3

404 67 16
                                    

***

Jiyong melihat gadis itu berjalan menjauhinya. Melangkah di atas trotoar gelap seorang diri. Ia ingin mengabaikannya, tapi gadis remaja itu membuatnya khawatir. Kenapa dia pergi ke gedung apartemen mangkrak yang tidak berpenghuni? Jiyong merasa ada yang salah dengan anak itu. Ia menimbang-nimbang sekarang, apa yang harus dilakukannya. Haruskah ia menelepon polisi? Atau menyusulnya?

Polisi tidak berhubungan baik dengannya. Meski hubungan mereka pun tidak terlalu buruk. Tapi keberatan polisi, hanya akan membuat harinya jadi berisik. Kamera-kamera akan langsung mengikutinya, begitu polisi terlibat. Akhirnya, setelah lama menimbang, Jiyong putar mobilnya. Ia dekati lagi gadis remaja tadi, melambat di sebelahnya, di jalanan sepi tanpa pembatas.

"Aku akan mengantarmu, Green House Villa jauh dari sini," kata pria itu, sedang yang ia tawari menolak lagi tawarannya. "Hei, berbahaya kalau kau berjalan sendirian di sekitar sini, lihat lah, tidak ada siapapun di sini," susulnya.

"Karena itu aku tidak ingin naik ke mobilmu, bagaimana kalau kau melakukan sesuatu padaku?" balas gadis itu, tetap melangkah meski ada sebuah mobil berjalan lambat di sebelahnya. Gadis itu berusaha menelepon polisi, tapi handphonenya tidak mau bekerja sama.

"Tidak akan! Aku tidak akan melakukan apapun padamu," janji Jiyong. Tentu saja ia tidak akan berani melakukan apapun, karirnya di pertaruhkan, kecuali dirinya bisa dan tega melenyapkan gadis cantik itu tanpa sepengetahuan siapapun.

"Tidak, terima kasih, aku tidak mengenalmu, tolong jangan ikuti aku," pinta gadis itu sekali lagi, tetap menolak.

Akhirnya, Kwon Jiyong turun dari mobilnya. Berlari menyebrangi jalan kemudian berdiri di depan gadis itu. "Aku benar-benar tidak bermaksud jahat," kata pria itu. "Aku hanya khawatir kau berjalan di sini sendirian," susulnya.

"Rumahku ada di dekat sini, aku tidak apa-apa, aku juga bukan anak kecil," kata gadis itu, tetap bersikeras.

"Tidak ada rumah di sekitar sini," jawab Jiyong. "Aku juga berharap bisa punya rumah di sekitar sini, tapi tidak ada, pembangunannya dibatalkan," susulnya. "Katakan saja dimana rumahmu, aku akan mengantarmu, tidak perlu berbohong," katanya, justru membuat lawan bicaranya jadi semakin takut. Jiyong terlalu memaksa sekarang.

"Kau tahu YG Ent, kan? WINNER, iKon? AKMU? Lee Soohyuk? Lee Sungkyung? Big Bang? 2NE1? Aku G Dragon, Kwon Jiyong, kalau aku melakukan sesuatu yang buruk padamu, kau bisa melaporkanku, tolong biarkan aku mengantarmu pulang, orangtuamu juga akan khawatir kalau kau berjalan di sini sendirian," kata pria itu sekali lagi.

Sekarang Gadis di depannya menghela nafasnya. "Sepertinya kau suka hal-hal retro? Vintage? Kenapa membicarakan grup-grup lama di sini? Tidak perlu, aku bisa sendiri. Aku bukan anak-anak," tolak gadis itu, lagi dan lagi.

"Apa yang kau bicarakan? Grup lama?" tanya Jiyong, lantas mengira kalau gadis manis di depannya itu mungkin tidak mengenalnya. Mungkin ia satu dari banyak anak sekolah yang tidak lagi mendengarkan musiknya, tidak lagi mengenal Big Bang karena hidupnya sudah penuh dengan grup-grup yang lebih muda.

Sekarang Jiyong menunjukan layar handphonenya. Menunjukan berita terbaru tentangnya yang baru saja selesai wajib militer. Ia tidak pernah menyangka, perlu membuktikan dirinya sampai seperti ini di depan seorang anak-anak.

"Heish! Itu berita lama, 2020," komentar gadis di depannya. "Sudah tahun berapa sekarang? Tapi kau terlihat mirip dengannya, cosplay-nya lumayan," susul gadis itu, membuat Jiyong semakin mengerutkan dahinya.

"Apa kau sakit?" tanya Jiyong sekali lagi. "Sekarang tahun 2020," tambahnya, menunjukan layar utama handphonenya. Menunjukan tanggal hari itu, tahun 2020.

"Tidak, sekarang tahun 2051," gelengnya. Menolak untuk percaya. "Augh! Hentikan omong kosongmu, apapun yang kau jual, aku tidak akan membelinya. Apa kebetulan kau supir taksi? Kenapa terus memaksaku naik ke mobilmu? Tapi apa boleh memakai mobil lama untuk jadi taksi? Tsk... Aku tidak akan melaporkanmu, karena itu pergilah," usirnya, akhirnya kehilangan kesabarannya. Ia menghela nafasnya sekarang, mengeluh kalau ia sudah sangat lelah hingga tidak punya tenaga menanggapi Jiyong dan omong kosongnya.

"Naik lah ke mobil, kita harus ke rumah sakit, kau sakit, aku yakin kau sakit," kata Jiyong, memaksa bahkan menarik gadis itu masuk ke mobilnya.

Kini Jiyong yakin, gadis ini adalah pasien yang melarikan diri. Mungkin di sekitar sini ada rumah sakit jiwa atau tempat rehabilitasi, Jiyong tidak yakin tapi pria itu percaya kalau apa yang ia lakukan sekarang adalah sesuatu yang benar.

Tiba di rumah sakit, gadis itu melihat sekeliling lagi. Kelihatan sangat asing dengan rumah sakit kecil tempat mereka berada sekarang. "Aku melihatnya sendirian di dekat Green House Villa, dia hampir tertabrak mobilku, aku rasa dia sakit. Mungkin pasien di rumah sakit jiwa atau rumah rehabilitasi di sekitar sini," kata Jiyong, bicara pada dokter di ruang gawat darurat.

Karena tidak ada luka terbuka yang perlu penanganan darurat. Juga karena gadis itu kelihatan tenang sekarang— meski terlihat marah— mereka disuruh menunggu. Ada beberapa pasien di sana, dan hanya ada seorang dokter senior dengan dua juniornya. Semua orang sibuk di rumah sakit kecil itu, jadi Jiyong yang memakai topi juga maskernya harus menunggu.

"Kenapa mereka masih memberitakan Kenye West jadi presiden?" tanya gadis itu, sembari menonton layar TV yang dipasang di ruang tunggu rumah sakit itu.

"Karena itu berita terbarunya," balas Jiyong. Tidak benar-benar peduli. Ia sedikit gugup sekarang, ini kali pertamanya menemani seseorang ke rumah sakit.

"Huh? Itu berita lama, pencalonannya di tolak, katanya dia kena gangguan mental. Tapi siapa yang tidak kena gangguan mental? 2020 pasti terasa seperti kiamat, pandemi dimana-mana," komentar gadis di sebelahnya.

"Siapa namamu? Kau ingat namamu?"

"Tentu saja. Aku hanya tidak ingin memberitahumu namaku," balas gadis itu. "Aku benar-benar tidak sakit, aku baik-baik saja, biarkan aku pergi. Apapun yang kau rekam sekarang, prank atau apapun itu, aku tidak mau terlibat," katanya.

"Prank? Kau sedang merekam prank sekarang? Berpura-pura sekarang tahun 2051?" Jiyong bertanya, tapi gadis itu terkekeh. Lalu dengan sinis ia katakan kalau sekarang memang tahun 2051. "Tidak! Sekarang 2020," bantah Jiyong, lalu menyuruh gadis itu bertanya ke orang-orang di sekitar mereka— tahun berapa saat itu.

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang