," kata Jiyong, untuk kesekian kalinya. Karena kali ini Lisa tidak mau mendengarkannya. "Jangan berhenti, tetaplah jadi asistenku," pinta pria itu, lagi-lagi untuk kesekian kalinya.

Ia memeluk Lisa sekarang, memaksa gadis itu untuk tetap dalam pelukannya. Tidak akan ia lepaskan gadis itu, sampai Lisa menuruti keinginannya. Sampai Lisa mengatakan kalau ia akan tetap jadi asistennya. Meski Lisa memintanya, Jiyong tidak melepaskan gadis itu. Terus ia dekap tubuh kekasihnya, memaksa Lisa untuk tetap bekerja dengannya.

Butuh satu hari penuh sampai Lisa setuju untuk tetap bekerja. Tapi kali ini, mereka menulis kontrak baru. Lalu meminta Yongbae menjadi saksi penandatanganan kontraknya. Dalam kontrak baru itu, Lisa ingin punya dua hari libur, dan di salah satu harinya ia ingin menghindari Jiyong. Lisa merasa ia perlu satu hari disetiap pekannya untuk tidak bertemu dengan pria itu.

"Kenapa?" tentu saja Jiyong bertanya, kenapa Lisa butuh satu hari tanpanya.

"Untuk antisipasi, latihan," kata gadis itu. "Kalau nanti kita berpisah, kita tetap bisa hidup seperti setiap hari adalah hari Kamis, hari liburku," susulnya.

"Kau akan pergi? Kita akan berpisah?"

"Mana aku tahu? Bisa saja aku yang pergi, bisa saja oppa yang pergi, siapa yang tahu?"

"Bisa juga ada plot twist," komentar Yongbae, ada di sana untuk jadi saksi— di rumah Lisa. Mampir dalam perjalannya pulang kerja. "Jiyong ternyata ayahmu," susulnya.

"Ya!" bersamaan Lisa dan Jiyong berseru, sama-sama memukul meja makan di depan mereka, meski tidak seberapa keras.

"Kenapa kalian marah? Kalian sudah melakukannya? Di hari pertama? Atau sebelum hari pertama? Whoa... Kalau begitu genrenya akan jadi incest?" kata Yongbae, tidak merasa bersalah sama sekali.

"Pergi," usir Jiyong, sekarang kesal. "Pergi saja kalau kau hanya akan bicara begitu," susulnya, menatap sinis pada Yongbae dan ledekan menyebalkannya.

Yongbae tertawa melihat wajah kesal dua orang di depannya itu. "Kalian mirip, kalau marah," katanya kemudian, semakin menggoda keduanya. Berkat ucapannya, sekali lagi Jiyong dan Lisa berseru. Mengomeli Yongbae, menyuruh pria itu untuk diam, menutup mulutnya.

Mereka menghabiskan banyak waktu hanya untuk menandatangani kontrak kerja itu. Lantas setelahnya, Lisa memanggang daging untuk tamu-tamunya. Daging yang kemarin ia beli, Jiyong memasukan semua daging itu ke freezer saat pagi. Berharap mereka semua masih layak makan meski sudah semalaman di atas meja dapur.

Selesai makan malam, Jiyong yang merapikan meja makan lalu mencuci piringnya. Yongbae bermain dengan handphonenya di meja makan sambil sesekali berbincang dengan temannya, sedang Lisa ada di sofa. Melakukan sesuatu dengan laptopnya.

"Apa ini?" Yongbae bertanya, menoleh ke arah sofa karena Lisa tiba-tiba mengiriminya sebuah foto.

Sekarang pria itu menghampiri Lisa ke sofa, duduk untuk melihat apa yang sedang gadis itu lakukan. Lisa tengah membuka memory card handphonenya. Handphone lamanya, bermaksud untuk mengumpulkan apapun yang bisa ia temukan di sana.

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang