64

237 56 13
                                    

***

Lisa diizinkan pulang setelah kondisinya benar-benar pulih. Eden yang mengantar Lisa dan ibunya ke rumah, tapi pria itu tidak menyempatkan dirinya untuk mampir. Eden harus segera menemui keluarganya— ada masalah keluarga— katanya, yang kemudian Lisa simpulkan kalau masalah itu pasti melibatkannya. Eden mungkin akan dimarahi karena menemuinya lagi. Lisa masih sangat mengingatnya, kalau orangtua Eden tidak menyukainya.

"Eomma pulang lah, suamimu pasti menunggu," suruh Lisa, setelah ia duduk di sofa lusuh dalam rumahnya. Berada di sana membuatnya merasa buruk, rumahnya terlalu menyedihkan jika dibandingkan dengan tempat tinggalnya selama koma— rumah mewah milik Kwon Jiyong.

"Kau baru saja koma, mana mungkin aku meninggalkanmu-"

"Pergi saja," suruh Lisa, menyela suara ibunya. "Aku baik-baik saja, aku sudah sembuh," katanya kemudian.

"Ya! Lalisa! Apa kau masih marah? Hanya karena lobster?!"

"Tidak," bantah Lisa. "Aku tidak marah. Aku hanya... Berhentilah mengkhawatirkanku. Aku sudah sembuh, aku baik-baik saja," katanya, tidak bisa mengatakan kalau sekarang ia sedang sangat kalut. Ia ingin tahu apa yang terjadi dalam keluarga Eden. Ia ingin tahu apa yang terjadi pada Jiyong, juga pada Alice. Tapi tidak bisa ia lakukan apapun selama ibunya masih ada di sana. "Aku hanya ingin sendirian. Aku tidak marah," pelan gadis itu, tapi tidak memperbaiki suasana hati ibunya.

Jennie yang sekarang marah. Mengatakan kalau Lisa benar-benar jahat padanya. Mengatakan kalau ia tidak bisa lagi menerima sikap kejam putrinya itu. Tentu saja, sang ibu salah paham sekarang. Jennie merasa kalau putrinya hampir mati karenanya. Jennie merasa kalau Lisa sangat membencinya.

Wanita itu mulai bertanya-tanya sekarang, apa keputusannya untuk menikah benar-benar salah? Sampai kapan Lisa akan memberontak? Sampai kapan putrinya itu akan terus membencinya? Ia tidak bisa berhenti menangis sejak tahu kalau putrinya kecelakaan. Ditambah Lisa yang tidak juga sadar setelah dioperasi, juga sikapnya begitu sadar, Jennie benar-benar mengkhawatirkannya. Sangat khawatir hingga ia merasa ingin menggantikannya. Ingin mengambil semua rasa sakit putrinya, agar Lisa tidak perlu merasakan semua penderitaan itu.

Melihat ibunya pergi dengan raut sedih penuh kekhawatiran, juga kekecewaan, Lisa mengekorinya. Ia mengejar Jennie, tapi karena ia terlambat mengejar liftnya, sang ibu sudah lebih dulu masuk ke dalam sebuah taksi. Lisa hanya bisa menghela nafasnya sekarang. Melihat taksi yang membawa ibunya melaju menjauhi rumahnya.

Lisa akan kembali masuk ke dalam rumahnya. Ingin ia rapikan lagi ingatannya. Ingin ia pahami lagi situasinya. Memutuskan yang mana mimpinya, yang mana kenyataannya. Ingin ia cari alasannya merasa canggung, pada ibunya, juga pada Eden. Tapi baru beberapa langkah ia mendekati gedung apartemennya, sebuah suara memanggilnya.

"Lisa, sayang," kata seorang pria, dengan suara yang sangat familiar.

Ia menoleh, melihat ke arah suara itu kemudian jatuh lemas di tempatnya berdiri. Tanpa bisa ia tahan, dirinya menangis sekarang. Membuat si pemilik suara langsung berlari memeluknya. Sekarang, Kwon Jiyong berusaha menenangkannya. "Aku kira selama ini aku hanya bermimpi, aku kira kau sudah mati, Eden bilang kau sudah mati," isak Lisa, di tengah-tengah tangisannya yang penuh air mata.

Setelah puas menangis, Lisa merasa lebih tenang sekarang. Jiyong melepaskan pelukannya, menghapus air matanya kemudian tersenyum. "Aku di sini, belum mati," kata pria itu, dengan gaya rambut yang sama seperti dalam ingatan terakhir Lisa. Ketika Jiyong mengantarnya pulang kemudian berpamitan kalau ia akan pergi ke studio rekaman Choi Seunghyun.

Baru setelah Lisa membawanya naik ke rumahnya, mempersilahkan Jiyong untuk duduk di sofanya, pria itu bercerita. "Malam itu aku melihat ayahmu," kata Jiyong, sembari memegangi tangan Lisa. Meremas lembut jemari gadis itu, sesekali juga mengusap-usap punggung tangannya. "Aku sangat terkejut, lalu kembali pulang. Aku takut kau akan menghilang, jadi aku tidak memikirkan apapun dan menyetir pulang. Tapi aku berani sumpah, kalau aku tetap berhati-hati. Kalau kau benar-benar menghilang, aku tidak boleh mati, Alice akan sendirian. Aku bersumpah aku mengingat janjiku. Tapi aku tetap tidak bisa menepatinya, seseorang menabrakku, lalu saat sadar, aku dan mobilku ada di sini. Maksudnya di tahun ini, 2051," cerita Jiyong.

"Lalu Alice?"

"Dami noona yang merawatnya, dia tumbuh dengan baik. Jadi penyanyi, seperti yang pernah kau katakan, tapi sekarang rambutnya hitam. Dia ada di New York sekarang," jawab Jiyong. "Begitu sadar kalau aku ada di sini, aku langsung mencarinya," susulnya.

Lisa bukan orang pertama yang Jiyong cari ketika ia tahu dirinya ada di masa depan. Pria itu menghentikan orang yang lewat di sebelahnya. Bertanya dimana pria itu sekarang, kemudian di beritahu kalau ia ada di tengah kota, di jalan raya dekat studio rekaman Seunghyun. Tempat yang sama seperti saat ia terlibat kecelakaan.

Sama seperti ketika ia menemukan Lisa yang baru datang dari masa depan, tubuh dan mobilnya baik-baik saja. Tidak ada goresan sedikit pun. Tidak juga ada luka. Kecelakaan yang terjadi di 2024, tidak berefek apapun padanya. Kwon Alice yang pertama Jiyong cari. Putrinya lah yang pertama kali ia pikirkan. Dengan bantuan orang yang ditemuinya di jalan, ia bisa menemukan Alice. Handphonenya berfungsi, meski tidak bisa menemukan sinyal sebab provider telepon yang ia gunakan sudah lama tutup. Mobilnya pun berfungsi dengan baik, seperti biasanya, meski beberapa mata memperhatikannya, membicarakan mobil tua yang ia kendarai.

"Aku menemui Yongbae," kata Jiyong kemudian. "Darinya aku kalau Alice ada di New York, dia juga memberitahuku kalau Alice baik-baik saja. Semua hadiah yang kau tinggalkan untuknya, membuatnya tidak merasa terlalu kesepian," susulnya, sembari pelan-pelan memperhatikan bagaimana reaksi Lisa sekarang.

"Oppa bertemu dengan Alice juga? Dengan Dami eonni?" tanya Lisa dan Jiyong menggeleng. Ia bahkan tidak menyapa Dong Katsu, sebab khawatir anak itu akan terkejut melihatnya. Hanya Yongbae dan istrinya yang Jiyong temui selama beberapa hari terakhir ini. "Untuk kita ini hanya beberapa hari, tapi bagi Alice- oh! Orangtuamu? Oppa menemui mereka? Eden bilang-"

Lisa tidak perlu melanjutkan ucapannya. Jiyong sudah menganggukan kepalanya sekarang. Pria itu sudah mendatangi makam kedua orangtuanya. Yongbae yang mengantarnya ke sana. Selama Lisa tinggal di rumah sakit, Jiyong sudah melakukan banyak hal.

Lisa memeluk Jiyong sekarang. Mengusap-usap rambut pria itu, juga punggungnya. Berbisik, mengatakan kalau ia juga ingin pergi menemui orangtua Jiyong. Jiyong balas memeluk, mengiyakan permintaan Lisa tapi pria itu ingin mendapatkan penjelasan lebih dulu— apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya itu?

"Ibuku bilang, aku koma empat hari, saat aku sadar, seluruh tubuhku sakit lalu aku pingsan lagi, lalu tiba-tiba Eden muncul. Aku bertanya tentangmu padanya, tapi dia tidak tahu apapun tentangmu. Setelah itu dokter bilang aku punya masalah dengan kepalaku, katanya aku mungkin trauma karena kecelakaan. Aku baru boleh pulang hari ini. Eden dan ibuku mengantarku pulang, tapi Eden ada masalah keluarga, lalu aku bertengkar lagi dengan ibuku, jadi dia pergi," cerita Lisa. "Tapi kapan oppa sampai di sini? Maksudku 2051?" tanya Lisa, lantas keduanya tahu kalau Jiyong datang ke masa depan, bersamaan dengan bangunnya Lisa dari komanya beberapa hari lalu. Keduanya membuka mata disaat yang sama.

"Apa kau tahu siapa yang menabrakmu?" tanya Jiyong kemudian, setelah mereka selesai membicarakan masalah paling pentingnya— Alice.

"Belum, aku belum bertanya, kenapa?"

"Orang yang menabrakku, Kim Junghyun."

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang